tag:blogger.com,1999:blog-4704994006351665462024-03-08T08:29:23.443-08:00Bersama Kita Tertawa,Bersama Kita Bahagiayusya ul anwarhttp://www.blogger.com/profile/10731418358717500145noreply@blogger.comBlogger15125tag:blogger.com,1999:blog-470499400635166546.post-4402077897643784412010-12-02T06:45:00.000-08:002010-12-02T06:46:26.566-08:00Search Engine<br />Apa sich “Search Engine” itu?<br />Search engine adalah sebuah database elektronis yang berisi jutaan hingga miliaran alamat-alamat situs dan informasi yang berserakan di jagad Internet ini.<br />Trus Gimana Kerjanya?<br />Cara penggunaan search engine adalah dengan mengetikkan kata kunci (keyword) yang hendak dicari dan setelah itu akan ditampilkan sejumlah link yang akan mengarahkan kita kepada situs atau informasi yang ada relevansinya dengan keyword yang kita masukkan.<br />Dari sekian banyak pilihan search engine di Internet, berdasarkan hasil riset situs situs Searchenginesshowdown.com pada awal Maret 2002, terdapat tiga besar situs search engine yang tengah bersaing menduduki posisi teratas berdasarkan kriteria jumlah ketersediaan informasi, keunikan (ketidak-samaan) informasi yang tersedia di dalam database dan jumlah aktifitas peng-klik-an link informasi oleh pengguna dari yang ditawarkan oleh masing-masing search engine.<br />Kedudukan tiga besar tersebut sementara ini , dipegang oleh situs Google.com pada posisi pertama, posisi kedua oleh situs Wisenut.com dan ketiga adalah situs Alltheweb.com<br />Apa sich funsinya? Dan kayak apa sich Search Engine itu?<br />Fungsi search engine adalah untuk mencari alamat-alamat website yang berisi berbagai bentuk informasi seperti tulisan, gambar, video, dsb. dengan mudah dan cepat.<br />contoh :<br />http://www.google.com/<br /> <br />http://www.yahoo.com/<br /> <br />http://www.dogpile.com/<br /> <br />http://www.altavista.com/<br /> <br />http://alltheweb.com/<br /> <br />http://www.looksmart.com/<br /> <br />http://www.metacrawler.com/<br /><br />http://www.ask.com/<br /> <br /><br />http://www.webcrawler.com/<br />http://livesearch.com/<br /><br /><br />Web Browser<br /> <br />Mungkin sebagian dari rekan-rekan yang masih agak awam dengan jelajah internet masih berpersepsi bahwa browser adalah Internet Explorer, yang sekarang sudah mulai merilis versi kedelapan meskipun masih beta. Ternyata ada banyak sekali browser yang dapat rekan-rekan gunakan sebagai jendela untuk mengakses informasi dari dunia maya.<br />Mungkin saja anda memakai satu jenis web browser saja sejak mengenal internet, dan ketika dihadapkan komputer lain (diwarnet misalnya), dengan komputer dengan sistem operasi linux yang default web browsernya rubah api(firefox), anda sedikit canggung memakainya dan meminta memilih memakai web browser dengan logo huruf ‘e’kecil berwarna biru.<br />Namun sesungguhnya kegunaan webbrowser adalah sama.<br />A web browser is a software application for retrieving, presenting, and traversing information resources on the World Wide Web. An information resource is identified by a Uniform Resource Identifier (URI) and may be a web page, image, video, or other piece of content. - wikipedia<br />di internet banyak betebaran macam-macam web browser dengan beberapa kelebihan dan kekurangan, dengan mencobanya satu persatu, lalu berganti memakai web browser jenis lain secara berkala anda dapat mengenali behaviournya masing-masing.<br />dan apa saja macam-macam web browser tersebut, ini dia list yang berhasil kami rangkum:<br />• Mozilla Firefox – link<br />dibuat oleh mozilla corporation, firefox adalah salah satu web browser open source yang dibangun dengan Gecko layout engine. Tak hanya handal firefox juga didukung oleh sejumlah Add-ons yang dapat diinstall terpisah yang memungkinkan pengguna melakukan sesuai dengan kegunaan Add-ons tersebut.<br /> <br />• Internet Exporer – link<br />Web browser besutan Microsoft Corporation biasanya dikenal dengan nama pendek IE, sejak 1995 IE mulai di masukan sebagai default sotware pada saat instalasi Sistem Operasi Windows, sejak tulisan ini dibuat IE belum lama ini meluncurkan versi IE8. <br />Pada versi ini dikenalkan salah satu fitur baru yaitu web slice, Web Slice merupakan pilihan akses langsung di Favorit Bar yang muncul setiap kali browser web dibuka. Webslice bisa terdiri dari preview keseluruhan dari sebuah website yang disajikan dengan ukuran kecil tanpa kita membuka tab baru mengunjungi website tersebut, content dari webslice sebuah website bergantung dari penyedia website menyajikan content yang masuk ke webslice.<br /> <br />• Safari – link<br />Dibuat oleh Apple Inc, perusahaan yang juga memproduksi komputer Macintosh, iPod, dan juga iPhone. dibangun dengan browser engine WebKit, WebKit juga adalah browser engine pertama yang lulus test Acid3<br /> <br /> <br />• Flock – link<br />Flock adalab web browser yang dibangun dengan code mozilla frefox yang web browser ini khususkan menyediakan social networking dan Web 2.0<br />Flock didesain untuk memudahkan aktivitas online pengguna internet mengatur beberapa social networking, web mail, news feeds dan blogs yang mereka miliki. Dengan Mengunakan Flock mereka dapat dengan mudah menjelajah, berbagi, dan menikmati content maupun menjalin hubungan di situs pertemanan yang mereka inginkan.<br /> <br />• Opera – link<br />Opera dikembangkan oleh Opera Software company adalah salah satu Web Browser dan juga Internet Suite. Jika firefox punya Add-ons, Opera punya “Opera Widgets”, sebuah aplikasi web kecil yang dijalankan bersamaan dengan Opera yang mempunyai kegunaan tertentu, layaknya Add-ons firefox.<br /> <br />• K-Meleon – link<br />K-Meleon salah satu browser gratis dan open source di rilis dibawah Lisensi GNU General Public dan berjalan diplatform Microsoft Windows (Win32) operating systems. Dibangun di atas Gecko layout engine, layout engine yang sama seperti digunakan Mozilla Firefox.<br /> <br />• SeaMonkey – link<br />SeaMonkey adalah sebuah proyek komunitas untuk menjadikan SeaMonkey all-in-one internet application suite, seperti software suite populer yang sudah dibuat sebelumnya oleh Netscape dan Mozilla, dan proyek SeaMonkey melanjutkan konsep tersebut. Terdiri dari Internet browser, email & newsgroup client, HTML editor, IRC chat and web development tools, SeaMonkey direkomendasikan bagi advanced users, web developers dan corporate users.<br /> <br />• Camino – link<br />Camino, Mozilla Power Mac Style.<br />Camino adalah open source web browser dikembangkan berfokus pada memberikan experience terbaik kepada pengguna Mac OS X. Camino mengkombinasikan visual sederhana, elegan dan menyajikan pengalaman yang mengagumkan yang menjadi filosofi dari Macintosh dengan Gecko layout engine yang powerful.<br />Camino hanya dapat diinstall dalam Sistem Operasi Mac<br /> <br />• Konqueror – link<br />Konqueror adalah web browser, file manager, dll. Konqueror menyediakan file viewer yang bisa mengexplore file-file di komputer anda maupun secara remote ke komputer lain. Protokol yang didukung Konqueror :<br />1. FTP and SFTP/SSH browser<br />2. SAMBA (Microsoft file-sharing) browser<br />3. HTTP browser<br />4. IMAP mail client<br />5. ISO (cd image) viewer<br />6. VNC viewer<br />Untuk menginstall Konqueror ini anda harus install KDE terlebih dahulu. KDE adalah Desktop Enviroment di keluarga unix, jika anda pengguna windows telebih dahulu install KDE.<br /> <br />Masih banyak web browser yang terdapat di internet, kembali kepada anda untuk mengunakan browsing internet sehari-hari dan install Add-ons atau Widgetnya untuk mendapatkan pengalaman berbeda saat berselancar.yusya ul anwarhttp://www.blogger.com/profile/10731418358717500145noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-470499400635166546.post-33759206215956669102010-10-08T02:30:00.000-07:002010-10-08T02:33:18.399-07:00Perangkat Keras InternetModem berasal dari singkatan MOdulator DEModulator. Modulator merupakan bagian yang mengubah sinyal informasi kedalam sinyal pembawa (Carrier) dan siap untuk dikirimkan, sedangkan Demodulator adalah bagian yang memisahkan sinyal informasi (yang berisi data atau pesan) dari sinyal pembawa (carrier) yang diterima sehingga informasi tersebut dapat diterima dengan baik. Modem merupakan penggabungan kedua-duanya, artinya modem adalah alat komunikasi dua arah. Setiap perangkat komunikasi jarak jauh dua-arah umumnya menggunakan bagian yang disebut “modem”, seperti VSAT, Microwave Radio, dan lain sebagainya, namun umumnya istilah modem lebih dikenal sebagai Perangkat keras yang sering digunakan untuk komunikasi pada komputer.<br />Data dari komputer yang berbentuk sinyal digital diberikan kepada modem untuk diubah menjadi sinyal analog. Sinyal analog tersebut dapat dikirimkan melalui beberapa media telekomunikasi seperti telepon dan radio.<br />Setibanya di modem tujuan, sinyal analog tersebut diubah menjadi sinyal digital kembali dan dikirimkan kepada komputer. Terdapat dua jenis modem secara fisiknya, yaitu modem eksternal dan modem internal.<br />Modem terbagi atas:<br />1. Modem analog yaitu modem yang mengubah sinyal analog menjadi sinyal digital<br />2. Modem ADSL<br />3. Modem kabel yaitu modem yang menerima data langsung dari penyedia layanan lewat TV Kabel<br />4. Modem CDMA<br />5. Modem 3GP<br />6. Modem GSM<br />http://id.wikipedia.org/wiki/Modem<br /><br />Router adalah sebuah alat jaringan komputer yang mengirimkan paket data melalui sebuah jaringan atau Internet menuju tujuannya, melalui sebuah proses yang dikenal sebagai routing. Proses routing terjadi pada lapisan 3 (Lapisan jaringan seperti Internet Protocol) dari stack protokol tujuh-lapis OSI.<br />Router berfungsi sebagai penghubung antar dua atau lebih jaringan untuk meneruskan data dari satu jaringan ke jaringan lainnya. Router berbeda dengan switch. Switch merupakan penghubung beberapa alat untuk membentuk suatu Local Area Network (LAN).<br /><br />Secara umum, router dibagi menjadi dua buah jenis, yakni:<br />* static router (router statis): adalah sebuah router yang memiliki tabel routing statis yang diset secara manual oleh para administrator jaringan.<br />*dynamic router (router dinamis): adalah sebuah router yang memiliki dab membuat tabel routing dinamis, dengan mendengarkan lalu lintas jaringan dan juga dengan saling berhubungan dengan router lainnya.<br />Kartu Jaringan (Inggris: network interface card disingkat NIC atau juga network card) adalah sebuah kartu yang berfungsi sebagai jembatan dari komputer ke sebuah jaringan komputer. Jenis NIC yang beredar, terbagi menjadi dua jenis, yakni NIC yang bersifat fisik, dan NIC yang bersifat logis. Contoh NIC yang bersifat fisik adalah NIC Ethernet, Token Ring, dan lainnya; sementara NIC yang bersifat logis adalah loopback adapter dan Dial-up Adapter. Disebut juga sebagai Network Adapter. Setiap jenis NIC diberi nomor alamat yang disebut sebagai MAC address, yang dapat bersifat statis atau dapat diubah oleh pengguna.<br /><br />Webcam (singkatan dari web camera) adalah sebutan bagi kamera real-time (bermakna keadaan pada saat ini juga) yang gambarnya bisa diakses atau dilihat melalui World Wide Web, program instant messaging, atau aplikasi video call. Istilah “webcam” juga merujuk kepada jenis kamera yang digunakan untuk keperluan ini. Ada berbagai macam merek webcam, diantaranya LogiTech, SunFlowwer, dan sebagainya. Webcam biasanya berresolusi sebesar 352×288 / 640×480 piksel. Namun ada yang kualitasnya hingga 1 Megapiksel. Sekarang hampir semua kamera digital dan HP bisa dijadikan sebagai kamera web (webcam).<br /><br />Bridge Jaringan adalah sebuah komponen jaringan yang digunakan untuk memperluas jaringan atau membuat sebuah segmen jaringan. Bridge jaringan beroperasi di dalam lapisan data-link pada model OSI. Bridge juga dapat digunakan untuk menggabungkan dua buah media jaringan yang berbeda, seperti halnya antara media kabel Unshielded Twisted-Pair (UTP) dengan kabel serat optik atau dua buah arsitektur jaringan yang berbeda, seperti halnya antara Token Ring dan Ethernet. Bridge akan membuat sinyal yang ditransmisikan oleh pengirim tapi tidak melakukan konversi terhadap protokol, sehingga agar dua segmen jaringan yang dikoneksikan ke bridge tersebut harus terdapat protokol jaringan yang sama (seperti halnya TCP/IP). Bridge jaringan juga kadang-kadang mendukung protokol Simple Network Management Protocol (SNMP), dan beberapa di antaranya memiliki fitur diagnosis lainnya. Terdapat tiga jenis bridge jaringan yang umum dijumpai:<br />Bridge Lokal: sebuah bridge yang dapat menghubungkan segmen-segmen jaringan lokal.<br />Bridge Remote: dapat digunakan untuk membuat sebuah sambungan (link) antara LAN untuk membuat sebuah Wide Area Network.<br />Bridge Nirkabel: sebuah bridge yang dapat menggabungkan jaringan LAN berkabel dan jaringan LAN nirkabel.yusya ul anwarhttp://www.blogger.com/profile/10731418358717500145noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-470499400635166546.post-35307142118181002082010-10-08T02:27:00.000-07:002010-10-08T02:30:39.626-07:00Pengertian ISPISP (Internet Service Provider) adalah perusahaan atau badan usaha yang menjual koneksi internet atau sejenisnya kepada pelanggan. ISP awalnya sangat identik dengan jaringan telepon, karena dulu ISP menjual koneksi atau access internet melalui jaringan telepon. Seperti salah satunya adalah telkomnet instant dari Telkom.<br />Sekarang, dengan perkembangan teknologi ISP itu berkembang tidak hanya dengan menggunakan jaringan telepon tapi juga menggunakan teknologi seperti fiber optic dan wireless. Di Bali, denpasar pada khususnya ISP dengan teknologi wireless paling banyak tumbuh.yusya ul anwarhttp://www.blogger.com/profile/10731418358717500145noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-470499400635166546.post-45404726865577013172010-05-13T17:57:00.000-07:002010-05-13T18:24:54.848-07:00ibu . . . .Ribuan kilo jalan yang kau tempuh<br />Lewati rintang untuk aku anakmu<br />Ibuku sayang masih terus berjalan<br />walau tapak kaki, penuh darah... penuh nanah<br />Seperti udara... kasih yang engkau berikan<br />Tak mampu ku membalas...ibu...ibu<br />Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmu<br />Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu<br />Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku<br />Dengan apa membalas...ibu...ibu....<br /><br />ibu . . .<br />sunggguh besar cintamu kepedaku<br />namun apa daya ku belum bisa membalas semua pengorbananan mu itu, di stiap nafas kau berdoa pada ku namun ku . . . .<br /><br />daku berjanji . . .<br />hari nanti ku ingin engkau bangga dengan hasil ku sendiri, maaf kan ku bila selama ini ku hanya bissa buat engkau sedih dan menangis,jujur aku lakukan semua ini untuk menciptakan senyum bahagia dari bibir engkau ... ibu<br /><br />daku . . .<br />memang jauh dari yang engkau harapkan,seperti kata chrisye selama nafasku masih berhembus ku kan mencoba seprti yang engkau pinta, menjadi orang yang sukses untuk engkau aku kan berjuang takpeduli apa kata orag namun engkau lah wanita impain ku, yang selalu mendengar semua keluh kesah kuengkau yang meemberiku pengorbanan hingga kau teteskan darah<br /><br />oh ibu ....<br />ingin ku menangis dalam dekapan mu . . .yusya ul anwarhttp://www.blogger.com/profile/10731418358717500145noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-470499400635166546.post-83123456763765086742010-04-05T17:40:00.000-07:002010-04-05T17:45:00.108-07:00TES SKU PENEGAK LAKSANA POINT 12Untuk memenuhi tugas tes SKU PENEGAK LAKSANA point 12 tentang "jika disekitar tempat tinggalmya ada pesawat telephone,dapat menggunakannya secara baik" yang diberikan oleh kak Very, maka saya yusya' ul akan posting nomor telephone penting :<br />POLISI : 110,454-771<br />DINAS KEBAKARAN : 113,462-222<br />AMBULANS : 118<br />PMI NGAWI : 749-243<br />REKENING PDAM : 747-261<br />PELAYANAN GANGGUAN PLN : 745-833<br />PEGADAIAN : 749-063<br />KANTOR POS : 749-813<br />SMAN 1 NGAWI : 749-089<br />RSUD SOEROTO : 749-023<br />RSUD NGAWI (Jl.Sumbawa Madiun) : 458-054<br />STASIUN KA WALIKUKUN : 671-216<br />MASJID AGUNG : 461-161<br /><br />Demikian posting Nomor telephone penting yag dapat diposting semoga dapat memenuhi tugas tes SKU PENEGAK LAKSANA POINT 12yusya ul anwarhttp://www.blogger.com/profile/10731418358717500145noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-470499400635166546.post-27772254711485055082010-03-09T17:27:00.000-08:002010-03-09T17:28:37.038-08:00[Tips] Bangun Malam-Malam (Qiyamullail) Menegakkan Shalat Tahajjud1.”Memahami Keutamaan (atammah) Shalat Malam”<br />Shalat tahajjud adalah shalat yang paling utama setelah shalat wajib<br />“Sebaik-baik puasa setelah puasa ramadhan adalah puasa bulan muharram dan sebaik-baik shalat setelah shalat wajib adalah shalat lail” [Hadits Riwayat. Muslim no. 1163]<br />“Sholat yang paling utama sesudah sholat fardhu adalah qiyamul lail (sholat di tengah malam)" (Muttafaqun ‘alaih)<br />Orang yang menegakkan qiyamullail akan terpelihara dari gangguan setan, dan bangun di pagi hari dalam keadan segar dan bersih jiwanya<br />Suatu hari pernah diceritakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang orang yang tidur semalam suntuk tanpa mengingat untuk sholat, maka beliau menyatakan: “Orang tersebut telah dikencingi setan di kedua telinganya” (Muttafaqun ‘alaih)<br />Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menceritakan: “Setan mengikat pada tengkuk setiap orang diantara kalian dengan 3 ikatan (simpul) ketika kalian akan tidur. Setiap simpulnya ditiupkanlah bisikannya (kepada orang yang tidur itu): “Bagimu malam yang panjang, tidurlah dengan nyenyak.” Maka apabila (ternyata) ia bangun dan menyebut nama Allah Ta’ala (berdoa), maka terurailah (terlepas) satu simpul. Kemudian apabila ia berwudhu, terurailah satu simpul lagi. Dan kemudian apabila ia sholat, terurailah simpul yang terakhir. Maka ia berpagi hari dalam keadaan segar dan bersih jiwanya. Jika tidak (yakni tidak bangun sholat dan ibadah di malam hari), maka ia berpagi hari dalam keadaan kotor jiwanya dan malas (beramal shalih)” (Muttafaqun ‘alaih)<br />Mengetahui di malam hari itu ada 1/3 malam terakhir dimana Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mengabulkan doa orang yang berdoa, memberi sesuatu bagi yang memintaa, dan mengampuni yang memohon ampun pada-Nya<br />Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwasannya Nabi bersabda: "Allah turun ke langit dunia setiap malam pada 1/3 malam terakhir. Allah lalu berfirman, Siapa yang berdoa kepada-Ku niscaya Aku kabulkan! Siapa yang meminta kepada-Ku niscaya Aku beri! Siapa yang meminta ampun kepada-Ku tentu Aku ampuni. Demikianlah keadaannya hingga terbit fajar" (HR. Bukhari no. 145 dan Muslim no. 758)<br />" Rabb (Tuhan) kami yang Maha Suci lagi Maha Tinggi turun kelangit dunia tiap malam ketika tersisa 1/3 malam terakhir seraya berkata: "Siapa berdo´a kepada-Ku pasti Aku kabulkan, siapa meminta kepada-Ku pasti Aku beri dan siapa memohon ampun kepada-Ku pasti Aku ampuni ia"(HR. Bukhari - Muslim)<br />"Posisi Rabb (Allah) yang paling dekat dengan hambanya adalah dipenghujung malam, jika anda mampu untuk berzdikir kepada Allah pada saat itu maka lakukanlah" (HR. At-Tirmidzi, Ibn Huzaimah dll dengan sanad shahih)<br />"Pintu-pintu langit dibuka pada pertengahan malam lalu penyeru-pun menyeru: "Apakah ada orang berdo´a, pasti dikabulkan do´anya. Apakah ada orang meminta, pasti diberi permintaannya. Dan apakah ada orang yang sumpek (banyak problem), pasti dihilangkan darinya. Maka tidaklah seorang muslimpun yang berdo´a saat itu melainkan pasti Allah mengabulkannya kecuali zaniah (pelacur yang belum bertaubat) dan `Asysyaar (Seorang yang mengambil harta manusia dengan cara bathil)" (Hadits shahih diriwayatkan at-Tabhrani)<br />“Sesungguhnya, di malam hari ada satu waktu. Tidaklah seorang muslim berdoa kepada Allah mohon kebaikan dunia dan akhirat di malam itu, kecuali Allah pasti mengabulkan permohonannya. Waktu tersebut ada pada tiap-tiap malam” (HR. Muslim No. 757)<br />“Rabb kalian turun setiap malam ke langit dunia tatkala lewat tengah malam, lalu Ia berfirman: “Adakah orang yang berdoa agar Aku mengabulkan doanya?” (HR Bukhari 3/25-26)<br />Dalam riwayat lain disebutkan, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku mengampuninya, siapa yang memohon (sesuatu) kepada-Ku, niscaya Aku pun akan memberinya, dan siapa yang berdoa kepada-Ku, niscaya Aku akan mengabulkannya” Hal ini terus terjadi sampai terbitnya fajar. (Tafsir Ibnu Katsir 3/54)<br />Dari Abdullah bin Amr bin Ash bahwasanya rasulullah bersabda: “shalat yang paling dicintai Allah adalah shalatnya nabi Daud, dan puasa yang paling dicintai oleh Allah adalah puasanya nabi Daud, beliau tidur separuh malam, bangung sepertiganya, tidur seperenamnya, dan berpuasa satu dan tidak berpuasa satu hari” (muttafaq alaih).<br />Menjadikan sebab masuk surga.<br />Rosululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai sekalian manusia, sebarkanlah salam, berilah makanan, sambunglah tali persaudaraan dan sholatlah ketika manusia terlelap tidur pada waktu malam niscaya engkau akan masuk surga dengan selamat” (HR. Ibnu Majah, dishohihkan oleh Al Albani)<br />Menaikkan derajat di surga: “Sungguh di dalam surga tedapat kamar-kamar yang bagian dalamnya terlihat dari luar dan bagian luarnya terlihat dari dalam. Kamar-kamar itu Allah sediakan bagi orang yang memberi makan, melembutkan perkataan, mengiringi puasa Romadhan (dengan puasa sunah), menebarkan salam dan mengerjakan sholat malam ketika manusia lain terlelap tidur” (HR. At Tirmidzi, dihasankan oleh Al Albani)<br /><br />2.Membangkitkan 'Azzam (Keinginan Kuat) untuk Bangun Shalat Malam<br />"Berusaha merasakan penuh kesadaran mendalam, keinginan yang kuat serta harapan menggebu-gebu"<br />Kerinduan yang teramat sangat teruntuk bertaqarrub kepada Allah di keheningan malam dengan bangun malam-malam mengisinya dengan shalat dan ibadah<br />Kuatkan rasa cinta kita kepada Allah, apalagi dengan mengerjakan sholat malam kita akan dapat bercakap-cakap dengan Allah 'azza wa jalla lebih dekat. Betapa tiap patah kata yang kita ucapkan benar-benar munajat kepada Allah<br />Meyakini bahwa Allah 'azza wa jalla pasti akan memperhatikan dan menyaksikan apa saja yang terlintas dalam hati dan benak kita<br />Memahami, seseorang yang benar-benar ingin dicintai Allah pasti akan berusaha menyendiri (berkhalwat) dengan-Nya, merasakan lazatnya bermunajat sepenuh hati dan kekuatan. Sehingga akan menyebabkan tahan (kuatnya) beribadah sepanjang malam...<br />Saat untuk menatap diri pada-Nya di heningnya malam, mengadu menyampaikan segala kelu dan gelisah kita seharian meratap pada-Nya, serta menjemput ketenangan jiwa<br /><br />3.Berusaha Menunaikanya Berarti Kita Telah Mentaati Perintah Allah dan Rasul-Nya dan Allah Akan mengangkat Kita ke Tempat yang Terpuji<br />“Dan pada sebagian malam hari, sholat tahajjudlah kamu sebagai ibadah nafilah bagimu, mudah-mudahan Rabb-mu mengangkatmu ke tempat yang terpuji” (Al-Isro’:79)<br />Dr. Muhammad Sulaiman Abdullah Al-Asyqor menerangkan: “At-Tahajjud adalah sholat di waktu malam sesudah bangun tidur. Adapun makna ayat “sebagai ibadah nafilah” yakni sebagai tambahan bagi ibadah-ibadah yang fardhu. Disebutkan bahwa sholat lail itu merupakan ibadah yang wajib bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan sebagai ibadah tathowwu’ (sunnah) bagi umat beliau” (lihat Zubdatut Tafsir, hal. 375 dan Tafsir Ibnu Katsir: 3/54-55)<br />Ketika Allah menyebutkan sifat-sifat orang yang bertakwa bahwa mereka: “Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam; dan di akhir-akhir malam mereka mohon ampun (kepada Allah)” (Adzariyat : 17-18).<br />Allah Ta’aala berfirman tentang sifat 'ibadur-Rahman: "Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka (Shalat malam)" (QS. Al-Furqan: 64)<br />"Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya (untuk shalat malam), sedang mereka berdo´a kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka. Seorangpun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan" (QS. As-Sajdah: 16-17)<br /><br />4.Meneladani Rasulullah, Sebaik-baik Teladan yang Kita Diperintah untuk Mengikutinya<br />“Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu, Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan” (Al-Muzzammil: 1-4)<br />Dari aisyah -Radhiallahu ‘Anha berkata: "Bahwasannya Rasulullah -Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam shalat malam sampai pecah-pecah (bengkak) kedua kakinya, lalu akupun berkata kepada Beliau: "Mengapa Anda lakukan ini wahai Rasulullah, padahal telah diampuni dosa anda yang lalu dan yang akan datang?" Beliau -Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda: "Tidakkah sepatutnya aku menjadi hamba yang bersyukur" (HR. Bukhari - Muslim)<br />Al-Aswad bin Yazid berkata: “Aku pernah bertanya kepada ‘Aisyah Radhiallaahu anha tentang shalat malam Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam. ‘Aisyah menjawab: “Biasanya beliau tidur di awal malam, kemudian tengah malamnya beliau bangun mengerjakan shalat malam. Bila merasa ada keperluan beliau segera menemui istri. Beliau segera bangkit begitu mendengar seruan azan. Beliau segera mandi bila dalam keadaan junub. Jika tidak, maka beliau segera berwudhu’ lalu berangkat (ke masjid untuk) shalat” (HR. Al-Bukhari)<br />Shalat malam rasulullah sangat mengagumkan: Abu Abdillah Hudzaifah ibnul Yaman Radhiallaahu anhu mengisahkan: "Pada suatu malam, aku pernah shalat tahajjud bersama Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam . Beliau mengawali shalat dengan membaca surat Al-Baqarah, saya berkata di dalam hati, “Mungkin setelah membaca kira-kira seratus ayat, ternyata beliau terus tidak berhenti, saya berkata lagi di dalam hati, “Mungkin, beliau selesaikan pembacaan surat Al-Baqarah. Dalam satu raka’at ternyata beliau terus memulai surat Ali Imron kemudian terus mem-bacanya saya berbicara di dalam hati: (mungkin) beliau mau ruku setelah selesai Ali-Imron, ternyata beliau terus membaca surat An Nisa sampai habis. Beliau membaca surat-surat tersebut dengan bacaan tartil. Setiap kali membaca ayat yang menyebutkan kemahasucian Allah Ta’ala beliau selalu bertasbih (mengucapkan subhanallah). Setiap kali membaca ayat yang berisikan permohonan, beliau pasti berdoa. Setiap kali membaca ayat yang menyebutkan permintaan berlindung diri kepada Allah Ta’ala, beliau segera mengucapkan ta’awwudz. Ketika ruku’ beliau membaca: Subhaana Rabbiyal ‘Adzhiim (“Maha Suci Rabbku Yang Maha Agung”) Lama ruku’ beliau hampir sama dengan lama berdiri. Kemudian beliau mengucapkan: Sami’allahuliman hamidah, Rabbana lakal hamdu “Allah Maha mendengar terhadap hamba yang memuji-Nya. Ya Rabb kami, segala puji bagi-Mu.” Kemudian beliau tegak berdiri (i’tidal), hampir sama lamanya dengan ruku’. Kemudian beliau sujud dan membaca: Subhaana Rabbiyal ‘A’la ( “Maha Suci Rabbku Yang Maha Luhur.” ) Lama sujud beliau hampir sama dengan lama i’tidal.” (HR. Muslim)<br /><br />5.Qiyamullail Adalah Kebiasaan Orang-Orang Shalih dan Calon penghuni Syurga <br />“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam taman-taman surga dan di mata air-mata air, sambil mengambil apa yang diberikan oleh Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu (di dunia) adalah orang-orang yang berbuat kebaikan, (yakni) mereka sedikit sekali tidur di waktu malam, dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah)” (Adz-Dzariyat: 15-18)<br />"Hendaklah kalian melakukan sholat malam, karena sholat malam itu adalah kebiasaan orang-orang sholih sebelum kalian, dan ibadah yang mendekatkan diri pada Tuhan kalian serta penutup kesalahan dan sebagai penghapus dosa” (HR. Tirmidzi no. 3549, Al Hakim I/380, Baihaqi II/502. Dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Irwa Al Ghalil II/199/no. 452)<br />“Sebaik-baik lelaki adalah Abdullah (yakni Abdullah bin Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhuma, -ed) seandainya ia sholat di waktu malam” (HR Muslim No. 2478 dan 2479). Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menasihati Abdullah ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma: “Wahai Abdullah, janganlah engkau menjadi seperti fulan, ia kerjakan shalat malam, lalu ia meninggalkannya” (HR Bukhari 3/31 dan Muslim 2/185)<br /><br />6.Meneladani Kesungguhan Para Salafus Shalih Dalam Menegakkan Qiyamul Lail<br />Disebutkan dalam sebuah riwayat, bahwa tatkala orang-orang sudah terlelap dalam tidurnya, Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu justru mulai bangun untuk shalat tahajjud, sehingga terdengar seperti suara dengungan lebah (yakni Al-Qur’an yang beliau baca dalam sholat lailnya seperti dengungan lebah, karena beliau membaca dengan suara pelan tetapi bisa terdengar oleh orang yang ada disekitarnya, ed.), sampai menjelang fajar menyingsing<br />Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah pernah ditanya: “Mengapa orang-orang yang suka bertahajjud itu wajahnya paling bercahaya dibanding yang lainnya?” Beliau menjawab: “Karena mereka suka berduaan bersama Allah Yang Maha Rahman, maka Allah menyelimuti mereka dengan cahaya-Nya"<br />Abu Sulaiman berkata: “Malam hari bagi orang yang setia beribadah di dalamnya, itu lebih nikmat daripada permainan mereka yang suka hidup bersantai-santai. Seandainya tanpa adanya malam, sungguh aku tidak suka tinggal di dunia ini”<br />Al-Imam Ibnu Al-Munkadir menyatakan : “Bagiku, kelezatan dunia ini hanya ada pada tiga perkara, yakni qiyamul lail, bersilaturrahmi dan sholat berjamaah”<br /><br />7.Mengingat, Kemuliaan Seorang yang Beriman Ada Pada Shalat Malamnya<br />Ketika Jibril datang pada Rosululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, “Hai Muhammad, kemuliaan orang beriman adalah dengan sholat malam. Dan kegagahan orang beriman adalah sikap mandiri dari bantuan orang lain” (HR. Al Hakim, dihasankan oleh Al Albani, Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah no. 831)<br />"Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan"(QS. Al-Muzammil: 6)<br />Qiyamul lail merupakan amalan utama, lebih utama daripada shalat sunnah di siang hari; karena di waktu sepi kita akan lebih ikhlas kepada Allah dan karena beratnya meninggalkan tidur, serta kelezatan bermunajat kepada Allah azza wajalla terutama pada kemuliaan 1/3 akhir malam<br />Maka berusaha menjadikan qiyamullail kebiasaan dan kebutuhan pokok kita<br />Sebagaimana betapa butuhnya kita akan kasih-sayang Allah menghamba pada-Nya, maka kita buktikan dengan senantiasa menghadap pada-Nya di 1/3 akhir malam, berkesendirian dengan-Nya<br /><br />8.Meniatkan ('azzam yang kuat/affirmasi diri) Sebelumnya Untuk Bisa Bangun Memuliakan Keheningan Malam dengan Beribadah Kepada Allah<br />Berusaha bersikap adil teruntuk dunia dan akhirat kita<br />Mengingat: “Jika malam-malam kita sebelumnya telah sekian lama kita habiskan untuk tidur saja, sudah saatnya mulai malam ini kita bangun membasuh muka dengan air wudhu' dan lekas menyongsong perjumpaan denganNya”<br />Serta, sudah Adilkah jatah waktu kita antara dunia dan akhirat dalam keseharian kita?, maka mari kita menggenapi ketidak-adilan kita selama ini pada agama dan akhirat kita serta urusan diri kita kepada Allah dengan bersegera...<br />Mulai malam ini, saat Allah masih memberi kesempatan pada diri kita sebelum kesempatan itu tiada (Allah mencabut-Nya)...<br />Menjadikan tiap malam kita menjadi malam-malam yang berkesan, penuh dengan doa-doa kita memohon ampun kepada Allah, bercakap-cakap erat dengan-Nya dan bukanya bertabur dosa dan kemaksiatan<br />Buktikan kita benar-benar mengharap hidayah dan kekuatan dari Allah, sehingga hati kita akan menjadi bersih, dan diberi kemudahan menuju jalan kebaikan dan keselamatan akhirat kita<br />Dan semoga kita termasuk golongan hamba-Nya yang beruntung<br />Merasakan manfaatnya bagi jiwa kita; dengan melaksanakannya akan mendatangkan pencerahan pada jiwa dan ketenangan hati kita<br />Mencukupkan malam-malam kita sebagai tempat berkeluh kesah hanya kepada Allah. Dengan sederas mungkin tangis kita, biarlah air mata meluap menunjukkan kelemahan dan ketidak-berdayaan diri kita<br />Tatkala seorang hamba menyembunyikan amal ibadah tertutup pekatnya malam, insya Allah Allah akan menutup pula aib-aib kita dan terhindar dari segala keburukan amalan kita<br /><br />9.Mengusahkan Hal-hal Yang Akan Mempermudah Kita Bangun Malam<br />Mengusahakan tidak terlalu banyak makan dan minum sebelumnya<br />Yang akan membuat perut terlalu kenyang dan mata mengantuk (terasa berat) untuk bangun ditengah malam<br />Mengusahakan untuk tidur pada siang hari meskipun sebentar<br />Sebab dengan adanya tidur siang tersebut akan memudahkan kita untuk bangun malam<br />Berusaha senantiasa memuliakan masjid dan menitipkan hati kita disana <br />Dengan meramaikanya untuk ibadah dan shalat jamaah diawal waktu (teruntuk laki-laki)<br />Sehingga akan terbiasa, merasuk menjadi jati diri kita untuk senantiasa menjaga waktu-waktu ibadah kita kepada Allah secara berjamaah penuh kesadaran<br />Berusaha dekat dan bergaul merekatkan diri pada orang-orang shaleh<br />Orang yang akan memberi kita nasehat (mengingatkan) akan kesalahan dan kekurangan diri kita<br />"Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia; melaksanakan amar makruf nahi mungkar dan beriman kepada Allah" (QS Ali Imran [3]: 110)<br />Dan bukan sekedar teman dalam kesenangan saja yang biasanya malah menjerumuskan (menyesatkan)<br /><br />10.Berusaha meninggalkan Maksiat, Dosa dan Perbuatan Bid'ah<br />Al-Imam Hasan Al-Bashri pernah menegaskan:<br />“Sesungguhnya orang yang telah melakukan dosa, akan terhalang dari qiyamul lail.” Ada seseorang yang bertanya: “Aku tidak dapat bangun untuk untuk qiyamul lail, maka beritahukanlah kepadaku apa yang harus kulakukan?” Beliau menjawab : “Jangan engkau bermaksiat (berbuat dosa) kepada-Nya di waktu siang, niscaya Dia akan membangunkanmu di waktu malam” (Tazkiyyatun Nufus, karya Dr Ahmad Farid)<br />Berusaha untuk senantiasa mengawasi diri (menghisab diri) tiap amalan kita<br />Bahkan dari segala yang terlintas dalam benak kita serta informasi yang layak (boleh masuk) dalam ingatan (perhatian) kita<br /><br />11.Memanfaatkan Segala Sumber-Daya Yang Kita Miliki Untuk Bisa Bangun Shalat Malam<br />Seperti beker, alarm HP dan program-program reminter shalat (seperti mawaqit untuk hp yang sudah support java), dll serta teman, dan suami-istri untuk saling membantu serta berjamah melaksanakanya<br />Selain saling membangunkan suami-istri, dan keluarga juga saling membangunkan tetangga atau teman dengan menelpon/misscal melalui HP-nya. Saling berta'awun dalam kebaikan dan taqwa<br />“Allah memberi rahmat kepada seorang suami yang bangun malam lalu shalat dan (tidak lupa) membangunkan istrinya kemudian ia shalat juga. Jika istrinya enggan, dia (boleh) memerciki wajah istrinya dengan air. Allah memberi rahmat kepada seorang istri yang bangun malam kemudian mengerjakan shalat, dan ia tidak lupa membangunkan suaminya. Jika suaminya malas bangun, ia boleh memerciki wajah suaminya dengan air” (HR Abu Daud).<br /><br />12.Mempersiapkan Diri Sebelumnya Dengan Tidur Diawal Waktu dan Meniatkan Untuk Bangun Shalat Malam<br />"Disunnahkan bagi seorang muslim tidur dalam keadaan suci, dan barangsiapa yang bermalam dalam keadaan suci maka malaikat ikut bermalam bersamanya, dan ia tidak bangung kecuali malaikat berkata: Ya Allah, ampunilah hambamu fulan, karena ia bermalam dalam keadaan suci"(HR. Ibnu Hibban)<br />Disunnahkan segera tidur (tidur di awal malam dan menjauhkan diri dari begadang kecuali dalam hal-hal yang baik) agar bisa bangun untuk shalat malam dengan segar, dan disunnahkan bangun ketika mendengar adzan, sebagaimana sabda rasulullah: "apabila salah seorang dari kalian tidur, setan membuat tiga ikatan di kepalanya, ia mengatakan pada setiap ikatan, malam masih panjang maka tidurlah"<br />Rasulullah membenci tidur sebelum shalat 'isya dan berbicara sesudah Shalat Isya. sebagaimana disebut dalam hadits riwayat Ibnu Mas'ud: <br />"Tidak diperkenankan bercakap-cakap di malam hari kecuali bagi orang yang sedang mengerjakan shalat atau sedang bepergian" (HR. Ahmad, As-Suyuti menandainya sebagai hadits hasan).<br />Ketika akan tidur memperhatikan adab-adab tidur<br />Seperti membaca do'a sebelum tidur, membaca ayat kursi, membaca 2 ayat terakhir dari surat Al Baqarah, membaca Surat Al Kaafirun, dll<br />Sunnah sebelum tidur berniat qiyamullail, jika ia tertidur dan tidak bangun, maka ditulis baginya apa yg ia niatkan, dan tidurnya merupakan sedekah dari tuhan kepadanya <br />Termasuk permohonan untuk dibangunkan agar bisa menunaikan shalat malam<br />Dan menjaga niat ikhlas karena mengharap ridha Allah<br />Seorang muslim seharusnya berusaha bangun malam dan tidak meninggalkannya, karena nabi sendiri melakukan qiyamul lail hingga kakinya pecah-pecah<br /><br />13.Persiapan Sebelum Shalat Tahajjud<br />"Jika ia bangun dan berdzikir kepada Allah, maka lepaslah satu ikatan, jika berwudhu’ maka lepas satu ikatan, dan jika shalat, lepas satu ikatan, maka ia masuk waktu pagi dengan segar dan jiwanya tenang, kalau tidak, maka ia masuk waktu pagi dg jiwa yg tidak tenang dan malas" (Muttafaq alaih)<br />Begitu bangun tidur usap wajah dengan kedua telapak tangan kita seraya membaca doa bangun tidur atau sekurang-kurangnya mengucapkan:<br />Alhamdulillah..., dilanjutkan dengan membaca QS. Ali Imran ayat 190 <br />Disunnahkan bagi orang yang mengerjakan shalat lail untuk bersiwak (menggosok gigi lebih dahulu sebelum wudu') dan membaca ayat-ayat terakhir dari surat Ali Imran mulai dari firman Allah..<br />Artinya: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumu dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal” [ Ali Imran : 190] dibaca sampai akhir surat<br />Disunnahkan shalat tahajjud di rumah, membangunkan keluarganya dan sekali-kali shalat mengimami mereka<br />Tidak shalat dalam keadaan mengantuk, jika sangat mengantuk segera tidur <br /><br />14.Sunnah Memulai Shalat Lail Dengan 2 raka’at Yang Ringan (pendek). Hal itu dilakukan hingga datangnya semangat untuk memanjangkan raka’atnya setelah 2 rakaat yang pendek tersebut<br />Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :<br />“Apabila salah seorang diantara kalian mendirikan shalat lail hendaklah membuka shalatnya dengan shalat 2 raka’at yang ringan (surat-surat yang dibaca pendek. Pent)" [Hadits Riwayat. Muslim no. 768]<br /><br />15.Sunnah Memulai Shalat Malam Dengan Do'a yang Shahih dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam<br />“Ya Allah, Rabb Jibril, Mikail dan Israfil. Wahai Pencipta langit dan bumi. Wahai Rabb yang mengetahui yang ghaib dan nyata. Engkau yang menjatuhkan hukum (untuk memutuskan) apa yang mereka (orang-orang Nasrani dan Yahudi) pertentangkan. Tunjukkanlah aku pada kebenaran apa yang dipertentangkan dengan seizinMu. Sesungguhnya Engkau menunjukkan pada jalan yang lurus bagi orang-orang yang Engkau kehendaki” [Hadits Riwayat. Muslim no. 770, Abu Dawud no. 767, Ibnu Majah no. 1357]<br /><br />16.Sunnah Memanjangkan Shalat Malam<br />Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya: “Shalat apakah yang paling baik?” Rasulullah menjawab : “Yang panjang qunutnya (lama berdirinya)” [Hadits Riwayat. Muslim no.756]<br />Qunut dalam hadits ini memiliki banyak arti berdasarkan banyak riwayat. Dalam Hadyus Saari Muqaddimah dari Fathul Baari oleh Ibnu Hajar hal. 305 (Cet. Daar Abi Hayyaan) pasal Qaf Nun disebutkan tentang makna qunut antara lain do’a, berdiri, tenang, diam, ketaatan, shalat, kekhusu’an, ibadah, dan memperpanjang berdiri. Pent.<br />Juga sunnah memperpanjang sujud dan memanjangkan berdiri membaca al-Qur’an (membaca surat pabjang yang kita kuasai). Sesekali membaca dengan keras dan sekali-kali pelan<br /><br />17.Sunnah Berta'wudz (Memohon Perlindungan Allah) Ketika Membaca Ayat tentang 'Adzab dengan ucapan:<br />“Aku berlindung kepada Allah dari Adzab Allah”<br />Dan Memohon Rahmat Allah Ketika Membaca Ayat tentang Permohonan dengan ucapan<br />“Ya Allah aku meminta kepadaMu dari karuniaMu”<br />Dan Bertasbih Ketika Membaca Ayat-Ayat yang Mengandung Pujian tentang Ke-Maha-Sucian Allah<br />Hal diatas berdasar hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam<br />“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca (ayat) dengan tartil apabila beliau melewati satu ayat tasbih maka beliaupun membaca tasbih. Apabila melewati ayat permohonan (tentang rahmat,-ed) maka beliaupun memohon. Dan apabila melewati ayat memohon perlindungan, maka beliaupun memohon perlindungan (bertaawudz)…” [Hadits Riwayat. Muslim no. 772]<br /><br />18.Disunnahkan (Orang yang Mengerjakan Shalat Malam) Berdoa Dengan Do'a Shahih yang Diajarkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam<br />“Ya Allah, bagiMu segala puji, Engkaulah Penegak langit dan bumi dan segala isinya. BagiMu segala puji, milikMu kerajaan langit dan bumi serta segala isinya. bagiMu segala puji (Engkau) Pemberi cahaya langit dan bumi (serta segala isinya). bagiMu segala puji, Engkau penguasa langit dan bumi. bagiMu segala puji Engkau lah Yang Maha benar, janji-Mu itu benar adanya dan pertemuan dengan-Mu itu benar adanya. FirmanMu itu benar, surga itu benar, neraka itu benar, para nabi itu benar, Nabi Muhammad itu benar (utusanMu), kiamat itu benar adanya. Ya Allah, kepadaMu aku bertawakal, kepadaMu aku kembali, kepadaMu aku mengadu dan kepadaMu aku berhukum. Ampunilah dosaku di masa lalu, masa yang akan datang, yang tersebunyi serta yang nampak (Karena Engkau adalah Maha Mengetahui itu daripada aku). Engkau lah Yang terdahulu dan Yang terakhir (Engkau Tuhanku) dan tidak ada Tuhan kecuali Engkau atau tidak ada Tuhan (bagiku) kecuali Engkau” [Hadits Riwayat. Bukhari no. 1120, 6317, 7385 dan Muslim no. 2717]<br />Dan juga memanjatkan do'a yang menjadi hajat dan keinginan kita kepada Allah serta juga berusaha memperbanyak membaca wirid (dzikir) serta jika masih ada waktu bisa mengerjakan shalat suhnah yang lain (sebelum ditutup dengan shalat witir)<br />(No. 17 - 21 ana kutip dari: http://wahdahsamarinda.wordpress.com/2008/03/18/sholat-sunnah-malam<br />Sumber asalnya dari: kitab Aktsaru Min Alfi Sunnatin Fil Yaum Wal Lailah, edisi Indonesia Lebih Dari 1000 Amalan Sunnah Dalam Sehari Semalam, Penulis Khalid Al-Husainan, Penerjemah Zaki Rachmawan]<br /><br />19.Akhiri dengan salat witir<br />Dari Aisyah Ummul Mukminin Radhiyallahu ‘anha, dia bercerita...<br />“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mengerjakan shalat 11 raka’at pada waktu antara selesai shalat Isya –yaitu, suatu waktu yang oleh orang-orang disebut sebagai atamah- sampai Shubuh sebanyak 11 rakaat, dengan salam setiap dua raka’at dan mengerjakan shalat witir satu raka’at. Dan jika mu’adzin telah berhenti dari mengumandangkan adzan shalat Shubuh dan sudah tampak jelas pula fajar olehnya dan beliau juga sudah didatangi oleh muadzin, maka beliau segera berdiri dan mengerjakan 2 rakaat ringan, dan kemudian berbaring di atas lambung kanannya sehingga datang muadzin kepada beliau untuk mengumandangkan iqamah”<br />(Hadits shahih. Diriwayatkan oleh Muslim, di dalam kitab Shalaatul Musaafirin wa Qashruha, bab Shalaatul Lail wa Adadu Raka’aatin Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam fil Lail wa Annal Witr Rak’atan wa Anna Rak’ah Shalaatun Shahiihah, (hadits no. 736. Dan asal hadits berada pada Al-Bukhari. Lihat Jaami’ul Ushuul (VI/91-96). <br />Dari Abu Bashrah Al-Ghifari, dia bercerita, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda...<br />“Sesungguhnya Allah telah menambah untuk kalian satu shalat, yaitu witir. Oleh karena itu, kerjakanlah ia di antara shalat Isya sampai shalat Shubuh”<br />(Hadits shahih. Diriwayatkan oleh Ahmad di dalam kitab, Al-Musnad (VI/7 dan 397). Dan dinilai shahih oleh Al-Albani di dalam kitab, Silsilah Ash-Shahihah (hadits no. 108) <br />Jadi, kedua hadits di atas secara jelas menujukkan bahwa shalat malam dan witir itu waktunya dimulai dari setelah shalat Isya (yang oleh orang-orang disebut dengan atamah) sampai waktu Shubuh<br />Dan pernyataan yang menyebutkan bahwa akhir waktunya adalah Shubuh, diperkuat oleh apa yang ditegaskan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam<br />“Dan jika salah seorang di antara kalian khawatir (akan) masuk waktu Shubuh, maka hendaklah dia mengerjakan shalat satu raka’at shalat witir sebagai penutup bagi shalat yang telah dikerjakannya” (Takhrij hadits ini akan diberikan selanjutnya pada pembahasan berikutnya)<br />Ibnu Nashr mengatakan:<br />”Yang menjadi kesepakatan para ulama adalah bahwa antara shalat Isya sampai terbit fajar merupakan waktu shalat witir. Dan mereka berbeda pendapat mengenai waktu setelah itu sampai shalat Shubuh dikerjakan. Dan telah diriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau memerintahkan untuk mengerjakan shalat witir sebelum terbit fajar” (Mukhtashar Qiyaamil Lail, hal. 119)<br />Maka bisa saya katakan,<br />"Yang terbaik bagi orang yang khawatir tidak bisa bangun, di akhir malam untuk mengerjakan shalat di awal waktu. Sedangkan bagi siapa yang yakin akan bangun, maka yang terbaik baginya adalah mengakhirkan pelaksanaan shalat witir sampai akhir malam"<br />Hal ini didasarkan pada apa yang ditegaskan dari Jabi Radhiyallahu ‘anhu, di mana dia bercerita. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda.<br />“Barangsiapa khawatir tidak bangun di akhir malam, maka hendaklah dia mengerjakan shalat witir di awal waktunya. Dan barangsiapa yang serius hendak bangun di akhir malam, maka hendaklah dia mengerjakan shalat witir di akhir malam, karena sesungguhnya shalat di akhir malam itu disaksikan (oleh para Malaikat). Dan demikian itu lebih baik”<br />(Hadits shahih. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab Shalaatul Musaafiriin wa Qasruha, bab Man Khaafa an laa Yaquuma Aakhiral Lail fal Yuutir Awwaluhu, (hadits no. 755)<br /><br />Tentang bab shalat witir ini dinukil dari kitab Bughyatul Mutathawwi Fii Shalaatit Tathawwu, Edisi Indonesia Meneladani Shalat-Shalat Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Penulis Muhammad bin Umar bin Salim Bazmul, Penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi’i]. Sumber ana daptkan dari: http://www.almanhaj.or.id/content/2361/slash/0<br /><br />Beberapa Kesimpulan Penutup<br />Hukum sholat malam adalah sunah muakkad<br />Waktunya adalah setelah sholat ‘isya sampai dengan sebelum waktu sholat shubuh<br />Akan tetapi, waktu yang paling utama adalah 1/3 malam terakhir dan boleh dikerjakan sesudah tidur ataupun sebelumnya<br />Jumlah rakaatnya paling sedikit adalah 1 rakaat<br />Berdasarkan sabda Rosululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam,<br />“Shalat malam adalah 2 rakaat (salam) 2 rokaat (salam), apabila salah seorang di antara kamu khawatir akan datangnya waktu shubuh maka hendaklah dia sholat 1 rokaat sebagai witir baginya” (HR. Bukhori dan Muslim)<br />Dan jumlah rakaat paling banyak adalah 11 rakaat<br />Berdasarkan perkataan ‘Aisyah radhiyallohu ‘anha, “Tidaklah Rosululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam:<br />“Sholat malam di bulan ramadhon atau pun bulan yang lainnya lebih dari 11 rokaat” (HR. Bukhori dan Muslim), walaupun mayoritas ulama menyatakan tidak ada batasan dalam jumlah rakaatnya<br />===================================================================<br />Demikianlah beberapa keutamaan, kemuliaan dan keindahan qiyamul lail<br />Sungguh kita akan merasakan keindahannya bila hati kita telah diberi taufik oleh Allah ta’ala dan tidak akan merasakan keindahannya bagi siapa pun yang dijauhkan dari taufik Allah subhanahu wata'ala<br />Semoga kita semua bisa senantiasa berusaha menjadi hamba-Nya yang beruntung tersebut; "diberi keutamaan menegakkan qiyamullail dengan beristiqamah"<br />Dan mari kita berazzam (mengi'tiqadkan diri dengan kuat) untuk berusaha senantiasa menghidupkan malam-malam kita bersama kemuliaan yang dianugerahi-Nya<br /><br />Wallahu waliyyut taufiq<br />Wallahu’alam bisshowab...<br /><br />Hamba yang senantiasa mengharap kekuatan dari-Nya, mengharap penjagaan-Nya<br />Muhammad Ulinnuha<br /><br />*) Beberapa dalil ana kutip dari banyak sumberyusya ul anwarhttp://www.blogger.com/profile/10731418358717500145noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-470499400635166546.post-88185440577957217102010-03-09T17:12:00.000-08:002010-03-09T17:19:34.736-08:00nama-nama islami
<br />Abhar - ÇÈåÑ - yang bergemerlapan -
<br /> Ahlam - ÇÍáÇã - impian - kemaafan
<br /> Ahnaf - ÇÍäÝ - yang lurus -
<br /> Aiman - Çíãä - yang bertuah - yang kanan
<br /> Aiman - ÇíãÇä - yang bertuah - keberkatan
<br /> Aisar - ÇíÓÑ - enang - yang mudah
<br /> Ajmal - ÇÌãá - yang lebih cantik -
<br /> Ajwad - ÇÌæÏ - yang lebih pemurah -
<br /> Akalil - ÇßÇáíá - mahkota -
<br /> Akid - ÇßíÏ - yang kuat - teguh
<br /> Akmal - Çßãá - yang lebih sempurna - lelaki
<br /> Akram - ÇßÑã - yang mulia - pemurah
<br /> Aqhari - ÇÞåÑí - yang lebih berkuasa -
<br /> Aqrabin - ÃÞÑÈíä - Saudara mara yang rapat. -
<br /> Aqwa - ÇÞæì - yang perkasa - yang kuat
<br /> Alaa' - ÇáÇÁ - Ni'mat-ni'mat -
<br /> Alif - ÃáíÝ - Yang mesra -
<br /> Alma' - ÇáãÚ - yang bersinar -
<br /> Alwan - Çáæä - warna-warni -
<br /> Amad - ÇãÏ - masa - matlamat
<br /> Amadi - ÇãÏí - masaku - matlamatku
<br /> Amal - ÇãÇá - cita-cita - harapan
<br /> Amaluddin - ÇãÇá ÇáÏíä - cita-cita agama -
<br /> Amali - ÇãÇáí - cita-citaku - harapanku
<br /> Aman - ÇãÇä - sentosa - keamanan
<br /> Amar - ÇãÑ - perintah - suruhan
<br /> Amin - Çãíä - yang amanah -
<br /> Aminuddin - Çãíä ÇáÏíä - pengamanah agama -
<br /> Amir - ÇãíÑ - putra - ketua
<br /> Amjad - ÇãÌÇÏ - kemulian - keagongan
<br /> Amnan - ÇãäÇä - ketenangan -
<br /> Amni - Çãäì - keamanan -
<br /> Amsyar - ÇãÔÑ - yang cergas -
<br /> Amzar - ÇãÒÑ - yang utama - yang mulia
<br /> Anas - ÇäÓ - kemesraan -
<br /> Anat - ÇäÇÊ - lemah lembut -
<br /> Anaqi - ÇäÇÞì - keindahanku yang menawan hati -
<br /> Andhar - ÇäÖÑ - yang berseri -
<br /> Ani - Çäì - yang sabar - yang bersopan
<br /> Aniq - ÇäíÞ - yang kacak lagi menawan hati -
<br /> Anis - ÇäíÓ - yang mesra - teman setia
<br /> Ansar - ÇäÕÇÑ - penolong - penyokong
<br /> Ansari - ÇäÕÇÑì - nisbah kepada ansar -
<br /> Anwar - ÇäæÑ - yang bercahaya -
<br /> Anwari - ÇäæÇÑì - cahayaku -
<br /> Arami - ÇÑÇãì - tandaku -
<br /> Arham - ÇÑÍã - yang mesra - yang belas kasihan
<br /> Arib - ÇÑíÈ - yang mahir -
<br /> Arina - ÇÑíäÇ - kecergasan -
<br /> Arqam - ÇÑÞã - nama sahabat nabi -
<br /> Arum - ÇÑæã - asal keturunan -
<br /> Arumi - ÇÑæãì - asal keturunanku -
<br /> Arsyad - ÇÑÔÏ - yang sangat cerdik -
<br /> As'ad - ÇÓÚÏ - yang amat bahagia -
<br /> Asil - ÇÕíá - yang mulia - baik
<br /> Aslah - ÇÕáÍ - yang lebih baik - yang lebih sesuai
<br /> Aslam - ÇÓáã - yang paling selamat -
<br /> Asma'I - ÇÕãÚí - hati yang suci -
<br /> Asma'an - ÇÕãÚÇä - hati yang suci dan pendapat yang teguh -
<br /> Asmar - ÇÓãÑ - yang hitam manis -
<br /> Asna - ÇÓäì - yang tinggi - yang bersinar
<br /> Asnawi - ÇÓäæí - yang berseri - yang gemilang
<br /> Asy'ari - ÇÔÚÑì - yang elok - yang berambut lebat dan panjang
<br /> Asyraf - ÇÔÑÝ - yang mulia -
<br /> Athari - ÇØåÑí - yang bersih -
<br /> Athir - ÇËíÑ - yang mulia - yang utama
<br /> Awad - ÇæÏ - yang paling disayangi -
<br /> Aufa - ÇæÝì - yang setia -
<br /> Awwab - ÇæÇÈ - yang banyak bertaubat -
<br /> Auji - ÇæÌì - ketinggianku - kemuliaanku
<br /> Aghlab - ÇÛáÇÈ - yang menang -
<br /> Afdhal - ÇÝÖá - yang lebih utama -
<br /> Afnan - ÇÝäÇä - kesenian -
<br /> Ahlami - ÇÍáÇãí - impianku - kesabaranku
<br /> Afandi - ÇÝäÏí - gelaran bagi orang berpangkat -
<br /> Abadi - ÇÈÏì - yang kekal -
<br /> A'alam - ÇÚáÇã - Panji-panj -
<br /> Ahmad - ÇÍãÏ - yang terpuji -
<br /> Abu Samah - ÇÈæ ÇáÓãÍ - pemaaf - yang bertoleransi
<br /> Afham - ÇÝåã - yang lebih faham -
<br /> Adham - ÇÏåã - yang hitam - cantik
<br /> Abu bakar - ÇÈæ ÈßÑ - sahabat nabi -
<br /> Auni - Çæäì - kelembutanku - ketenanganku
<br /> Ayadi - ÇíÇÏì - nikmat-nikmat -
<br /> Aus - ÇæÓ - pemberian - serigala
<br /> Aya - ÇíÇ - cahaya matahari -
<br /> Ayyub - ÇíæÈ - nama nabi -
<br /> Azfar - åÙÝÑ - yang berjaya - yang menang
<br /> Azhar - ÇÒåÑ - yang berseri - yang gemilang
<br /> Azhari - ÇÒåÑì - yang berseri - yang gemilang
<br /> Aziz - ÚÒíÒ - yang mulia - yang kuat
<br /> Azizan - ÚÒíÒÇä - yang mulia - yang kuat
<br /> Azizi - ÚÒíÒí - kesayangku - kekasihku
<br /> Azri - ÇÒÑì - kekuatanku - penyokongku
<br /> Abid - ÇÈÏ - yang bermukim - yang menetap
<br /> Abu Bakar - ÇÈæ ÈßÑ - gelaran sahabat nabi yang bersegera -
<br /> Adabi - ÇÏÈì - kesopananku - kesesteraan
<br /> Abqari - ÚÈÞÑì - yang bijaksana - yang kuat
<br /> Abud - ÚÈæÏ - yang kuat beribadat -
<br /> Adi - ÚÏì - askar perwira - yang kuat berlari
<br /> Adil - ÚÇÏá - yang adil -
<br /> Adli - ÚÏáì - keadilanku - kelurusanku
<br /> Adnan - ÚÏäÇä - nama datuk nabi yang ke-20 - yang bermukim
<br /> Affan - ÚÝÇä - pendaki -
<br /> Afi - ÚÇÝì - pemaaf -
<br /> Afif - ÚÝíÝ - yang bermaruah - yang menjaga kehormatannya
<br /> Akif - ÚÇßÝ - yang menumpukan jiwa raganya padasesuatu -
<br /> Alaa' - ÚáÇ - ketinggian - kemuliaan
<br /> Alauddin - ÚáÇÁÇáÏíä - ketinggian agama -
<br /> Ali - Úáì - yang mulia - yang tinggi kedududkannya
<br /> Aliaudin - ÚáìÇáÏíä - ketinggian agama -
<br /> Amir - 򂋄 - yang memakmurkan - yang mendiami
<br /> Ammar - 򋂄 - yang memakmurkan - yang kuat iman
<br /> Amran - ÚãÑÇä - yang memakmurkan -
<br /> Amrun - 򋄾 - kemakmuran -
<br /> Arafat - ÚÑÝÇÊ - yang terkenal - kenalan
<br /> Arif - ÚÇÑÝ - yang bijak - yang mengetahui
<br /> Ariffin - ÚÇÑÝíä - yang bijak - yang mengetahui
<br /> Asim - ÚÇÕã - yang memelihara/mengawal -
<br /> Asjad - ÚÓÌÏ - emas - permata
<br /> Asri - ÚÕÑì - masaku - kemajuankuyang mengikutperedaran masa
<br /> Asyur - ÚÇÔíæÑ - hari yang kesepuluh dari bulan Muharram -
<br /> Ataa' - ÚØÇÁ - pemberian -
<br /> Ataullah - ÚØÇÇááå - kurnian Allah -
<br /> Atik - ÚÇÊß - yang pemurah - yang beraniyang bersih
<br /> Atiyah - ÚØíå - pemberian -
<br /> Atiq - ÚÊíÞ - yang indah - yang mulia
<br /> Atif - ÚÇØÝ - penyayang -
<br /> Atuf - ÚØæÝ - yang sangat penyayang -
<br /> Auf - ÚæÝ - yang berusaha - yang kuatusaha
<br /> 'Abbas - ÚÈÇÓ - nama sahabat nabi -
<br /> 'Abid - ÚÇÈÏ - yang beribadat -
<br /> Afiq - ÇÝíÞ - yang amat pemurah -
<br /> 'Abidin - ÚÇÈÏíä - yang beribadat -
<br /> 'Abqari - ÚÈÞÑí - yang bijaksana - yang kuat
<br /> 'Abud - ÚÇÈæÏ - yang kuat beribadat -
<br /> 'Adi - ÚÏì - askar perwira - yang kuat berlari
<br /> 'Adil - ÚÇÏá - yang adil -
<br /> 'Abbas - ÚÈÇÓ - Nama sahabat Nabi - berani
<br /> 'Abid - ÚÇÈÏ - Yang beribadat. -
<br /> 'Abidin - ÚÇÈÏíä - Yang beribadat. -
<br /> 'Abqari - ÚÈÞÑì - Yng bijaksana - yang kuat
<br /> 'Abud - ÚÈæÏ - Yang kuat beribadat. -
<br /> 'Adi - ÚÏì - Askar perwira - yang kuat berlari.
<br /> 'Adil - ÚÇÏá - Yang adil. -
<br /> 'Adli - ÚÏáì - Keadilanku - kelurusanku.
<br /> 'Adnan - ÚÏäÇä - Nama datuk nabi yang ke-20 - yang bermukim.
<br /> 'Affan - ÚÝÇä - pendaki -
<br /> 'Afi - ÚÇÝì - Pemaaf. -
<br /> 'Afif - ÚÝíÝ - Yang bermaruah - yang menjaga kehormatannya.
<br /> 'Akif - ÚÇßÝ - Yang menumpukan jiwa raganya pada sesuatu. -
<br /> 'Alaa' - ÚáÇÁ - Ketinggian - kemuliaan.
<br /> 'Alauddin - ÚáÇÁÇáÏíä - Ketingian agama. -
<br /> 'Ali - Úáì - Yang mulia - yang tinggi kedudukan.
<br /> 'Aliuddin - ÚáìÇáÏíä - Ketinggian agama. -
<br /> 'Amir - 򂋄 - Yang memakmurkan - yang mendiami.
<br /> 'Ammar - 򋂄 - Yang memkmurkan - yang kuat iman.
<br /> 'Amran - ÚãÑÇä - Yang memakmurkan. -
<br /> 'Amrun - 򋄾 - Kemakmuran. -
<br /> 'Arafat - ÚÑÝÇÊ - Yang terkenal - kenalan
<br /> 'Arif - ÚÇÑÝ - Yang bijak - yang mengetahui.
<br /> 'Arifin - ÚÇÑÝíä - Yang bijak - yang mengetahui.
<br /> 'Asim - ÚÇÕã - Yng memelihara/mengawal emas permata. -
<br /> 'Asjad - ÚÓÌÏ - Emas permata. -
<br /> 'Asri - ÚÕÑì - Masaku - kemajuanku
<br /> 'Asyur - ÚÇÔæÑ - Hari kesepuluh dari bulan Mujarram. -
<br /> 'Ataa' - ÚØÇÁ - Pemberian. -
<br /> 'Ataullah - ÚØÇÁÇááå - Kurniaan Allah. -
<br /> 'Atik - ÚÇÊß - Yang pemurah - yang berani
<br /> 'Atiyah - ÚØíå - Pemberian. -
<br /> 'Atiq - ÚÊíÞ - Yang mulia - yang mulia.
<br /> 'Atif - ÚÇØÝ - Penyayang. -
<br /> 'Atuf - ÚØæÝ - Yang sangat penyayang. -
<br /> 'Auf - ÚæÝ - Yang berusaha - yang kuat
<br /> 'Awad - ÚæÖ - Gantian; pemberian. -
<br /> 'Azyan - ÃÒíÇä - Perhiasan -
<br /> Abidah - ÚÇÈÏå - Ahli ibadat -
<br /> 'Abir - ÚÈíÑ - Keharuman -
<br /> 'Adilah - ÚÇÏáå - Yang adil - yang saksama
<br /> 'Adidah - ÚÏíÏå - Yang padan - yang setanding
<br /> 'Afaf - ÚÝÇÝ - Maruah - kesucian diri
<br /> 'Afiah - ÚÇÝíå - Kesejahteraan -
<br /> 'Afifah - ÚÝíÝå - Yang bermaruah - terpelihara kehormatan dirinya
<br /> 'Ainaa' - ÚíäÇÁ - yang cantik matanya -
<br /> 'Aisyah - ÚÇÆÔå - yang hidup bahagia -
<br /> 'Alyaa' - ÚáíÇÁ - Ketinggian -
<br /> 'Aliah - ÚÇáíå - yang tinggi -
<br /> 'Amirah - ÚÇãÑÉ - ketua - Yang aman bahagia
<br /> 'Ammarah - ÚãÇÑÉ - Yang memakmurkan - yang kuat iman
<br /> 'Aqilah - ÚÞíáÉ - Yang bijak - yang mulia
<br /> 'Aqidah - ÚÞíÏÉ - Kepercayaan - keimanan
<br /> 'Arifah - ÚÇÑÝÉ - yang mengetahui -
<br /> 'Asimah - ÚÇÕãÉ - yang memelihara -
<br /> 'Atikah - ÚÇÊßÉ - yang pemurah - yang berani
<br /> 'Atiqah - ÚÊíÞÉ - yang mulia - pilihan
<br /> 'Atifah - ÚÇØÝÉ - yang bersempati - penyayang
<br /> Ahmas - ÇÍãÓ - yang bersemangat - yang berani
<br /> 'Atiyah - 򯒃 - pemberian -
<br /> 'Atuf - ÚØæÝ - penyayang -
<br /> 'Arbanah - ÚÑÈÇäå - Yang fasih -
<br /> 'Awatif - ÚæÇØÝ - perasaan - kesayangan
<br /> 'Aziemah - ÚÙíãå - Yang mulia - pembesar
<br /> 'Aziemah - ÚÒíãÉ - Azam - kewajipan
<br /> 'Azimah - ÚÇÒãå - Yang berazam -
<br /> 'Azizah - ÚÒíÒÉ - Yang mulia - yang dikasihi
<br /> 'Azmah - ÚÒãå - kebenaran - hak kewajipan
<br /> Badil - ÈÏíá - Pengganti -
<br /> Badiu'zzaman - ÈÏíÚ ÇáÒãÇä - Keindahan masa -
<br /> Badran - ÈÏÑÇä - bulan purnama -
<br /> Badrun - ÈÏÑæä - Bulan purnama -
<br /> Badri - ÈÏÑí - Purnamaku -
<br /> Badruddin - ÈÏÑ ÇáÏíä - Bulan purnama agama -
<br /> Badruzzaman - ÈÏÑ ÇáÒãÇä - Bulan purnama semasa -
<br /> Bahar - ÈåÇÑ - Keindahan - sejenis tumbuhan yg wangi
<br /> Bahauddin - ÈåÇÁ ÇáÏíä - Sinaran Agama -
<br /> Bahij - ÈåíÌ - Yang indah menawan -
<br /> Bahir - ÈåíÑ - Yang berseri-seri -
<br /> Bahiuddin - ÈåÆ ÇáÏíä - kegemilangan agama -
<br /> Bahjan - ÈåÌÇä - Yang cemerlang - yang riang gembira
<br /> Bahjat - ÈåÌÉ - Kegemilangan - keindahan
<br /> Bahrani - ÈåÑÇäí - Kegemilanganku -
<br /> Bahri - ÈåÑí - Kegemilanganku - kelebihanku
<br /> Bahruddin - ÈåÑÇáÏíä - Kegemilangan agama. -
<br /> Bahzi - ÈåÒí - Pertahananku - pembelaku.
<br /> Baghawi - ÈÛæí - Nisbah -
<br /> Baidhawi - ÈíÖÇæí - Nisbah - putih
<br /> Baihaqi - ÈíåÞí - Nisbah. -
<br /> Bakri - ÈßÑí - Kesegeraanku - kemudaanku.
<br /> Bakhit - ÈÎíÊ - Yang bertuah. -
<br /> Baligh - ÈáíÛ - Yang fasih - yang petah.
<br /> Ballan - ÈáÇä - Rezeki - kebajikan.
<br /> Banim - Èäíä - Yang gigih dan bijak. -
<br /> Bariq - ÈÑíÞ - Sinaran - yang bergemerlapan.
<br /> Barra' - ÈÑÇÁ - Yang bersih - yang baik
<br /> Barzah - ÈÑÒå - Penjelmaan - nama sahabat.
<br /> Barzun - ÈÑÒæä - Yang utama - yang berani.
<br /> Basil - ÈÇÓíá - Yang berani -
<br /> Basir - ÈÕíÑ - Yang melihat - yang bijak.
<br /> Bari' - ÈÇÑíÚ - Yang tinggi dari segi ilmu dan kecantikan. -
<br /> Barudi - ÈÇÑæÏí - Nisbah - serbuk peluru.
<br /> Basri - ÈÕÑí - Penglihatanku -
<br /> Basti - ÈÓØí - Kelapanganku - kemurahan hatiku
<br /> Bassami - ÈÓÇãí - Yang senyum - nisbah.
<br /> Basysyar - ÈÔÇÑ - Pembawa berita gembira. -
<br /> Basyir - ÈÔíÑ - Penyampai berita gembira. -
<br /> Baunan - ÈæäÇä - Keistimewaan. -
<br /> Bauni - Èæäí - Keistimewaanku - kelebihanku.
<br /> Bazil - ÈÇÒíá - Yang bijak - yang pakar.
<br /> Bazli - ÈÒáí - Kebijaksanaanku - kepakaranku.
<br /> Bazilin - ÈÇÐáíä - Yang memberi sumbangan - yang membelanja.
<br /> Bilal - ÈáÇá - Air - kelembapan
<br /> Bisyrun - ÈÔÑæä - Berita gembira. -
<br /> Bisyarah - ÈÔÇÑå - Berita gembira. -
<br /> Benyamin - ÈäíÇãíä - Nama saudara Nabi Yusuf. -
<br /> Bukhari - ÈÎÇÑí - Nisbah. -
<br /> Bulqini - ÈáÞíäí - Nisbah. -
<br /> Buraidah - ÈÑíÏå - Nama sahabat - kesejukan
<br /> Burhan - ÈÑåä - Hujjah - bukti.
<br /> Burhani - ÈÑåÇäí - Hujjahku - buktiku.
<br /> Burhanuddin. - ÈÑåÇä ÇáÏíä - Hujjah agama. -
<br /> Busairi - ÈæÕíÑí - Nisbah. -
<br /> Abu samah - ÇÈæ ÇáÓãÍ - pemaaf -
<br /> Busrain - ÈÓÑíä - Kemekaran dan kesegaran. -
<br /> Bustani - ÈÓÊÇäí - Tamanku - nisbah.
<br /> Bajil - ÈÌá - Yang riang gembira. -
<br /> Bajil - ÈÌíá - Yang dihormati dan disanjungi. -
<br /> Badawi - ÈÏæí - Nisbah. -
<br /> Baghawi - ÈÛæí - Nisbah. -
<br /> Bistami - ÈÓÊÇãí - Nisbah. -
<br /> Dahlan - ÏÍáÇä - Nisbah. -
<br /> Dailami - Ïíáãí - Nisbah - askarku.
<br /> Damanhuri - - Nisbah -
<br /> Danial - ÏÇäíÇá - Nama nabi -
<br /> Dasuki - ÏÓæÞí - Nisbah - keindahanku
<br /> Daud - ÏÇæÏ - Nama Nabi. -
<br /> Daiyan - ÏíÇä - Hakim - pengira
<br /> Durrani - ÏÑÇäí - Mutiaraku. -
<br /> Durri - ÏÑí - Permata - mutiaraku.
<br /> Dalil - Ïáíá - Pemandu - penunjuk
<br /> Di'amah - ÏÚÇãå - Tiang - penyokong.
<br /> Dinie - Ïíäí - Agamaku -
<br /> Diniy - Ïíäí - Berkenaan agama -
<br /> Du'mi - ÏÚãí - sokonganku - yang kukuh
<br /> Dhiya' - ÖíÇÁ - Sinaran -
<br /> Dhiyauddin - ÖÈÇÁ ÇáÏíä - Sinaran agama -
<br /> Dhiyaulhaq - ÖíÇÁ ÇáÍÞ - Sinaran kebenaran -
<br /> Dhiyaurrahman - ÖíÇÁ ÇáÑÍãä - Sinaran (Allah) yang Pengasih -
<br /> Dhiyaul Islam - ÖíÇÁ ÇáÇÓáÇã - Sinaran Islam -
<br /> Dhabit - ÖÇÈØ - Yang kuat ingatan -
<br /> Dhamiri - ÖãíÑí - Hati kecilku -
<br /> Dhabti - ÖÈØí - Ingatanku - hafalanku
<br /> Fadhil - ÝÇÖá - Yang mulia -
<br /> Fadhli - ÝÖáí - Kelebihanku - ihsanku
<br /> Fadhuli - ÝÖæáí - Yang banyak berbuat ihsan -
<br /> Fadhlullah - ÝÖá Çááå - Kelebihan Allah -
<br /> Fahad - ÝåÏ - Harimau Bintang -
<br /> Fahim - Ýåíã - Yang faham -
<br /> Fahmi - Ýåãí - Kefahamanku -
<br /> Faid - ÝÇÆÏ - Yang tetap - yang berhasil
<br /> Faidhi - ÝíÖí - Kurniaanku -
<br /> Fayyadh - ÝíÇÖ - Pemurah - dermawan
<br /> Fayyah - ÝíÇÍ - Pemurah - dermawan
<br /> Faiq - ÝÇÆÞ - Yang tertinggi - yang utama
<br /> Faiz - ÝÇÆÒ - Yang berjaya -
<br /> Faisal - ÝíÕá - Penyelesaian - pemutus kata
<br /> Fakhri - ÝÎÑí - Kemegahanku -
<br /> Fakhruddin - ÝÎÑ ÇáÏíä - Kebanggaan agama -
<br /> Fakhrullah - ÝÎÑ Çááå - Kemegahan Allah -
<br /> Fakhrul Islam - ÝÎÑ ÇáÇÓáÇã - Kemegahan Islam -
<br /> Faqih - ÝÞíå - Yang alim - yang amat faham
<br /> Farahi - ÝÑÍí - Kegiranganku -
<br /> Farhan - ÝÑÍÇä - Yang girang gembira -
<br /> Farhat - ÝÑÍÇÊ - Kegirangan -
<br /> Farid - ÞÑíÏ - Yang tunggal - permata istimewa
<br /> Fariduddin - ÝÑíÏ ÇáÏíä - Permata - keistimewaan agama
<br /> Faris - ÝÇÑÓ - Yang alim - ahli firasat
<br /> Faruq - ÝÇÑæÞ - Pemisah - pembeza antara benar dan salah
<br /> Fathi - ÝÊÍí - Pembukaanku -
<br /> Fathuddin - ÝÊÍ ÇáÏíä - Pembukaan - kejayaan agama
<br /> Fathul Islam - ÝÊÍ ÇáÇÓáÇã - Pembukaan - kejayaan Islam
<br /> Fathullah - ÝÊÍ Çááå - Pembukaan - kemenangan Allah
<br /> Fathurrahman - ÝÊÍ ÇáÑÍãä - Pembukaan - kemenangan Allah yang maha pengasih
<br /> Fawwaz - ÝæÇÒ - Yang berjaya -
<br /> Fauzi - ÝæÒí - Kejayaanku -
<br /> Fida'iy - ÝÏÇÆì - Yang bekorban kerana perjuangan -
<br /> Fikri - ÝßÑí - Fikiranku -
<br /> Firdaus - ÝÑÏæÓ - Nama Syurga -
<br /> Fitri - ÝØÑí - Semulajadiku -
<br /> Fuad - ÝÄÇÏ - Hati/ jiwa -
<br /> Fudhail - ÝÖíá - Kelebihan - kemuliaan
<br /> Ghali - ÛÇáí - Yang mahal -
<br /> Ghalib - ÛÇáÈ - Yang menang -
<br /> Ghallab - ÛÇáÇÈ - Yang selalu menang -
<br /> Ghanim - ÛÇäã - Yang becakap perkara baik - yang mencapai kejayaan
<br /> Ghanimi - ÛÇäãí - kejayaanku -
<br /> Ghassan - ÛÓÇä - Kecantikan dan kelembutan remaja -
<br /> Ghassani - ÛÓÇäí - Yang cantik dan muda -
<br /> Ghaus - ÛæË - Pertolongan -
<br /> Ghausi - ÛæËí - Pertolonganku - pembelaanku
<br /> Ghazali - ÛÒÇáí - Nisbah - pelandukku
<br /> Ghazlan - ÛÒáÇä - Tenunan -
<br /> Ghazi - ÛÇÒí - Pejuang -
<br /> Ghailan - ÛíáÇä - Nama sahabat - air yang mengalir dimuka bumi
<br /> Ghulwani - ÛáæÇäí - Keremajaaan dan kecergasan -
<br /> Ghurran - ÛÑÇä - Yang mulia - yang berseri
<br /> Ghurar - ÛÑÇÑ - Kegemilangan - keserian
<br /> Habib - ÍÈíÈ - Kekasih -
<br /> Habri - ÍÈÑí - Kegembiraanku - nikmatku
<br /> Hadi - åÇÏí - Yang memimpin - yang tenang
<br /> Hadhri - ÍÖÑí - Yang maju - yang bertamadun
<br /> Hafiy - ÍÝí - Yang memuliakan -
<br /> Hafiz - ÍÇÝÙ - Penjaga - pemelihara
<br /> Hafizuddin - ÍÝíÙ ÇáÏíä - Pemelihara agama -
<br /> Hakam - Íßã - Pengadil - yang menghukum
<br /> Hakim - Íßíã - Yang bijaksana -
<br /> Hajjaj - ÍÌÇÌ - Pelawat - penziarah
<br /> Hamadah - ÍãÇÏå - Kepujian] -
<br /> Hamdan - ÍãÏÇä - Kepujiaan -
<br /> Hamdani - ÍãÏÇäí - Kepujianku -
<br /> Hamdi - ÍãÏí - Pujianku -
<br /> Hammad - ÍãÇÏ - Yang banyak memuji -
<br /> Hamid - ÍÇãÏ - Yang memuji -
<br /> Hamud - ÍãæÏ - Yang banyak memuji -
<br /> Hami - ÍÇãí - Yang melindungi - yang mempertahankan
<br /> Hamiduddin - ÍãíÏ ÇáÏíä - Pemuji agama -
<br /> Hamim - Íãíã - Teman karib -
<br /> Hamimi - Íãíãí - Teman karibku -
<br /> Hamiz - ÌãíÒ - Yang cerdik - kuat tampan
<br /> Hamizan - ÍãíÒÇä - Yang cerdik - kuat tampan
<br /> Hamzah - ÍãÒÉ - Kebijaksanaan -
<br /> Hamzi - ÍãÒí - Ketegasanku -
<br /> Hanafi - ÍäÝí - Kelurusanku - mazhab hanafi
<br /> Hanani - ÍäÇäí - Kasih sayangku -
<br /> Hani - åÇäí - Yang seronok - tenang mudah
<br /> Hannan - ÍäÇä - Yang penyayang - yang lembut hati
<br /> Hanif - ÍäíÝ - Yang lurus yang berpegang kepada ajaran Islam -
<br /> Hanin - Íäíä - Kerinduan -
<br /> Hanini - Íäíäí - Kerinduanku -
<br /> Hanis - ÍäíÓ - Yang warak - yang bertaqwa
<br /> Hanun - Íäæä - Yang penyayang - yang lembut hati
<br /> Haidhar - ÍíÖÑ - Yang berani - singa.
<br /> Haikal - åíßá - Kesuburan - pokok yang besar dan subur.
<br /> Haiwah - Ííæå - Kehidupan. -
<br /> Hariri - ÍÑíÑì - Sutraku - nisbah.
<br /> Haris - ÍÇÑÓ - Pengawal - pemelihara.
<br /> Harith - ÍÇÑË - Yang kuat - yang berusaha.
<br /> Harithah - ÍÇÑËå - Yang faham - pengkaji.
<br /> Hariz - ÍÇÑÒ - Pemelihara - penyimpan
<br /> Harun - åÇÑæä - Nama Nabi. -
<br /> Hasan - ÍÓä - Yang indah - yang baik
<br /> Hasanain - ÍÓäíä - Dua kebaikan. -
<br /> Hasbi - ÍÓÈì - Yang mencukupi - memadai bagiku.
<br /> Hasbullah - ÍÓÈ Çááå - Jaminan Allah - Pencukupan dari Allah.
<br /> Hasib - ÍÓíÈ - Yang berketurunan mulia. -
<br /> Hasif - ÍÕíÝ - Yang bijak / pintar - yang baik budibicara.
<br /> Adam - ÇÏã - ikutan -
<br /> Hasnun - ÍÓäæä - Yang baik. -
<br /> Hassan - ÍÓÇä - Yang cantik - yang baik.
<br /> Hasuna - ÍÓæäå - Yang cantik - yang baik.
<br /> Hasyiem - ÍÔíã - Yang bermaruah - pemalu.
<br /> Hasyim - åÇÔã - Pemurah - yang suka menjamu orang.
<br /> Hatadi - ÍÊÏì - Keaslianku - keturunanku.
<br /> Hatim - ÍÇÊã - Pemutus - penentu.
<br /> Hayyan - ÍíÇä - Yang hidup. -
<br /> Haziq - ÍÇÐÞ - Yang cerdik / pandai. -
<br /> Hazlami - ÍÐáãì - Ketangkasanku - kecepatanku.
<br /> Hazim - ÍÇÒã - Yang tegas - yang cermat
<br /> Hazman - ÍÒãÇä - Yang tegas - yang cermat
<br /> Hazmi - ÍÒãí - Ketegasanku - cermatku
<br /> Hazwan - ÍÐæÇä - Pemberian - kepatuhan
<br /> Hibatullah - åÈÉ Çááå - Pemberian Allah -
<br /> Hibban - ÍÈÇä - Yang dikasihi - Pengasih
<br /> Hibri - ÍÈÑí - Keindahanku - kecantikanku
<br /> Hidayatullah - åÏÇíÉ Çááå - Pertunjuk Allah -
<br /> Hilal - åáÇá - Bulan sabit -
<br /> Hidayat - åÏÇíÊ - Pertunjuk -
<br /> Hilali - åáÇáí - Bulan sabitku -
<br /> Hijan - åÌÇä - Yang mulia - yang berketurunan mulia
<br /> Hijazi - ÍÌÇÒí - Nisbah - tali pengikat
<br /> Hikmat - ÍßãÊ - Hikmat -
<br /> Hilman - ÍáãÇä - Kesopanan - kesabaran
<br /> Hilmi - Íáãí - Kesopanan - kesabaranku
<br /> Hisyam - åÔÇã - Kemurahan hati -
<br /> Hisyamuddin - åÔÇã ÇáÏíä - Kemurahan agama -
<br /> Hud - åæÏ - Nama Nabi -
<br /> Hulwan - ÍáæÇä - Kebajikan - balasan upah
<br /> Humaidi - ÍãíÏí - Kepujianku -
<br /> Husain - ÍÓíä - Yang cantik - yang elok
<br /> Husain - ÍÕíä - Benteng pertahanan -
<br /> Husaini - ÍÓíäí - Kebaikanku - kecantikanku
<br /> Huzaifah - ÍÐíÝÉ - Nama sahabat - pukulan lemparan
<br /> Humam - åãÇã - Yang mulia - pahlawan berani
<br /> Ibrahim - ÇÈÑÇåíã - Nama Nabi -
<br /> Ibtisam - ÇÈÊÓÇã - Senyuman -
<br /> Idraki - ÇÏÑÇßí - Kefahamanku -
<br /> Idris - ÇÏÑíÓ - Nama Nabi -
<br /> Ihsan - ÇÍÓÇä - Kebaikan -
<br /> Ijlal - ÇÌáÇá - Penghormatan - kekuatan
<br /> Ikhwan - ÇÎæÇä - saudara -
<br /> Ikhtiaruddin - ÇÎÊíÇÑ ÇáÏíä - Pilihan agama -
<br /> Ilmam - ÇáãÇã - Pengetahuan -
<br /> Ilyas - ÇáíÇÓ - Nama Nabi -
<br /> Ilyasa' - ÇáíÓÚ - Nama Nabi -
<br /> Ikhtiari - ÇÎÊíÇÑí - Pilihanku -
<br /> Iqbal - ÇÞÈÇá - Kunjungan - Tampilan
<br /> Irsyad - ÇÑÔÇÏ - Petunjuk -
<br /> Irsyaduddin - ÇÑÔÇÏ ÇáÏíä - Petunjuk agama -
<br /> Ishak - ÇÓÍÇÞ - Nama Nabi -
<br /> Iskandar - ÇÓßäÏÑ - Nama seorang raja -
<br /> Islam - ÇÓáÇã - Penyerahan -
<br /> Ismail - ÇÓãÇÚíá - Nama Nabi -
<br /> Iyad - ÇíÇÏ - Sokongan - kekuatan
<br /> Iyas - ÇíÇÓ - Yang mengecewakan lawan - pemberian
<br /> Iylia' - ÇíáíÇÁ - Nama Nabi -
<br /> Insyirah - ÇäÔÑÇÍ - Kelegaan - kelapangan
<br /> Izdiyad - ÇÒÏíÇÏ - Pertambahan -
<br /> Izdihar - ÇÒÏåÇÑ - Perkembangan - kemajuan
<br /> Iffat - ÚÝÊ - Maruah - Kehormatan diri
<br /> Isam - ÚÕÇã - Pemeliharaan - perjanjian
<br /> Iz'aan - ÇÐÚÇä - Kepatuhan -
<br /> Iffat - ÚÝÊ - Maruah - kehormatan diri
<br /> Ifwat - ÚÝæÊ - Yang terbaik -
<br /> Ikrimah - ÚßÑãå - Nama Nabi -
<br /> Adabi - ÇÏÈí - kesopananku -
<br /> Isamuddin - ÚÕÇã ÇáÏíä - Pemeliharaan - Pegangan agama
<br /> 'Imadi - ÚãÇÏí - Sokonganku -
<br /> 'Imaduddin - ÚãÇÏ ÇáÏíä - Tiang agama -
<br /> 'Imran - ÚãÑÇä - Kemajuan - pembangunan
<br /> 'Irfan - ÚÑÝÇä - Perkenalan - pengakuan
<br /> Ismat - ÚÕãÊ - Pemeliharaan - berdaya menjauhkan diri dari maksiat
<br /> 'Iyadh - 򒂅 - Gantian - Pengganti
<br /> 'Iwadh - ÚæÖ - Gantian - Pengganti
<br /> 'Izzat - ÚÒÊ - Kemuliaan dan kekuatan agama -
<br /> 'Izzuddin - ÚÒ ÇáÏíä - Kemuliaan dan kekuatan agama -
<br /> 'Izzul Islam - ÚÒ ÇáÇÓáÇã - Kemuliaan dan kekuatan Islam -
<br /> Ja'afar - ÌÚÝÑ - Anak sungai -
<br /> Jabir - ÌÇÈÑ - Yang berkeadaan baik - yang melegakan hati
<br /> Jabran - ÌÈÑÇä - Pengganti - pembetul
<br /> Jabrullah - ÌÈÑ Çááå - Pertolongan Allah -
<br /> Jabri - ÌÈÑí - Pertolonganku - keredhaanku
<br /> Jafni - ÌÝäí - Kawalanku dari kejahatan -
<br /> Jailam - Ìíáã - Bulan purnama -
<br /> Jailani - ÌíáÇäí - Nisbah -
<br /> Jalal - ÌáÇá - Kermuliaan - keagungan
<br /> Jalaluddin - ÌáÇá ÇáÏíä - Kebesaran dan kemuliaan agama -
<br /> Jalaa' - ÌáÇÁ - Keterangan kelegaan -
<br /> Jali - Ìáí - Yang terang yang nyata -
<br /> Jamal - ÌãÇá - Kecantikan -
<br /> Jamali - ÌãÇáí - Kecantikanku -
<br /> Jamaluddin - ÌãÇá ÇáÏíä - Keindahan agama -
<br /> Jamalullail - ÌãÇá Çááíá - Keindahan malam -
<br /> Jamil - Ìãíá - Yang cantik -
<br /> Jamri - ÌãÑí - Perhimpunanku -
<br /> Jarir - ÌÑíÑ - Yang menarik - yang memandu
<br /> Jaudat - ÌæÏÊ - Kebaikan - keelokkan
<br /> Jauhar - ÌæåÑ - Permata -
<br /> Jauhari - ÌæåÑí - Permataku -
<br /> Jauzi - ÌæÒí - Nisbah -
<br /> Jawad - ÌæÇÏ - Pemurah - dermawan
<br /> Jilani - ÌíáÇäí - Persiaranku -
<br /> Jiwari - ÌæÇÑí - Jaminanku - keamananku
<br /> Jauni - Ìæäí - Putih - siang
<br /> Jazil - ÌÒíá - Yang besar - yang banyak
<br /> Jazli - ÌÒáí - Yang fasih -
<br /> Jubair - ÌÈíÑ - Pertolongan - keredhaan
<br /> Juwaini - Ìæíäí - Siang - putih
<br /> Jufri - ÌÝÑí - Keluasan - yang ditengah
<br /> Juma'at - ÌãÚÉ - Hari Jumaat -
<br /> Juman - ÌãÇä - Mutiara -
<br /> Jumani - ÌãÇäí - Mutiaraku -
<br /> Junaid - ÌäíÏ - Askar - negeri
<br /> Junaidi - ÌäíÏí - Perajuritku - negeriku
<br /> Jurjani - ÌÑÌÇäí - Nisbah -
<br /> Juwaidi - ÌæíÏí - Keelokanku -
<br /> Jad - ÌÇÏ - Yang bersungguh-sungguh -
<br /> Jadulhaq - ÌÇÏ ÇáÍÞ - Jalan kebenaran -
<br /> Jazlan - ÌÐáÇä - Yang riang gembira -
<br /> Jazali - ÌÐáí - Kerianganku -
<br /> Jazuli - ÌÒæáí - Pembesar - nisbah
<br /> Jahid - ÌÇåÏ - Yang berusaha - yang bersungguh-sungguh
<br /> Jahir - ÌåíÑ - Yang cantik - yang bersuara lantang
<br /> Jihad - ÌåÇÏ - Perjuangan kerana mempertahankan agama -
<br /> Kalmani - ßáãÇäí - Yang fasih - yang baik percakapannya
<br /> Kailani - ßíáÇäí - Nisbah -
<br /> Kaisan - ßíÓÇä - Yang bijak -
<br /> Kamal - ßãÇá - Kesempurnaan -
<br /> Kamaluddin - ßãÇá ÇáÏíä - Kesempurnaan agama -
<br /> Kamil - ßÇãá - Yang sempurna -
<br /> Kauthar - ßæËÑ - Nikmat yang banyak -
<br /> Kazim - ßÇÙã - Yang menahan marah -
<br /> Kafil - ßÝíá - Penjamin -
<br /> Adhwa' - ÇÖæÇ - cahaya -
<br /> Karami - ßÑÇãí - Kemuliaanku -
<br /> Karim - ßÑíã - Yang mulia -
<br /> Kuram - ßÑÇã - yang mulia -
<br /> Khabir - ÎÈíÑ - Yang pakar yang berpengalaman -
<br /> Khair - 뒄 - Kebajikan - yang baik
<br /> Khairi - ÎíÑí - Kebaikanku -
<br /> Khairani - ÎíÑÇäí - kebaikanku - kebajikanku
<br /> Khairuddin - ÎíÑ ÇáÏíä - Sebaik-baik agama -
<br /> Khairulanam - ÎíÑ ÇáÇäÇã - sebaik-baik manusia -
<br /> Khairulanwar - ÎíÑ ÇáÇäæÇÑ - Sebaik-baik cahaya -
<br /> Khairuzzaman - ÎíÑ ÇáÒãÇä - Sebaik-baik masa -
<br /> Khalaf - ÎáÝ - Anak yang soleh -
<br /> Khaladi - ÎáÏí - akalku -
<br /> Khaldun - ÎáÏæä - Kekekalan -
<br /> Khalid - ÎÇáÏ - Yang kekal -
<br /> Khalifah - ÎáíÝÉ - Wakil. Pengganti -
<br /> Khalil - Îáíá - Sahabat yang khusus - yang istimewa
<br /> Khalis - ÎÇáÕ - Yang bersih - suci
<br /> Khamis - ÎãíÓ - Hari Khamis -
<br /> Khattab - ÎØÇÈ - Yang banyak berpidato -
<br /> Khatib - ÎØíÈ - Pemidato - pensyarah
<br /> Khuldi - ÎáÏí - Kekekalanku -
<br /> Khumaini - Îãíäí - Nisbah - ramalan
<br /> Khuwailid - ÎæíáÏ - Yang kekal -
<br /> Khuwarizmi - ÎæÇÑÒãí - Nisbah -
<br /> Qabus - ÞÇÈæÓ - Yang kacak -
<br /> Qamari - ÞãÑí - Bulanku -
<br /> Qamaruddin - ÞãÑ ÇáÏíä - Bulan agama -
<br /> Qamarul Arifin - ÞãÑ ÇáÚÇÑÝíä - Bulan orang 'arif -
<br /> Qamaruzzaman - ÞãÑ ÇáÒãÇä - Bulan masa -
<br /> Qamarul Islam - ÞãÑ ÇáÇÓáÇã - Bulan Islam -
<br /> Qandil - ÝäÏíá - Pelita -
<br /> Qairawani - ÞíÑæÇäí - Nisbah -
<br /> Qasim - ÞÇÓã - Pembahagi - peneliti
<br /> Qasiem - ÞÓíã - Yang cantik -
<br /> Qastalani - ÞÓØáÇäí - Nisbah -
<br /> Qarar - ÞÑÇÑ - Ketetapan - asas
<br /> Qatadah - ÞÊÇÏå - Nama sahabat -
<br /> Qawiem - Þæíã - Yang lurus -
<br /> Qiwamuddin - ÞæÇã ÇáÏíä - Asas agama -
<br /> Qurtubi - ÞÑØÈí - Nisbah -
<br /> Qusyairi - ÞÔíÑí - Nisbah - hujan
<br /> Qutaibah - ÝÊíÈå - Nama Tabi'e -
<br /> Qutub - ÞØÈ - Ketua - asas
<br /> Qutbuddin - ÞØÈ ÇáÏíä - Asas agama -
<br /> Qutbul Islam - ÝØÈ ÇáÇÓáÇã - Asas Islam -
<br /> Qutbi - ÞØÈí - Ketuaku - asasku
<br /> Labib - áÈíÈ - Yang cerdik - yang berakal
<br /> Labiq - áÈÞ - Yang cerdik dan bersopan -
<br /> Lam'aani - áãÚÇäí - Kegemilanganku -
<br /> Latif - áØíÝ - Yang lemah lembut - yang bersopan
<br /> Lubab - áÈÇÈ - Pilihan yang bersih -
<br /> Lujaini - áÌíäí - Perak - keputih-putihan
<br /> Lutfi - áØÝí - lemah lembutku - kesopananku
<br /> Liwauddin - áæÇÁ ÇáÏÈä - Panji agama -
<br /> Liwaunnasri - áæÇÁ ÇáäÕÑ - Panji kemenangan -
<br /> Luqman - áÞãÇä - Nama Nabi -
<br /> Lut - áæØ - Nama Nabi -
<br /> Ma'mun - ãÇÁãæä - Yang aman -
<br /> Ma'an - ãÚä - Yang mudah -
<br /> Ma'sum - ãÚÕæã - Yang terpelihara -
<br /> Mabrur - ãÈÑæÑ - Yang berkebajikan -
<br /> Qutbuddin - ÞØÈ ÇáÏíä - Asas agama. -
<br /> Qutbul Islam - ÞØÈ ÇáÇÓáÇã - Asas Islam. -
<br /> Qutbi - ÞØÈí - Ketuaku - asasku.
<br /> Labib - áÈíÈ - Yang cerdik - yang berakal
<br /> Labiq - áÈÞ - Yang cerdik dan bersopan santun. -
<br /> Lam'aani - áãÚÇäí - Kegemilanganku - gemerlapanku.
<br /> Adib - ÇÏíÈ - yang berpengetahuan -
<br /> Latif - áØíÝ - Yang lemah lembut - yang bersopan.
<br /> Lubab - áÈÇÈ - Pilihan yang bersih. -
<br /> Lujaini - áÌíäí - Perak - keputih-putihan.
<br /> Lutfi - áØÝí - Lemah lembutku - kesopananku.
<br /> Liwauddin - áæÇÁ ÇáÏíä - Panji agama. -
<br /> Liwaul Islam - áæÇÁ ÇáÇÓáÇã - Panji Islam. -
<br /> Liwaunnasri - áæÇÁ ÇáäÕÑ - Panji kemenangan. -
<br /> Luqman - áÞãÇä - Nama Nabi. -
<br /> Lut - áæØ - Nama Nabi. -
<br /> Ma'mun - ãÇÁãæä - Yang aman. -
<br /> Ma'an - ãÚä - Yang mudah. -
<br /> Ma'sum - ãÚÕæã - Yang terpelihara. -
<br /> Mahir - ãÇåÑ - Mahir - bijak
<br /> Mabrur - ãÈÑæÑ - Yang berkebajikan. -
<br /> Maddah - ãÏÇÍ - Yang banyak memuji. -
<br /> Madhi - ãÏÍí - Pujianku. -
<br /> Mahdhar - ãÍÖÑ - Hal menyebut kebaikan orang lain di belakangnya. -
<br /> Mahadhir - ãÍÇÖÑ - Hal menyebut kebaikan orang lain di belakangnya. -
<br /> Mahdi - ãåÏí - Yang dipimpin - yang beroleh hidayat.
<br /> Mahlam - ãÍáã - Kesopanan -
<br /> Mahmud - ãÍãæÏ - Yang terpuji. -
<br /> Mahfuz - ãÍÝæÙ - Yang terpelihara. -
<br /> Maisarah - ãíÓÑå - Kesenangan - kekayaan.
<br /> Maisur - ãíÓæÑ - Yang senang. -
<br /> Maimun - ãíãæä - Yang diberkati. -
<br /> Majdi - ãÌÏí - Kemuliaanku - kebesaranku.
<br /> Makram - ãßÑã - Yang mulia. -
<br /> Makhzumi - ãÎÒæãí - Nisbah. -
<br /> Makhluf - ãÎáæÝ - Yang diberi gantian. -
<br /> Mamduh - ããÏæÍ - Yang terpuji. -
<br /> Manaf - ãäÇÝ - Ketinggianku - kenaikan.
<br /> Mannan - ãäÇä - Pemurah. -
<br /> Mandub - ãäÏæÈ - Wakil. -
<br /> Mansur - ãäÕæÑ - Yang menang - yang mendapat pertolongan.
<br /> Marami - ãÑÇãí - Cita-citaku - keinginanku
<br /> Masrur - ãÓÑæÑ - Yang gembira -
<br /> Mifdhal - ãÝÖÇá - Yang amat mulia. -
<br /> Mar'ie - ãÑÚí - Yang terpelihara - yang terkawal.
<br /> Maududi - ãæÏæÏí - Yang dikasihi -
<br /> Mawardi - ãÇæÑÏí - Air mawarku -
<br /> Masyhur - ãÔåæÑ - Yang terkenal -
<br /> Munajat - ãäÇÌÇÊ - Bisikan doa -
<br /> Munaji - ãäÇÌí - Yang berdoa -
<br /> Munawwar - ãäæÑ - Yang bercahaya -
<br /> Munib - ãäíÈ - Yang bertaubat -
<br /> Misbah Munir - ãÕÈÇÍ ÇáãäíÑ - Pelita yang menyinari. -
<br /> Munir - ãäíÑ - Yang menerangi -
<br /> Munjid - ãäÌÏ - Yang memberi pertolongan - penyahut seruan
<br /> Mit'aa' - ãÚØÇÁ - Dermawan. -
<br /> Miqdam - ãÞÏÇã - Yang berani. -
<br /> Muntakhab - ãäÊÎÈ - Yang dipilih - yang dilantik
<br /> Munzir - ãäÐÑ - Yang memberi ingatan - amaran
<br /> Mu'ammar - ãÚãÑ - Yang panjang umur -
<br /> Murad - ãÑÇÏ - Yang diingini - yang dikehendaki
<br /> Murtadha - ãÑÊÖì - Yang redha -
<br /> Mu'az - ãÚÇÐ - Yang dilindungi - nama sahabat.
<br /> Musa - ãæÓì - Nama Nabi -
<br /> Mubarak - ãÈÇÑß - Yang diberkati. -
<br /> Musaiyar - ãÓíÑ - Yang dikendalikan oleh Allah -
<br /> Muslih - ãÕáÍ - Yang memulihkan - yang memperbaiki
<br /> Mubin - ãÈíä - Yang nyata - yang terang.
<br /> Muslihin - ãÕáÍíä - Yang memulihkan - yang memperbaiki
<br /> Muslihuddin - ãÕáÍ ÇáÏíä - Pemulih agama -
<br /> Mudrikah - ãÏÑßÉ - Yang kuat kefahamannya. -
<br /> Muslim - ãÓáã - Yang menyerah diri kepada Allah -
<br /> Mustafa - ãÕØÝì - Yang terpilih -
<br /> Mustanir - ãÓÊäíÑ - Yang bersinar -
<br /> Mustaqim - ãÓÊÞíã - Yang lurus -
<br /> Mutammim - ãÊãã - Yang menyempurnakan -
<br /> Mutie' - ãØíÚí - Yang taat -
<br /> Muhaimin - ãåíãä - Yang berkuasa - yang memelihara dan mengawal.
<br /> Mutawalli - ãÊæáí - Yang mengurus - yang mengendali
<br /> Muhammad - ãÍãÏ - Yang terpuji. -
<br /> Muttalib - ãØáÈ - Yang menuntut dari masa kesemasa -
<br /> Muzhaffar - ãÙÝÑ - Yang beroleh kemenangan -
<br /> Muharram - ãÍÑã - Bulan Muharram. -
<br /> Muhsan - ãÍÕä - Yang terpelihara kehormatannya. -
<br /> Nasri - äÕÑí - Pertolonganku -
<br /> Nasruddin - äÕÑ ÇáÏíä - Pertolongan Agama -
<br /> Muhsin - ãÍÓä - Yang membuat kebaikan dan ihsan. -
<br /> Nasrullah - äÕÑ Çááå - Pertolongan Allah -
<br /> Nasrun - äÕÑæä - Pertolongan -
<br /> Muhtaram - ãÍÊÑã - Yang dihormati. -
<br /> Nasrulhaq - äÕÑ ÇáÍÞ - Pertolongan kebenaran -
<br /> Nawawi - äææí - Nisbah -
<br /> Nasyit - äÔíØ - Yang cergas -
<br /> Muhajir - ãåÇÌÑ - Yang berhijrah. -
<br /> Nawi - äÇæí - Ketua -
<br /> Naufal - äæÝá - Pemurah - dermawan
<br /> Nasyat - äÔÇØ - Kecergasan -
<br /> Nazih - äÒíå - Yang bersih - yang suci
<br /> Nazim - äÇÙã - Penyajak -
<br /> Nazmi - äÙãí - Keindahanku - bintangku
<br /> Muhibbuddin - ãÍÈ ÇáÏíä - Pencinta agama. -
<br /> Nikmat - äÚãÉ - Nikmat -
<br /> Nikmatullah - äÚãÉ Çááå - Nikmat Allah -
<br /> Nizamuddin - äÙÇã ÇáÏíä - Peraturan agama -
<br /> Nizar - äÒÇÑ - Yang memerintah -
<br /> Nu'aim - äÚíã - nikmat -
<br /> Nufail - äÝíá - Pemberian - hadiah
<br /> Mujahid - ãÌÇåÏ - Pejuang yang berhijra -
<br /> Nujaid - äÌíÏ - Keberanian -
<br /> Nu'man - äÚãÇä - Kebaikan - kenikmatan
<br /> Nuri - äæÑí - Cahayaku -
<br /> Nuruddin - äæÑ ÇáÏíä - Cahaya agama -
<br /> Nurulhaq - äæÑÇáÍÞ - Cahaya kebenaran -
<br /> Nurul Islam - äæÑ ÇáÇÓáÇã - Cahaya Islam -
<br /> Nur Hidayat - äæÑ ÇáåÏÇíÉ - Cahaya petunjuk -
<br /> Nabih - äÈíå - Yang cerdas - yang masyhur
<br /> Nabil - äÈíá - Yang cerdik - yang mulia
<br /> Nadawi - äÏæí - Nisbah] -
<br /> Nadhir - äÖíÑ - Yang berseri-seri -
<br /> Nadiy - äÏí - Pemurah -
<br /> Nadzir - äÇÙÑ - Pegawai - pemeriksa
<br /> Nafie' - äÇÝÚ - Yang bermanfaat -
<br /> Nafis - äÝíÓ - Yang bernilai -
<br /> Nuh - äæÍ - Nama Nabi -
<br /> Nujaid - äÌíÏ - Keberanian - bantuan.
<br /> Muhtaram - ãÍÊÑÇã - Yang dihormati -
<br /> Muhibbuddin - ãÍÈ ÇáÏíä - Pencinta agama -
<br /> Mujahid - ãÌÇåÏ - Pejuang berjihad kerana agama -
<br /> Mujtaba - ãÌÊÈì - Yang terpilih -
<br /> Mujtahid - ãÌÊåÏ - Yang tekun dan rajin -
<br /> Mujibuddin - ãÌíÈ ÇáÏíä - Penyahut seruan agama -
<br /> Mujibur Rahman - ãÌíÈ ÇáÑÍãä - Penyahut seruan Allah Yang Maha Pengasih -
<br /> Mui'nuddin - ãÚíä ÇáÏíä - Pembela agama -
<br /> Mui'zuddin - ãÚÒ ÇáÏíä - Yang memuliakan agama -
<br /> Mukahhal - ãßÍá - Yang cantik -
<br /> Mukhtar - ãÎÊÇÑ - Yang terpilih - yang memilih
<br /> Omar - ÚãÑ - Yang memakmurkan - yang mendiami
<br /> Onn - Úæä - Pertolongan - bantuan
<br /> Othman - ÚËãÇä - Yang tekun - nama Sahabat
<br /> Rabbani - ÑÈÇäí - yang arif dan soleh -
<br /> Radhi - ÑÇÖí - Yang rela - yang redha
<br /> Ra'fat - ÑÇÁÝÊ - Belas kasihan -
<br /> Rafi' - ÑÇÝÚ - Yang meninggikan -
<br /> Rafid - ÑÇÝÏ - Pembantu - pemberi
<br /> Rafie' - ÑÝíÚ - Yang tinggi - dan mulia
<br /> Rafiq - ÑÝíÞ - Teman -
<br /> Rafi'uddin - ÑÝíÚ ÇáÏíä - Penjulang agama -
<br /> Rahimi - ÑÍíãí - Kesayanganku -
<br /> Rahmat - ÑÍãÊ - Rahmat - belas kasihan
<br /> Raid - ÑÇÆÏ - Ketua - pemandu
<br /> Raimi - Ñíãí - Kelebihanku -
<br /> Rais - ÑÆíÓ - Ketua -
<br /> Raiyan - ÑíÇä - Yang puas - yang tidak dahaga
<br /> Rajab - ÑÌÈ - Bulan Rejab -
<br /> Rajaie - ÑÌÇÆí - Harapanku -
<br /> Rajaa' - ÑÌÇÁ - Harapan -
<br /> Raji - ÑÇÌí - Yang mengharap -
<br /> Rakin - Ñßíä - yang bersopan dan berfikiran wajar -
<br /> Ramadhan - ÑãÖÇä - Bulan Ramadhan -
<br /> Ramli - Ñãáí - Penghalusanku - ketelitianku
<br /> Ramzi - ÑãÒí - Lambangku -
<br /> Rasin - ÑÕíä - Yang wajar - yang kukuh
<br /> Rasmi - ÑÓãí - Lukisanku - yang rasmi
<br /> Rasyad - ÑÔÇÏ - Pertunjuk -
<br /> Rasydan - ÑÔÏÇä - Pertunjuk -
<br /> Rasyid - ÑÔíÏ - Yang mendapat petunjuk dan yang lurus -
<br /> Rawi - Ñæí - Yang sihat akal dan badan -
<br /> Rawiyani - ÑæíÇäí - Keindahanku -
<br /> Razi - ÑÇÒí - Nisbah -
<br /> Razin - ÑÒíä - Yang tenang yang wajar - yang sopan
<br /> Ridha - ÑÖÇ - Keredhaan -
<br /> Ridhauddin - ÑÖÇÁ ÇáÏíä - Keredhaan agama -
<br /> Ridhwan - ÑÖæÇä - Keredhaan -
<br /> Rif'at - ÑÝÚÉ - Kemuliaan - ketinggian darjat
<br /> Rifa'at - ÑÝÇÚÉ - Kemuliaan - ketinggian darjat
<br /> Rifa'ie - ÑÝÇÚí - Yang tinggi darjah - yang mulia
<br /> Rifaa' - ÑÝÇÁ - Persetujuan -
<br /> Rifaie - ÑÝÇÆì - Persetujuanku - kesesuaianku
<br /> Rifdi - ÑÝÏí - Pertolonganku - Pemberianku
<br /> Riyadh - ÑíÇÖ - Taman - kebun
<br /> Rukaini - Ñßíäí - Kekuatanku - ketahananku
<br /> Ruknuddin - Ñßä ÇáÏíä - Tiang - ketahanan agama
<br /> Ruslan - ÑÓáÇ - Utusan -
<br /> Rusli - ÑÓáí - Utusanku -
<br /> Rusydi - ÑÔÏí - Kecerdikanku - kelurusanku
<br /> Rusyduddin - ÑÔÏ ÇáÏíä - Kelurusan agama - petunjuk
<br /> Ruzaini - ÑÒíäí - Tempat ketenteramanku -
<br /> Saad - ÓÚÏ - Kebahagiaan -
<br /> Sa'di - ÓÚÏí - Kebahagiaanku -
<br /> Sa'aduddin - ÓÚÏ ÇáÏíä - Kebahagiaan agama -
<br /> Sa'dan - ÓÚÏÇä - Kebahagiaan -
<br /> Sa'dun - ÓÚÏæä - Kebahagiaan -
<br /> Sabar - ÕÈÑ - Kesabaran -
<br /> Sabiq - ÓÇÈÞ - Yang terkemuka - yang mendahului
<br /> Sabir - ÕÇÈÑ - Yang sabar] -
<br /> Sabqi - ÓÈÞí - Pendahuluanku - keutamaanku
<br /> Sabran - ÕÈÑÇä - Yang sabar -
<br /> Sabur - ÕÈæÑ - Penyabar -
<br /> Sadad - ÓÏÇÏ - Kelurusan - ketetapan
<br /> Sadari - ÕÏÇÑí - Kepimpinanku - kemajuanku
<br /> Sadat - ÓÇÏÇÊ - Ketua - pemimpin
<br /> Sadid - ÓÏíÏ - Yang lurus - yang tepat
<br /> Sadiduddin - ÓÏíÏ ÇáÏíä - Kelurusan agama -
<br /> Sadiq - ÕÇÏÞ - Yang berkata benar -
<br /> Sadiy - ÓÏí - Yang baik hati - yang berbudi
<br /> Sadruddin - ÕÏÑ ÇáÏíä - Pemimpin agama -
<br /> Safiy - ÕÝí - Sahabat yang ikhlas -
<br /> Safiuddin - ÕÝí ÇáÏíä - Kesucian agama -
<br /> Safwan - ÕÝæÇä - Yang bersih yang ikhlas -
<br /> Safwat - ÕÝæÉ - Kebersihan - keikhlasan
<br /> Sahal - Óåá - Yang mudah - yang senang
<br /> Sahlan - ÓåáÇä - Yang mudah - yang senang
<br /> Sahli - Óåáí - Kemudahanku -
<br /> Saib - ÕÇÆÈ - Yang betul -
<br /> Sa'id - ÓÚíÏ - Yang bahagia -
<br /> Sayyid - ÓíÏ - Ketua - pemimpin
<br /> Sayyidi - ÓíÏí - Ketuaku -
<br /> Sa'idun - ÓÚíÏæä - Yang bahagia -
<br /> Saifuddin - ÓíÝ ÇáÏíä - Pedang agama -
<br /> saiful Islam - ÓíÝ ÇáÇÓáÇã - Pedang Islam -
<br /> Saifullah - ÓíÝ Çááå - Pedang Allah -
<br /> Sakan - Óßä - Keberkatan - rahmat
<br /> Sakani - Óßäí - Keberkatanku - rahmatku
<br /> Sakhawi - ÓÎÇæí - Kemurahan hati - nisbah
<br /> Salahuddin - ÕáÇÍ ÇáÏíä - Kebaikan agama -
<br /> Salam - ÓáÇã - kesejahteraan -
<br /> Salamat - ÓáÇãÉ - Kesejahteraan -
<br /> Sali - ÓÇáí - Penghibur -
<br /> Salih - ðÇáÍ - Yang baik -
<br /> Salihin - ÕÇáÍíä - Yang baik -
<br /> Salim - ÓÇáã - Yang sejahtera -
<br /> Salman - ÓáãÇä - Yang sejahtera - yang selamat
<br /> Samahat - ÓãÇÍÉ - Kemaafan - kebaikan hati
<br /> Sam'aan - ÓãÚÇä - Pendengtaran -
<br /> Sami - ÓÇãí - Yang Tinggi - yang mulia
<br /> Samih - ÓãíÍ - Pemaaf - yang baik hati
<br /> Samir - ÓãíÑ - Rakan mesra -
<br /> Sam'oun - ÓãÚæä - Pendengaran -
<br /> Sanad - ÓäÏ - Sandaran - tempat bergantung
<br /> Sanhaji - ÕäåÇÌí - nisbah -
<br /> Sanim - Óäíã - Yang tinggi darjat -
<br /> Saniy - Óäí - Yang tinggi kedudukannya -
<br /> Sanusi - ÓäæÓí - Nisbah -
<br /> Sarkhawi - ÓÑÎÓí - Nisbah -
<br /> Sariy - ÓÑí - Yang pemurah lagi mulia -
<br /> Sariyan - ÓÑíÇä - Yang pemurah lagi mulia -
<br /> Sa'atari - ÓÚÊÑí - Yang mulia - yang berani
<br /> Sa'ud - ÓÚæÏ - Yang bahagia -
<br /> Sayuti - ÓíæØí - Nisbah -
<br /> Siddiq - ÕÏíÞ - Yang membenarkan -
<br /> Sidqi - ÕÏÞí - Kebenaranku -
<br /> Silmi - Óáãí - Kedamaiaanku -
<br /> Sima - ÓíãÇ - Tanda - gaya
<br /> Simia - ÓíãíÇÁ - Tanda - keindahan
<br /> Sinwan - ÕäæÇä - Kembar -
<br /> Siraj - ÓÑÇÌ - Pelita -
<br /> Sirajuddin - ÓÑÇÌ ÇáÏíä - Pelita agama -
<br /> Sirhan - ÓÑÍÇä - Berani -
<br /> Sirin - ÓíÑíä - Nama seorang Tabi'e -
<br /> Su'aidi - ÓÚíÏí - Kebahagiaanku -
<br /> Subaih - ÕÈíÍ - Subuh -
<br /> Subhi - ÕÈÍí - Subuhku -
<br /> Subuki - ÓÈßí - Nisbah] -
<br /> Sufi - ÕæÝí - Ahli Tasawwuf -
<br /> Sufyan - ÓÝíÇä - Nama sahabat - debu tanah
<br /> Suhaib - ÕåíÈ - Putih kemerahan - nama sahabat
<br /> Suhail - Óåíá - Senang - mudah
<br /> Suhaili - Óåíáí - Kemudahanku -
<br /> Suhair - ÓåíÑ - Yang berjaga -
<br /> Suhaimi - ÓÍíãí - Nisbah - kehitaman
<br /> Sulaim - Óáíã - Yang sejahtera -
<br /> Sulaiman - ÓáíãÇä - Nama Nabi - yang sejahtera
<br /> Sulaimi - Óáíãí - Kesejahteraanku -
<br /> Sulhi - ÕáÍí - Kedamaianku -
<br /> Sumsuman - ÓãÓãÇä - Yang lemah lembut -
<br /> Sulwan - ÓáæÇä - Ketenteraman - kelegaan
<br /> Sururi - ÓÑæÑí - kegembiraanku -
<br /> Suwadi - ÓæÇÏí - Rahsiaku -
<br /> Sya'rani - ÔÚÑÇäí - Nisbah -
<br /> Sya'ban - ÔÚÈÇä - Bulan Sya'ban -
<br /> Syabil - ÔÇÈá - Yang besar dalam kesenangan -
<br /> Syadad - ÔÏÇÏ - Yang perkasa -
<br /> Syafa'at - ÔÝÇÚÉ - Pembelaan - pertolongan
<br /> Syafi'ie - ÔÇÝÚí - Pembelaku - nisbah
<br /> Syafiq - ÔÝíÞ - Penyayang -
<br /> Syahamah - ÔåÇãå - Kemuliaan - kebijaksanaan
<br /> Syahmi - Ôåãí - Yang mulia - yang bijak
<br /> Syahir - ÔåíÑ - Yang masyhur -
<br /> Syahiran - ÔåíÑÇä - Yang terkenal -
<br /> Syahin - ÔÇåíä - Tiang neraca -
<br /> Syahrastani - ÔåÑÓÊÇäí - Nisbah -
<br /> Syakir - ÔÇßÑ - Pengenang budi - yang bersyukur
<br /> Syamim - Ôãíã - Keharuman -
<br /> Syamsuddin - ÔãÓ ÇáÏíä - Matahari agama -
<br /> Syamsuzzaman - ÔãÓ ÇáÒãÇä - Matahari masa -
<br /> Syamsi - ÔãÓí - Matahariku -
<br /> Syaraf - ÔÑÝ - Kemuliaan -
<br /> Syarafuddin - ÔÑÝ ÇáÏíä - Kemuliaan agama -
<br /> syarbini - ÔÑÈíäí - Nisbah -
<br /> Syarif - ÔÑíÝ - Yang mulia -
<br /> Syarifuddin - ÔÑÈÝ ÇáÏíä - Yang mulia agama -
<br /> Sya'rawi - ÔÚÑÇæí - Nisbah -
<br /> Syarqawi - ÔÑÞÇæí - Nisbah kepada Timur -
<br /> Syatbi - ÔØÈí - Yang tinggi - yang cantik
<br /> Syatibi - ÔÇØÈí - Nisbah yang cantik -
<br /> Syukani - ÔæßÇäí - Nisbah kekuatan -
<br /> Syaukat - ÔæßÊ - Kekuatan -
<br /> Syawal - ÔæÇá - Bulan syawal -
<br /> Syazali - ÔÇÐÇáí - Nisbah -
<br /> Syazani - ÔÒäí - Kecergasanku -
<br /> Syazwan - ÔÐæä - Harum kasturi -
<br /> Syazwi - ÔÐæí - keharumanku -
<br /> Syimir -  - Yang bertekad -
<br /> Syirazi - ÔíÑÇÒ - Nisbah kepada Syiraz -
<br /> Syibli - ÔÈáí - Nisbah anak singa -
<br /> Syihabuddin - ÔåÇÈ ÇáÏíä - Bintang agama -
<br /> Syinnawi - ÔäÇæí - Nisbah -
<br /> Syu'aib - ÔÚíÈ - Nama Nabi -
<br /> Syu'bah - ÔÚÈå - Nama sahabat - cabang
<br /> Syubrawi - ÔÈÑÇæí - Nisbah -
<br /> Syukur - ÔßæÑ - Kesyukuran -
<br /> Syuraih - ÔÑíÍ - Kelegaan - kelapangan
<br /> Syukri - ÔßÑí - Kesyukuranku -
<br /> Syuhrabil - ÔÑÍÈíá - Nama Sahabat -
<br /> Syuwari - ÔæÇÑí - Kecantikanku - perhiasanku
<br /> Tabani - ÊÈäí - Kebijaksanaanku -
<br /> Tabarani - ØÈÑÇäí - Nisbah -
<br /> Tabari - ØÈÑí - Nisbah -
<br /> Tabin - ÊÈä - Yang cerdik -
<br /> Taha - Øå - Nama Nabi -
<br /> Tahawi - ØÍÇæí - Nisbah -
<br /> Tahir - ØÇåÑ - Yang bersih -
<br /> Taib - ØíÈ - Yang baik -
<br /> Taimiyah - Êíãíå - Nisbah -
<br /> Tajuddin - ÊÇÌ ÇáÏíä - Mahkota agama -
<br /> Tajuzzaman - ÊÇÌ ÇáÒãÇä - Mahkota masa -
<br /> Tal'at - ØáÚÊ - Ketinggian - pucuk
<br /> Talal - ØáÇá - Keindahan - kegembiraan
<br /> Talhah - ØáÍÉ - Nama sahabat - anak pokok
<br /> Talib - ØÇáÈ - Penuntut -
<br /> Tamam - ÊãÇã - Kesempurnaan -
<br /> Tamim - Êãíã - Yang sempurna -
<br /> Tamimi - Êãíãí - Yang sempurna -
<br /> Tamamulqamar - ÊãÇã ÇáÞãÑ - Bulan purnama -
<br /> Tamrin - ÊãÑíä - Latihan -
<br /> Taqiuddin - ÊÞí ÇáÏíä - Yang bertaqwa -
<br /> Tariq - ØÇÑÞ - Bintang subuh - yang mengetuk
<br /> Tasnim - ÊÓäíã - air diSyurga yang mengalir dari atas -
<br /> Taufiq - ÊæÝíÞ - Pertolongan -
<br /> Tawadhu' - ÊæÇÖÚ - Perendahan diri -
<br /> Tirmuzi - ÊÑãÐí - Nisbah -
<br /> Tiftazani - ÊÝÊÇÒÇäí - Nisbah -
<br /> Tihami - ÊåÇãí - Nisbah -
<br /> Tibyan - ÊÈíÇä - Penerangan -
<br /> Tilimsani - ÊáãÓÇäí - Nisbah -
<br /> Tiryaq - ÊÑíÇÞ - Penawar bagi racun - geliga
<br /> Thabat - ËÈáÊ - Ketabahan -
<br /> Thabati - ËÈÇÊí - Ketabahanku -
<br /> Thabit - ËÇÈÊ - Yang tabah -
<br /> Thariy - ËÑí - Yang kaya -
<br /> Tharwan - ËÑæÇä - Yang kaya -
<br /> Tharwat - ËÑæÇÊ - Kekayaan -
<br /> Thaqib - ËÇÞÈ - Yang bijak - yang masyhur
<br /> Thaqif - ËÞíÝ - Yang bijak dan cepat faham -
<br /> Thubat - ËÈáÊ - Pahlawan yang berani -
<br /> Ubaid - ÚÈíÏ - Hamba - nama sahabat
<br /> 'Ubadah - ÚÈÇÏå - Ibadah - nama sahabat
<br /> 'Ukasyah - ÚßÇÔå - Labah-labah - nama sahabat
<br /> 'Ubaidullah - ÚÈíÏ Çááå - Hamba Allah -
<br /> 'Umar - ÚãÑ - Yang memakmurkan - nama sahabat
<br /> 'Umaiyah - ÇãíÉ - Nama sahabat -
<br /> 'Urabi - ÚÑÇÈí - Kearaban - beresemagat arab
<br /> 'Urwah - 򄾃 - Tangkai - pegangan
<br /> Usaid - ÇÓíÏ - Yang berani -
<br /> Usamah - ÇÓÇãå - Yang berani -
<br /> Uthman - ÚËãÇä - Yang rajin - dan gigih
<br /> Utaibah - ÚÊíÈå - Persimpangan - teguran sahabat
<br /> Waki - æßíÚ - Yang kuat -
<br /> Wajdi - æÌÏí - Kesayanganku -
<br /> Wajih - æÌíå - Yang terkemuka -
<br /> Wajihuddin - æÌíå ÇáÏíä - Yang terkemuka pada agama -
<br /> Walid - æáíÏ - Kelahiran - yang dilahirkan
<br /> Waliuddin - æáí ÇáÏíä - Pembela agama -
<br /> Waqar - æÞÇÑ - Kketenangan dan sopan santun -
<br /> Waqiuddin - æÞí ÇáÏíä - Pemelihara agama -
<br /> Waqur - æÞæÑ - Yang tenang -
<br /> Wardi - æÑÏí - Bunga mawarku -
<br /> Warid - æÇÑÏ - Yang berani -
<br /> Wasim - æÓíã - Yang kacak - cantik
<br /> Wasil - æÇÕá - Penyambung - penghubung
<br /> Zabad - ÒÈÇÏ - Keharuman kasturi -
<br /> Zabadi - ÒÈÇÏí - Keharumanku -
<br /> Zabidi - ÒÈíÏí - Yang memberi - yang membuat mentega
<br /> Zahab - ÐåÈ - Emas -
<br /> Zabir - ÒÈíÑ - Yang pintar - yang kuat
<br /> Zahabi - ÐåÈí - Emasku -
<br /> Zahi - 񂌄 - Yang gilang gemilang -
<br /> Zahid - ÒÇåÏ - Yang berzuhud -
<br /> Zahir - 񂌄 - Yang cantik berseri -
<br /> Zahier - 􌒄 - penolong - pembela
<br /> Zahiruddin - ÙåíÑ ÇáÏíä - Penolong - pembela agama
<br /> Zahhar - 񌂄 - Yang sangat bergemerlapan -
<br /> Zahil - ÒÇåá - Yang tenang hati -
<br /> Zahran - ÒåÑÇä - Yang cantik dan berseri -
<br /> Zaid - ÒíÏ - Pertambahan - kelebihan
<br /> Zaidan - ÒíÏÇä - Yang bertambah - yang berlebihan
<br /> Zaidani - ÒíÏÇäí - Yang bertambah -
<br /> Zaini - Òíäí - Perhiasanku -
<br /> Zakaria - ÒßÑíÇ - Nama Nabi -
<br /> Zaki - Ðßí - Yang cerdik - yang harum.
<br /> Zaki - Òßí - Yang baik - yang suci.
<br /> Zakir - ÐÇßÑ - Yang berzikir - yang mengenang.
<br /> Zakur - ÐßæÒ - Yang banyak berzikir - yang kuat ingatan.
<br /> Zakwan - ÐßæÇä - Yang cerdik - yang harum.
<br /> Zainuddin - Òíä ÇáÏíä - Perhiasan agama. -
<br /> Zainulabidin - Òíä ÇáÚÇÈÏíä - Perhiasan orang yang beribadat. -
<br /> Zainulariffin - Òíä ÇáÚÇÑÝíä - Perhiasan orang yang arif. -
<br /> Zainun - Òíäæä - Perhiasan. -
<br /> Zami' - ÒãíÚ - Yang berani dan gigih. -
<br /> Zamir - 񋒄 - Yang cantik. -
<br /> Zamzam - ÒãÒã - Air Zamzam -
<br /> Zayan - Ðåä - Yang cantik. -
<br /> Zayani - ÒíÇäí - Yang cantik. -
<br /> Zarkasyi - ÒÑßÔí - Nisbah. -
<br /> Zawawi - ÒÇææí - Nisbah - sudut.
<br /> Zawir - 񾒄 - Ketua - pemimpin.
<br /> Zahin - - Yang cerdik. -
<br /> Zihni - Ðåäí - Kefahamanku - kekuatan akalku.
<br /> Zikri - ÐßÑí - Ingatanku - kenanganku.
<br /> Zimam - 񋂋 - Pemimpin - teraju.
<br /> Ziyad - ÒíÇÏ - Pertambahan - kelebihan.
<br /> Ziyan - 񒂊 - Perhiasan. -
<br /> Zubaidi - ÒÈíÏí - Pemberianku - pilihanku yang terbaik.
<br /> Zubair - ÒÈíÑ - Yang gagah perkasa - yang pintar.
<br /> Zufar - ÒÝÑ - Ketua - yang berani
<br /> Zuhaili - Òåíáí - Yang tenang hati. -
<br /> Zuhair - 񌒄 - Yang berseri - bunga.
<br /> Zuhairi - ÒåíÑí - Yang berseri - bungaku.
<br /> Zuhdi - ÒåÏí - Zuhudku - kebencianku kepada dunia .
<br /> Zuhrah - 񌄃 - Kecantikan yang menarik - keputihan yang cantik.
<br /> Zuhri - 񌄒 - Kecantikanku. -
<br /> Zuhnun - Ðåäæä - Yang cerdik. -
<br /> Zulfadhli - ÐæÇáÝÖáí - Yang mempunyai kelebihan. -
<br /> Zulfaqar - ÐæÇáÝÞÇÑ - Nama pedang Nabi Muhammad. -
<br /> Zulhilmi - ÐæÇáÍáã - Yang mempunyai kesabaran dan kesopanan. -
<br /> Zulhusni - ÐæÇáÍÓä - Yang mempunyai kebaikan dan kecantikan -
<br /> Zuljamaj - ÐæÇáÌãÇá - Yang mempunyai kecantikan. -
<br /> zulkamal - ÐæÇáßãÇá - Yang mempunyai kesempurnaan. -
<br /> Zulkaram - ÐæÇáßÑã - Yang mempunyai kemuliaan' -
<br /> Zulqarnain - ÐæÇáÞÑäíä - Nama seorang raja. -
<br /> Zulkifli - ÐæÇáßÝá - Nama Nabi. -
<br /> Zulmajdi - ÐæÇáãÌÏ - Yang mempunyai kemuliaan. -
<br /> Zunnun - ÐæÇáäæä - Gelaran Nabi Yunus. -
<br /> Zunnur - ÐæÇáäæÑ - Yang bercahaya. -
<br /> Zunnurain - ÐæÇáäæÑíä - Yang mepunyai dua cahaya -
<br /> Zulwaqar. - ÐæÇáæÞÇÑ - Yang mempunyai ketenangan - kesopanan.
<br /> Ababah - ÇÈÇÈå - Kerinduan -
<br /> Abadiah - ÇÈÏíÉ - Yang kekal -
<br /> Abidah - ÇÈÏå - ÅYang bermukim - yang tinggal menetap
<br /> Abyan - ÇÈíÇä - Yang nyatadan jelas -
<br /> Adabiah - ÇÏÈíå - kesopanan dan kesusasteraan -
<br /> Adibah - ÇÏíÈå - Yang berpengetahuan tinggi -
<br /> Afiqah - ÇÝíÞå - Yang sangat pemurah -
<br /> Ahlam - ÇÍáÇã - Impian - kehalusan
<br /> Aiman - ÇíãÇä - Keberkatan - kekuatan
<br /> Aimuni - Çíãäì - Keberkatanku -
<br /> Akalili - ÇßÇáíáí - mahkotaku -
<br /> Akidah - ÇßíÏå - yang kuat - teguh
<br /> Alaa - ÇáÇÁ - nikmat-nikmat -
<br /> Allifat - ÇáíÝÉ - teman - penglipur
<br /> Almas - ÇáãÇÓ - berlian -
<br /> Alwani - ÇáæÇäí - warna-warni -
<br /> Amal - ÇãÇá - harapan - cita-cita
<br /> Amalina - ÇãÇáíäÇ - panjang usia dan kenikmatan hidup kami -
<br /> Amanah - ÇãÇäå - amanah dan kepercayaan -
<br /> Amani - ÇãÇäí - cita-citaku - ketenanganku dan perlindungku
<br /> Badaah - ÈÏÇÁÉ - Lintasan fikiran -
<br /> Badi'ah - ÈÏíÚÉ - Yang indah -
<br /> Badihah - ÈÏíåå - Kefahaman yang cepat -
<br /> Badilah - ÈÏíáå - Gantian yang mulia -
<br /> Badriah - ÈÏÑíå - Bulan purnama -
<br /> Bahiah - Èåíå - Yang gemilang - yang berseri
<br /> Bahijah - ÈåíÌå - Yang gembira -
<br /> Bahirah - ÈÇåÑÉ - Yang berseri - yang cantik
<br /> Bahjah - ÈåÌÉ - Keriangan - keindahan
<br /> Bahriah - ÈåÑíå - Gemerlapan -
<br /> Balasan - ÈáÓÇä - Sejenis bunga yang wangi -
<br /> Balighah - ÈáíÛÉ - Yang petah - Yang fasih
<br /> Balilah - Èáíáå - Angin yang dingin beserta embun -
<br /> Balqis - ÈáÞíÓ - Nama Ratu Kerajaan Saba' -
<br /> Bara'ah - ÈÑÇÁå - Kebersihan - kebebasan dari tuduhan
<br /> Barieah - ÈÑíÆå - Yang bersih - yang tidak bersalah
<br /> Bari'ah - ÈÇÑÚÉ - Yang pandai - yang mahir
<br /> Basatah - ÈÓÇØå - Kemudahan -
<br /> Bastah - ÈÓØå - Keluasan - kesenangan
<br /> Basirah - ÈÕíÑå - Yang bijak -
<br /> Basitah - ÈÇÓØå - Yang menyenangkan -
<br /> Basyirah - ÈÔíÑÉ - Penyampai berita gembira -
<br /> Basimah - ÈÇÓãå - Yang tersenyum -
<br /> Bassamah - ÈÓÇãå - Yang tersenyum -
<br /> Bazilah - ÈÇÒáå - Yang pintar -
<br /> Bazlaa' - ÈÒáÇÁ - Yang bijak -
<br /> Baiyinah - ÈíäÉ - Bukti - hujjah
<br /> Billah - Èáå - Rezeki - kebajikan
<br /> Bisyarah - ÈÔÇÑÉ - Berita gembira -
<br /> Bunanah - ÈäÇäå - Taman indah -
<br /> Burhanah - ÈÑåÇäå - Hujjah - alasan
<br /> Busrah - ÈÓÑÉ - Kesegaran - kemekaran
<br /> Busyra - ÈÔÑì - Khabar gembira -
<br /> Dahiyah - ÏÇåíå - Yang pintar -
<br /> Dahliah - ÏåáíÉ - Sejenis bunga -
<br /> Dalilah - ÏáíáÉ - Petunjuk - bukti
<br /> Damia' - ÏÇãíÇÁ - Kebajikan - keberkatan
<br /> Dawama - ÏæÇãÇ - Kekekalan -
<br /> Dariah - ÏÇÑíÉ - Yang mengetahui -
<br /> Dinah - Ïíäå - Ketaatan - adat
<br /> Diyanah - ÏíÇäå - Agama -
<br /> Durrah - ÏÑå - Mutiara -
<br /> Durar - ÏÑÑ - Mutiara-mutiara -
<br /> Durriyah - ÏÑíå - Mutiara -
<br /> Dhabitah - ÖÇÈØÉ - Yang cekap - kuat ingatan dan hafalan
<br /> Dhamanah - ÖãÇãå - Jaminan -
<br /> Dhamirah - ÖãíÑÉ - Jiwa - hati kecil
<br /> Dhaniyah - ÖÇäíÉ - Yang bertambah -
<br /> Fadhilah - ÝÇÖáÉ - Yang mulia - yang utama
<br /> Fadhilah - ÝÖíáÉ - Kemuliaan - kelebihan
<br /> Fahimah - ÝåíãÉ - Yang faham -
<br /> Faidah - ÝÇÆÏå - Yang berfaedah - yang lebih
<br /> Faiqah - ÝÇÆÞå - yang mengatasi yang lain -
<br /> Fairuz - ÝíÑæÒ - sejenis batu permata berwana kebiru-biruan -
<br /> Fayyadah - ÝíÇÖå - Yang sangat pemurah -
<br /> Farah - ÝÑÍ - Kegirangan -
<br /> Farhah - ÝÑÍå - Kegirangan -
<br /> Farhanah - ÝÑÍÇäÉ - Yang riang gembira -
<br /> Faridah - ÝÑíÏå - Yang tunggal - yang istimewa
<br /> Fasihah - ÝÕíÍå - Yang fasih bercakap -
<br /> Fatanah - ÝØÇäÉ - Kebijaksanaan -
<br /> Fathiah - ÝÊÍíÉ - Pembukaan - pertolongan
<br /> Fakhriah - ÝÎÑíÉ - Kebanggaan -
<br /> Fatimah - ÝÇØãÉ - Yang tidak menyusu lagi -
<br /> Fatin - ÝÇÊä - Yang cantik menawan -
<br /> Fatinah - ÝÇØäÉ - yang bijaksana -
<br /> Filzah - ÝáÐÉ - Belahan jiwa -
<br /> Firdaus - ÝÑÏæÓ - Nama Syurga -
<br /> Ghurrah - ÛÑÉ - Keserian - putih bersih
<br /> Ghaliah - ÛÇáíÉ - Yang berharga -
<br /> Ghaniah - ÛÇäíÉ - Yang cantik semulajadi -
<br /> Ghanimah - ÛÇäãå - Yang beroleh sesuatu -
<br /> Ghadah - ÛÇÏÉ - Yang lemah lembut -
<br /> Habibah - ÍÈíÈÉ - Kekasih -
<br /> Habrah - ÍÈÑÉ - Kegembiraan nikmat -
<br /> Habwah - ÍÈæÉ - Pemberian -
<br /> Hadhinah - ÍÇÖíäÉ - Pengasuh - pendidik
<br /> Hafawati - ÍÝÇæÊí - Sambutanku yang meriah -
<br /> Hafiyah - ÍÝíÉ - Yang menyambut dengan meriah -
<br /> Hafizah - ÍÝíÙÉ - Yang memelihara -
<br /> Haifaa' - åíÝÇÁ - Yang ramping - yang genit
<br /> Haimamah - åíãäÉ - Pengawalan - penjagaan
<br /> Hajar - åÇÌÑ - Nama Ibu Nabi Ismail -
<br /> Hakimah - ÍßíãÉ - Yang bijaksana -
<br /> Halah - åÇáå - Lingkaran sinaran dikeliling -
<br /> Halawah - ÍáÇæå - Kemanisan -
<br /> halawati - ÍáÇæÊí - Kemanisanku -
<br /> Halimah - ÍáíãÉ - Yang lemah lembut - penyabar
<br /> Halwa - Íáæì - Yang manis -
<br /> Haliah - ÍÇáíÉ - Yang memakai perhiasan -
<br /> Hamamah - ÍãÇãÉ - Kesayangan - burung merpati
<br /> Hamidah - ÍãíÏÉ - Yang terpuji -
<br /> Hamimah - Íãíãå - Teman karib -
<br /> Hamizah - ÍãíÒÉ - Yang bijaksana - yang kuat
<br /> Hamraa' - ÍãÑà - Yang kemerah-merahan -
<br /> Hanan - ÍäÇä - Kesayangan - belas kasihan
<br /> Hanani - ÍäÇäí - Kesayanganku - kerinduanku
<br /> Zulwaqa - ÐæÇáæÞÇÑ - Yang mempunyai ketenangan/kesopanan. -
<br /> Hannanah - ÍäÇäå - Yang belas kasihan - penyayang
<br /> Hanisah - ÍäíÓÉ - Yang bertaqwa -
<br /> Hanun - Íäæä - Penyayang -
<br /> Hariyah - ÍÑíÉ - Yang munasabah -
<br /> Harizah - ÍÑíÒÉ - Kawalan - benteng]
<br /> Hasanah - ÍÓäÉ - Yang baik - yang indah
<br /> Hasinah - ÌÕíäÉ - Yang bermaruah - terpelihara kehormatannya
<br /> Hasibah - ÍÓíÈÉ - Yang berketurunan baik -
<br /> Hasnaa' - ÍÓäà - Yang cantik -
<br /> Hazimah - ÍÇÒãÉ - Yang tegas - bijak
<br /> Haziqah - ÍÇÐÞÉ - Yang cerdik -
<br /> Hazirah - ÍÒíÑÉ - Pilihan yang terbaik -
<br /> Hasunah - ÍÓæäÉ - Yang indah -
<br /> Hasyimah - åÇÔãå - Yang bersopan santun -
<br /> Hazamah - ÍÒÇãÉ - Ketegasan - cermat
<br /> Haziyah - ÍÙíÉ - yamh disayangi - yang dihormati
<br /> Hazwani - ÍÒæÇäí - Pemberianku -
<br /> Hawa - Íæà - Yang hidup - Nama isteri Nabi Adam
<br /> Hayaa' - Ííà - Perasaan malu -
<br /> Hibriyah - ÍÈÑíÉ - Keindahan - kecantikan
<br /> Hannah - ꊃ - Kesayangan -
<br /> Hijanah - åÌÇäÉ - Keturunan yang mulia -
<br /> Himmah - åãÉ - Keinginan - cita-cita
<br /> Hindun - åäÏ - Kerinduan - asmara
<br /> Huda - åÏì - Petunjuk -
<br /> Husna - ÍÓäì - Yang baik - yang indah
<br /> Husniyah - ÍÓäíÉ - Kebaikan - keindahan
<br /> Ibtisam - ÇÈÊÓÇã - Senyuman -
<br /> Ilham - ÇáåÇã - Ilham -
<br /> Ijlali - ÇÌáÇáí - Penghormatanku -
<br /> Iklil - Çßáíá - Kalung - mahkota
<br /> Iman - ÇíãÇä - Kepercayaan -
<br /> Inbisat - ÇäÈÓÇØ - Kegirangan -
<br /> Insaf - ÇäÕÇÝ - Kesedaran -
<br /> Insyirah - ÇäÔÑÇÍ - Kebaikan hati - kegirangan
<br /> Istiqomah - ÇÓÊÞÇãÉ - Kelurusan -
<br /> Itmi'nan - ÇÙãÆäÇä - Ketenangan -
<br /> Itqan - ÇÊÞÇä - Kecekapan -
<br /> Izdihar - ÇÒÏåÇÑ - Kemajuan - gemerlapan
<br /> Izyan - ÇÒíÇä - Penghiasan -
<br /> 'ibrah - ÚÈÑÉ - Teladan - yang pakar
<br /> 'Iffah - ÚÝÉ - Maruah - kesucian diri
<br /> 'Inani - ÚäÇäí - Hadapanku -
<br /> 'Ismah - ÚÕãÉ - Pemeliharaan -
<br /> 'Izzah - ÚÒÉ - Kemuliaan - kekuatan
<br /> 'Izzati - ÚÒÊí - Kemuliaanku - kekuatanku
<br /> Jah - ÌÇå - Kemegahan - Ketinggian martabat
<br /> Jaharah - ÌåÇÑÉ - Kecantikan bentuk dan rupa -
<br /> Jahirah - ÌåíÑÉ - Yang rupawan dan genit -
<br /> Jahizah - ÌåíÒÉ - Yang dilengkapi - yang disediakan
<br /> Jaidaa' - ÌíÏà - Yang tinggi lampai -
<br /> Jaidanah - ÌíÏÇäÉ - Yang tinggi lampai -
<br /> Jalalah - ÌáÇáÉ - Kebesaran - kemuliaan
<br /> Jaliah - ÌáíÉ - Yang terang - yang jelas
<br /> Jalilah - ÌáíáÉ - Yang mulia -
<br /> Jalwaa' - Ìáæà - Yang rupawan -
<br /> Jamaiah - ÌãÇÚíÉ - Perpaduan -
<br /> Jamaliah - ÌãÇáíÉ - Kecantikan -
<br /> Jami'ah - ÌÇãÚÉ - Yang menyatupadukan -
<br /> Jamilah - ÌãíáÉ - Yang cantik -
<br /> Jamlaa' - ÌãáÇÁ - Yang cantik -
<br /> Jaunaa' - Ìæäà - Matahari -
<br /> Jawahir - ÌæÇåÑ - Permata-permata -
<br /> Jumanah - ÌãÇäÉ - Mutiara -
<br /> Juni - Ìæäí - Kemerah-merahan -
<br /> Jaudah - ÌæÏå - Kebaikan - keelokan
<br /> Kafaf - ßÝÇÝ - Rezeki yang mencukupi -
<br /> Kafiyah - ßÝíÉ - Yang memadai -
<br /> Kaiyisah - ßíÓÉ - Yang bijak - yang faham
<br /> Kamaliah - ßãÇáíÉ - Kesempurnaan -
<br /> Kamilah - ßÇãáÉ - Yang sempurna -
<br /> Karamah - ßÑÇãÉ - Kemuliaan - maruah
<br /> Karimah - ßÑíãÉ - Yang mulia -
<br /> Kasbah - ßÓÈÉ - Usaha -
<br /> Kasibah - ßÇÓÈÉ - Yang berusaha -
<br /> Kafaah - ßÝÇÁÉ - Kepadanan - persamaan
<br /> Kafi'ah - ßÝíÉ - Yang padan - yang setanding
<br /> Kazimah - ßÇÙãå - Penyabar -
<br /> Kiasah - ßíÇÓÉ - Kebijaksanaan - kefahaman yang baik
<br /> Khadraa' - ÎÖÑÃ - Kesuburan - kehijauan
<br /> Khadijah - ÎÏíÌå - Nama isteri Nabi Muhammad saw -
<br /> Khairah - ÎíÑÉ - Yang mulia - yang banyak kebaikannya
<br /> Khairiyah - ÎíÑíÉ - Kebaikan - kelebihan
<br /> Khairunnisa - ÎíÑ ÇáäÓà - Sebaik-baik wanita -
<br /> Khalidah - ÎÇáÏÉ - Yang kekal -
<br /> Khalilah - ÎáíáÉ - Teman setia -
<br /> Khalisah - ÎÇáÕÉ - Yang bersih - yang tulen
<br /> Khaliesah - ÎáíÕÉ - Yang jujur -
<br /> Khuldiah - ÎáÏíÉ - Kekekalan -
<br /> Labibah - áÈíÈÉ - Yang cerdik - yang bijak
<br /> Laila - áíáì - Kegembiraan - keghairahan
<br /> Laiyinah - áíäÉ - Yang lemah lembut -
<br /> Latifah - áØíÝÉ - yang lemah lembut -
<br /> Lina - áíäÇ - Kehalusan - kelembutan
<br /> Liyana - áíÇäÇ - Kelembutan - kehalusan
<br /> Luklu'ah - áÄáÄå - Mutiara -
<br /> Lubabah - áÈÇÈå - Yang terpilih -
<br /> Lutfiah - áØÝíÉ - Kehalusan - kelembutan
<br /> Madhiah - ãÏÍíÉ - Kepujian -
<br /> Madihah - ãÏíÍÉ - Yang terpuji -
<br /> Mahfuzah - ãÍÝæÙÉ - Yang terpelihara -
<br /> Mahirah - ãÇåÑÉ - Yang cekap - yang mahir
<br /> Maimanah - ãíãäÉ - Keberkatan -
<br /> Maimunah - ãíãæäÉ - Yang diberkati -
<br /> Maisarah - ãíÓÑÉ - Kesenangan - kekayaan
<br /> Maisurah - ãíÓæÑÉ - Yang senang -
<br /> Majdiah - ãÌÏíÉ - Yang mulia] -
<br /> Makhtumah - ãÎÊæãÉ - Yang disempurnakan -
<br /> Makinah - ãßíäÉ - Yang tabah - yang tetap
<br /> Maknunah - ãßäæäÉ - Yang terpelihara -
<br /> Makramah - ãßÑãÉ - Kemuliaan -
<br /> Malihah - ãáíÍÉ - Yang cantik manis -
<br /> Malyanah - ãáíäÉ - Kelembutan -
<br /> Marahaini - ãÑÍíäí - Dua kegembiraanku -
<br /> Mardhati - ãÑÖÊí - Keredhaanku -
<br /> Mardhiah - ãÑÖíÉ - yang diredhai - yang disayangi
<br /> Mariah - ãÇÑíÉ - Yang cantik berhias -
<br /> Marinah - ãÑäÉ - Yang lembut -
<br /> Mar'iyah - ãÑÚíÉ - Yang terpelihara - yang terkawal
<br /> Marjan - ãÑÌÇä - Mutiara -
<br /> Martabah - ãÑÊÈÉ - Kedudukan -
<br /> Maryam - ãÑíã - Yang tinggi - nama ibu Nabi Isa
<br /> Ma'rufah - ãÚÑæÝÉ - Yang terkenal -
<br /> Marfu'ah - ãÑÝæÚÉ - Yang disanjung -
<br /> Ma'sumah - ãÚÕæãÉ - Yang terpelihara -
<br /> Masturah - ãÓÊæÑÉ - Yang terpelihara -
<br /> Mauhibah - ãæåÈå - Bakat - pemberian
<br /> Mayamin - ãíÇãä - Yang diberkati -
<br /> Maziah - ãÒíÉ - Keistimewaan -
<br /> Maznah - ãÒäÉ - Kepujian - seri muka
<br /> Miskiah - ãÓßíå - Harum kasturi -
<br /> Mu'afah - ãÚÇÝÉ - Yang di'afiatkan - kesejahteraan
<br /> Mubarakah - ãÈÇÑßå - Yang diberkati -
<br /> Mufidah - ãÝíÏå - Yang memberi faedah -
<br /> Muhaiminah - ãåíãäå - Yang berkuasa dan memelihara -
<br /> Muhassanah - ãÍÕäå - Yang terpelihara -
<br /> Mukarramah - ãßÑãå - Yang dimuliakan -
<br /> Mukhtarah - ãÎÊÇÑÉ - Yang terpilih -
<br /> Multazimah - ãáÊÒãå - Yang menjadi pegangan -
<br /> Mumtazamah - ãáÊÒãå - Yang menjadi pegangan -
<br /> Muna - ãäì - cita-cita -
<br /> Munawwarah - ãäæÑÉ - Yang berseri -
<br /> Munifah - ãäíÝÉ - Yang tinggi lampai -
<br /> Musfirah - ãÓÝÑÉ - Yang cantik dan berseri -
<br /> Muslihah - ãÕáÍÉ - Pemulih - yang memperbaiki
<br /> Mutahharah - ãØåÑÉ - Yang suci -
<br /> Muyassarah - ãíÓÑÉ - Yang diberi kesenangan -
<br /> Muzainah - ãÒíäÉ - Kepujian - titisan hujan
<br /> Muzdalifah - ãÒÏáíÝÉ - Yang hampir - nama tempat
<br /> Mumtazah - ããÊÇÒÉ - Yang istimewa - yang cemerlang
<br /> Nabahah - äÈÇåå - Kecerdasan - kemahsyuran
<br /> Nabighah - äÇÈÛÉ - Yang cerdik -
<br /> Nabihah - äÈíåå - Yang cerdik - yang cerdas
<br /> Nabilah - äÈíáÉ - Yang cerdik - yang mulia
<br /> Nada - äÏì - Embun - kemurahan hati
<br /> Nadiah - äÇÏíÉ - Yang pemurah -
<br /> Nadhirah - äÖíÑÉ - Yang berseri - yang segar
<br /> Nadhrah - äÖÑÉ - Keindahan - seri
<br /> Nadzirah - äÙíÑÉ - Ketua yang dihormati -
<br /> Nafahat - äÝÍÇÊ - Pemberian-pemberian -
<br /> Nafhah - äÝÍå - Pemberian -
<br /> Nafi'ah - äÇÝÚÉ - Yang bermanafaat -
<br /> Nafisah - äÝíÓÉ - Yang bernilai -
<br /> Nai'mah - äÚíãÉ - Yang halus - yang mewah
<br /> Najat - äÌÇÉ - Keselamatan - kelepasan
<br /> Najah - äÌÇÍ - Kejayaan -
<br /> Najiah - äÇÌíÉ - Yang terlepas dari bahaya -
<br /> Najibah - äÌíÈå - Yang cerdik -
<br /> Najihah - äÇÌÍå - Yang berjaya -
<br /> Najlaa' - äÌáÇÁ - Mempunyai mata yang cantik -
<br /> Najwa - äÌæì - Bisikan rahsia -
<br /> Naqibah - äÞíÈå - Ketajaman fikiran -
<br /> Narjis - äÑÌÓ - Sejenis bunga -
<br /> Nasibah - äÓíÈå - Yang berketurunan mulia -
<br /> Nasimah - äÓíãÉ - Angin sepoi-sepoi bahasa -
<br /> Nasyitah - äÔíØå - Yang cergas - yang giat
<br /> Nasriah - äÕÑíÉ - Pertolongan -
<br /> Naurah - äæÑÉ - Bunga -
<br /> Nawwarah - äæÇÑÉ - Yang bercahaya -
<br /> Nasihah - äÕíÍÉ - Nasihat -
<br /> Nasuha - äÕæÍÇ - Yang luhur - yang ikhlas dan bersih
<br /> Nazurah - äÙæÑå - Pemimpin yang disanjung -
<br /> Nu'mah - äÚãÉ - Kegembiraan -
<br /> Nuraini - äæÑ Úíäí - Cahaya mataku -
<br /> Nurhayati - äæÑ ÍíÇÊí - Cahaya hidupkiu -
<br /> Nurulain - äæÑÇáÚíä - Cahaya mata -
<br /> Nurulhuda - äæÑ ÇáåÏì - Cahaya petunjuk - hidayat
<br /> Nuriyah - äæÑíå - Yang bercahaya -
<br /> Nuruljannah - äæÑ ÇáÌäÉ - Cahaya syurga -
<br /> Qabsah - ÞÈÓå - Tuntut ilmu - pembelajaran
<br /> Qadirah - ÞÇÏÑÉ - Yang berkuasa -
<br /> Qahirah - ÞÇåÑÉ - yang gagah - berkuasa
<br /> Qaidah - ÞÇÁÏÉ - Pemimpin -
<br /> Qani'ah - ÞÇäÚÉ - Yang berasa puas hati -
<br /> Qamariah - ÞãÑíÉ - Bulan -
<br /> Qarihah - ÞÑíÍÉ - Bakat -
<br /> Qatrunnada - ÞÙÑ ÇáäÏì - Titisan embun -
<br /> Qayyimah - ÞíãÉ - Yang lurus - yang bernilai
<br /> Qurratu'aini - ÞÑÉ Úíäí - Penyejuk mataku - penghibur hatiku
<br /> Qawiemah - ÞæíãÉ - Yang lurus -
<br /> Nusrah - äÕÑå - Pertolongan -
<br /> Rabi'ah - ÑÈíÚå - yang subur - taman
<br /> Rabi'atul 'adawiyah - ÑÇÈÚÉ ÇáÚÏæíÉ - Nama seorang wanita yang arif dan wara' -
<br /> Radhiah - ÑÇÖíÉ - Yang redha -
<br /> Radhwa - ÑÖæì - Nama gunung yang terletak antara Madinah & Yanbuu' -
<br /> Rafhanah - ÑÝåÇäÉ - Yang hidup mewah dan bahagia -
<br /> Rafi'ah - ÑÝíÚÉ - yang mulia - yang tinggi
<br /> Rafidah - ÑÇÝÏå - Pemberi pembantu -
<br /> Raghadah - ÑÇÛÇÏå - Kesenangan - kemewahan
<br /> Rahah - ÑÇÍÉ - Kerehatan - tapak tangan
<br /> Rahimah - ÑÍíãÉ - Pengasih - penyayang
<br /> Rahmah - ÑÍãÉ - Rahmat - belas kasihan
<br /> Rahbah - ÑÍÈÉ - Yang luas - yang lapang
<br /> Raidah - ÑÇÆÏÉ - Pemimpin -
<br /> Raihan - ÑíÍÇä - Tumbuhan yang berbau wangi -
<br /> Raihanah - ÑíÍÇäÉ - Tumbuhan yang berbau wangi -
<br /> Raihah - ÑíÍÉ - Bauan - yang merasa gembira
<br /> Raimi - Ñíãí - Keutamaan -
<br /> Rajaa' - ÑÌÇÁ - Harapan -
<br /> Rajiah - ÑÇÌíÉ - Yang berharap -
<br /> Rakinah - ÑßíäÉ - Yang berfikiran wajar -
<br /> Ramlah - Ñãáå - Penghalusan - pasir
<br /> Ramizah - ÑãíÒå - Yang berakal - yang asli
<br /> Ramziah - ÑãÒíå - Lambang -
<br /> Rasanah - ÑÕÇäå - Ketenangan - ketegasan
<br /> Rasafah - ÑÕÇÝÉ - Kekukuhan -
<br /> Rasinah - ÑÕíäÉ - Yang tenang - tegas
<br /> Rasyidah - ÑÔíÏÉ - Yang cerdik -
<br /> Rasyiqah - ÑÔíÞÉ - Yang genit - yang tangkas
<br /> Rau'ah - ÑæÚÉ - Ketaajuban - keindahan
<br /> Raudhah - ÑæÖÉ - Taman -
<br /> Rauhah - ÑæÍå - Yang baik -
<br /> Raunaq - ÑæäÞ - Keindahan -
<br /> Rauqah - ÑæÞÉ - Kecantikan yang menawan hati -
<br /> Rawahah - ÑæÇÍå - Perasaan gembira kerana keyakinan -
<br /> Razan - ÑÒÇä - Yang tenang -
<br /> Rawiah - ÑÇæíå - Yang sihat fizikal dan mental -
<br /> Razanah - ÑÒÇäÉ - Kesopanan -
<br /> Riba'ah - ÑÈÇÚÉ - Keadaan yang baik -
<br /> Ridhwah - ÑÖæå - Keredhaan -
<br /> Rif'ah - ÑÝÚå - Ketinggian - kemuliaan
<br /> Ruhana - ÑæÍäÇ - Jiwa kami -
<br /> Ruhayah - ÑæÍ ÍÈÇå - Jiwa kehidupan -
<br /> Ruhiyah - ÑæÍíå - Kejiwaan -
<br /> Rukniah - ÑßäíÉ - Ketahanan - kekuatan
<br /> Rukhama - ÑÎÇãì - Angin sepoi bahas -
<br /> Rummanah - ÑãÇäå - Buah delima -
<br /> Ruqaiyah - ÑÞíå - Ketinggian - nama anak Nabi Muhammad saw
<br /> Ruqyah - ÑÞíå - Penawar -
<br /> Rusydiah - ÑÔÏíå - Petunjuk -
<br /> Rutbah - ÑÊÈå - Kedudukan - martabat
<br /> Sa'adah - ÓÚÇÏå - Kebahagiaan -
<br /> Sabirah - ÕÇÈÑå - Penyabar -
<br /> Sa'diah - ÓÚÏíå - Kebahagiaan -
<br /> Sadiqah - ÕÇÏÞÉ - Yang benar -
<br /> Sa'idah - ÓÚíÏÉ - Yang berbahagia -
<br /> Sabah - ÕÈÇÍ - Sinaran pagi -
<br /> Sabariah - ÕÈÑíÉ - Kesabaran -
<br /> Sabihah - ÕÈíÍÉ - Yang berseri - yang cantik
<br /> Sadarah - ÕÏÇÑÉ - kemajuan - kepimpinan
<br /> Saffa' - ÕÝÃ - kebersihan - kemurnian
<br /> Safiah - ÕÝíÉ - Yang bersih - yang ikhlas
<br /> Safirah - ÓÝíÑÉ - kalung leher -
<br /> Safraa' - ÕÝÑÃ - Kekuningan emas -
<br /> Safuhah - ÕÝæÍå - Pemaaf -
<br /> Safwah - ÕÝæå - Yang bersih - yang terbaik
<br /> Safwanah - ÕÝæÇäå - Yang bersih murni -
<br /> Saibah - ÕÇÆÈå - Yang betul -
<br /> Saidah - ÓÇÆÏå - Pemimpin -
<br /> Saihah - ÓÇÆÍå - Pelancong -
<br /> Saimah - ÕÇÆãå - Yang berpuasa -
<br /> Saiyidah - ÓíÏå - Ketua - pemimpin
<br /> Sakinah - Óßíäå - Ketenangan -
<br /> Salahiah - ÕáÇÍíå - Kelayakan -
<br /> Salamah - ÓáÇãå - Kesejahteraan -
<br /> Saliah - Óáíå - Penghibur -
<br /> Salihah - ÕÇáÍå - Yang baik - yang layak
<br /> Salimah - Óáíãå - Yang sejahtera -
<br /> Salma - Óáãì - Yang sejahtera -
<br /> Salwa - Óáæì - Penghibur - madu lebah
<br /> Salwah - Óáæå - Kemewahan - hiburan
<br /> Samiah - ÓÇãíå - Yang tinggi - yang mulia
<br /> Samihah - ÓãíÍå - Pemaaf - pemurah
<br /> Samirah - ÓãíÑå - Teman berbual mesra -
<br /> Saminah - Ëãíäå - Yang berharga -
<br /> Samraa' - ÓãÑà - Yang hitam manis -
<br /> Sanaa' - Óäà - Sinaran - ketinggian
<br /> Saniah - Óäíå - Yang bersinar - yang mulia
<br /> Sa'udah - ÓÚæÏå - yang berbahagia -
<br /> Saudah - ÓæÏå - keriangan -
<br /> Sarah - ÓÇÑå - Nama isteri Nabi Ibrahim -
<br /> Sarahah - ÕÑÇÍå - Keterangan - terus terang
<br /> Saramah - ÕÑÇãå - Ketegasan -
<br /> Sarihah - ÕÑíÍå - Terus terang - keterangan
<br /> Sarimah - ÕÑíãÉ - yang tegas - keazaman
<br /> Sariyah - ÓÑíå - Yang bermaruah - pemurah
<br /> Siddiqah - ÕÏíÞå - yang bercakap benar -
<br /> Simaa' - Óíãà - Lambang kehidupan -
<br /> Simiyaa' - Óíãíà - Pertanda - keindahan
<br /> Su'ad - ÓÚÇÏ - Yang berbahagia -
<br /> Su'aidah - ÓÚíÏÉ - Kebahagiaan -
<br /> Suhailah - Óåíáå - Yang senang - yang mudah
<br /> Syafa'ah - ÔÝÇÚå - Pertolongan - pembelaan.
<br /> Syafi'ah - ÔÝíÚå - Pembela - penolong.
<br /> Syafiah - ÔÇÝíå - Penawar - ubat
<br /> Syafiqah - ÔÝíÞå - Yang belas kasihan. -
<br /> Syahdah - ÔåÏå - Madu lebah. -
<br /> Syahirah - ÔåíÑå - Yang masyur. -
<br /> Syahrain - ÔåÑíä - Dua bulan. -
<br /> Syahriah - ÔåÑíå - Bulan. -
<br /> Syaimaa' - ÔíãÇÁ - Yang ada tahi lalat - nama kakak susuan Nabi .
<br /> Syalabiah - ÔáÈíå - Yang cantik - genit.
<br /> Syahmah - Ôåãå - Hati yang murni. -
<br /> Syamimi - Ôãíãí - Keharumanku. -
<br /> Syamsiah - ÔãÓíå - Matahari. -
<br /> Syahidah - ÔåíÏå - Saksi. -
<br /> Syarah - ÔÇÑå - Keindahan - kecantikan.
<br /> Syarifah - ÔÑíÝå - Yang mulia. -
<br /> Syaza - ÔÐÇ - Keharuman. -
<br /> Syazwan - ÔÐæÇä - Keharuman -
<br /> Syazwani - ÔÐæÇäí - Keharumanku -
<br /> Syazana - ÔÒäÇ - Kecergasan. -
<br /> Syibrah - ÔÈÑå - Pemberian. -
<br /> Syifa - ÔÝÇÁ - Ubat penawar - sembuh.
<br /> Syimah - Ôíãå - Peribadi - tabiat.
<br /> Syukriah - ÔßÑíå - Kesyukuran. -
<br /> Syuhrah - ÔåÑå - Kemahsyuran -
<br /> Syuhaidah - ÔåíÏå - Madu lebah. -
<br /> Ta'ah - ØÇÚÉ - Kepatuhan. -
<br /> Tafawah - ØÝÇæå - Lingkaran sinaran di keliling bulan atau matahari. -
<br /> Taiyibah - ØíÈå - Yang baik. -
<br /> Taji - ÊÇÌì - Mahkotaku. -
<br /> Talalah - ØáÇáå - Gaya dan keadaan yang baik - kegembiraan.
<br /> Tamimah - Êãíãå - Yang kuat - yang sempurna kejadiannya.
<br /> Tamam - ÊãÇã - Kesempurnaan. -
<br /> Taqiah - ÊÞíå - Pemeliharaan - perlindungan
<br /> Taufiqah - ÊæÝíÞå - Pertolongan -
<br /> Tijan - ÊíÌÇä - Mahkota -
<br /> Tuba - ØæÈì - Yang sangat baik - kebahagiaan.
<br /> Tuhfah - ÊÍÝå - Pengurniaan yang berharga - hadiah
<br /> Tuma'nianinah - ØãÇÁäíäå - Ketenangan. -
<br /> Tharwa' - ËÑæÇÁ - Yang kaya. -
<br /> Tharwah - ËÑæå - Kekayaan. -
<br /> Tharwati - ËÑæÊí - Kekayaanku. -
<br /> Thariyah - ËÑíå - Yang mulia. -
<br /> Thaqifah - ËÞíÝÉ - Yang cerdik - yang cepat faham.
<br /> Thuraiya - ËÑíÇ - Bintang ketika (bintang tujuh). -
<br /> Ubaidah - ÚÈíÏå - Hamba - ibadat.
<br /> Ulfah - ÇáÝÉ - Kemesraan. -
<br /> Urmah - ÇÑãå - Panji. -
<br /> Uyainah - Úííäå - Mata - deria penglihatan.
<br /> Ummu kulthum - Çã ßáËæã - Nama anak Nabi yang tembam pada pipi dan muka. -
<br /> Wada'ah - æÏÇÚå - ketenangan. -
<br /> Wadhihah - æÇÖÍå - Yang terang - yang jelas.
<br /> Wadi'ah - æÏíÚå - Yang diamanahkan. -
<br /> Wafaa - æÝÇÁ - Kesetiaan - perihal menepati janji.
<br /> Wafiah - æÝíå - Yang setia - yang menepati janji.
<br /> Wahbah - æåÈå - Pemberian. -
<br /> Wahibah - æÇåÈå - Yang membËri. -
<br /> Wahidah - æÍíÏå - Yang tunggal. -
<br /> Wa'iyah - æÇÚíå - Yang sedar - yang memelihara
<br /> Wajahah - æÌÇÍå - Ketinggian martabat - kemuliaan.
<br /> Wajihah - æÌíåå - Yang terkemuka - yang mulia.
<br /> Wardah - æÑÏå - Bunga ros. -
<br /> Wardiah - æÑÏíå - bunga ros. -
<br /> Wasilah - æÇÓíáå - Cara - perantaraan.
<br /> Wasilah - æÇÕáå - Yang ihsan - yang membuat kebajikan.
<br /> Wasimah - æÓíãå - Yang cantik - yang rupawan.
<br /> Wasitah - æÇÓØå - Perantaraan - orang tengah.
<br /> Wathiqah - æËíÞå - Yang kukuh - yang teguh.
<br /> Wasyijah - æÇÔÌå - Persaudaraan yang rapat. -
<br /> Waznah - æÒäå - Yang bijak dan kukuh pendapatnya. -
<br /> Widad - æÏÇÏ - Kasih sayang. -
<br /> Yamamah - íãÇãå - Tujuan - merpati.
<br /> Yaminah - íÇãäå - Yang berkat. -
<br /> Yamnaa' - íãäÇÁ - Sebelah kanan. -
<br /> Yasarah - íÓÇÑå - Kemudahan - kesenangan.
<br /> Yasirah - íÓíÑå - Yang mudah - yang senang.
<br /> Yasmin - íÇÓãíä - Bunga melur. -
<br /> Yatimah - íÊíãå - Yang berharga. -
<br /> Yumni - íãäí - Keberkatanku. -
<br /> Yusra - íÓÑì - Kesenangan - kemudahan.
<br /> Zafirah - ÙÝíÑå - yang berjaya - yang mendapat apa yang dituntutnya.
<br /> Zahiah - ÒÇåíÉ - Yang berseri - yang cantik.
<br /> Zahidah - ÒÇåÏå - Yang zuhud - yang salih.
<br /> Zahirah - ÒÇåÑÉ - Yang berseri - yang cantik.
<br /> Zahraa' - ÒåÑÇÁ - Yang berseri - yang cantik.
<br /> Zahrah - 񌄌 - Bunga. -
<br /> Zaidah - ÒíÏå - Yang lebih - tambahan.
<br /> Zaimah - ÒÚíãå - Pemimpin. -
<br /> Zainab - ÒíäÈ - Sejenis bunga yang cantik dan harum. -
<br /> Zainah - Òíäå - Perhiasan. -
<br /> Zainun - Òíäæä - Perhiasan. -
<br /> Zaitun - ÒíÊæä - Sejenis pokok - buah zaitun.
<br /> Zaitunah - ÒíÊæäå - Sebuah pokok zaitun. -
<br /> Zakiah - ÐßíÉ - Yang cerdik - yang harum.
<br /> Zakiah - 񧒃 - Yang berseri - yang bersih murni.
<br /> Zalifah - ÒáíÝÉ - Yang dekat dan mara ke depan. -
<br /> Zalikha - ÒáíÎÇÁ - Nama isteri Al-Aziz (Raja Mesir) -
<br /> Zalilah - Ùáíáå - kebun yang banyak pokok - yang redup.
<br /> Zarifah - ÙÑíÝÉ - Yang bijak dan segak. -
<br /> Zawanah - ÒæÇäå - Kecerdikan. -
<br /> Zayanah - ÒíÇäå - Yang cantik. -
<br /> Zawiah - ÒÇæíå - Pengawal dari kejahatan - sudut.
<br /> Zi'amah - ÒÚÇãå - Kepimpinan. -
<br /> Zuhrah - 񌄌 - Keindahan. -
<br /> Zuhairah - ÒåíÑå - Bunga. -
<br /> Zulfah - ÒÇÝÉ - Darjat - kedudukan
<br /> Zunah - ÒæäÉ - Yang berakal - cerdik.yusya ul anwarhttp://www.blogger.com/profile/10731418358717500145noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-470499400635166546.post-91724241968299861712009-12-31T23:03:00.000-08:002009-12-31T23:04:30.398-08:00ungkapan hatiSeanggun warna senja menyapa. . .<br /><br />Pernah kurasakan nikmat Allah dihati setelah sekian lama bersama tanpa sesuatu tapi kini dia timbul dan beri harapan<br /><br />Mencoba tuk terangi dalam gelapnya malam . .<br /><br />Ku berharap perasaan itu dapat menuntunku menuju ridho Illahi dengan berjalan berdampingan<br /><br />Ungkapanku. . untuknya . .untuk seorang wanita yang kupuja dan kupuji. . .<br /><br />Ingin kusampaikan tapi apa dayaku,ku hanya menyimpannya dalam hati, karna ku tahu ada yang lain<br /><br /><br /><br />And semua tlah berakhir di akhir tahun,dan Allah telah membalas doaku bahwa DIA BELUM JODOHKU. . . .yusya ul anwarhttp://www.blogger.com/profile/10731418358717500145noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-470499400635166546.post-44633426517540238202009-11-22T23:05:00.000-08:002009-11-22T23:26:20.613-08:00SUBHANALLAH ATAS KARUNIA HIDUP KITAassalamualaikum ya akhi wal ukhti<br /> ana harap antum sekalian selalu dalam lindungan ALLAH SWT. melalui media ini ana hendak berbagi sedikit dengan ilmu yang kemarin ana dapatkan yaitu indahnya nikmat ALLAH yang telah diberikan kepada kita tak lain <span style="font-style: italic;">hayat</span> sempat ana berpikir bila suatu saat ana dipanggil Allah apakah ana dah siap pikiran itu hantui aku beberapa hari hingga aku sadar takmungkin aku harus terus bermimpi hingga ajal menjemput walau aku sudah melkukan sholat taubat apakah aku bisa tetap istiqomah di jalan- Nya. kalau boleh meminta aku ingin pergi dari dunia bila aku sudah berbakti pada orang tua buat mereka bangga dan memberikan kehangatan di sisi orang sekelilingku terus ketika malaikat izroil menjemput ana ingin umi,al-quran,iman,islam,ikhsan ada disamping ana sambil berucap kalimat syahadat. Apabila ana telah pergi ana berpesan semoga akhwat yang aku kagumi mendapat jodoh yang terbaik. Jadi mulai sekarang ana akan persiapkan bekal ana "<span style="font-weight: bold;"><span style="font-style: italic;">DO THE BEST, GET THE BEST"<br /><span style="font-weight: bold;"><span style="font-style: italic;"> </span></span></span></span><span style="font-style: italic;"><span style="font-style: italic;">MAAF TEMAN-TEMAN BILA ANA PUNYA SALAH</span></span><span style="font-weight: bold;"><span style="font-style: italic;"><span style="font-weight: bold;"><span style="font-style: italic;"></span></span><br /></span></span>yusya ul anwarhttp://www.blogger.com/profile/10731418358717500145noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-470499400635166546.post-8296647514055658742009-11-13T21:13:00.000-08:002009-11-13T21:23:56.292-08:004 PERKARA DISIKSA TIDAKNYA DALAM KUBUR<span style="font-family: lucida grande;">4 Perkara selamatnya manusia dari siksa kubur:<br /><br />1.Usahakan selalu mengerjakan sholat 5 waktu secara tepat waktu<br />2.Biasakan tilawah seusai sholat<br />3.Perbanyak sedekah tak perlu yang banyak yang penting rutin<br />4.Selalu mengingat Allah dengan berzikir<br /><br /><br />4 Perkara tidak selamatnya manusia dari siksa kubur:<br /><br />1.Melakukan dusta<br />2.Mengadu domba kan saudara<br />3.Berkhianat<br />4.afwan saya lupa<br /><br /></span>yusya ul anwarhttp://www.blogger.com/profile/10731418358717500145noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-470499400635166546.post-82506757011732158292009-10-29T00:28:00.000-07:002009-10-29T00:30:48.054-07:00Perjalanan Menuju Akhirat<!-- img blog--> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;">Hari akhirat, hari setelah kematian yang wajib diyakini kebenarannya oleh setiap orang yang beriman kepada Allah <em>ta’ala</em> dan kebenaran agama-Nya. Hari itulah hari pembalasan semua amal perbuatan manusia, hari perhitungan yang sempurna, hari ditampakkannya semua perbuatan yang tersembunyi sewaktu di dunia, hari yang pada waktu itu orang-orang yang melampaui batas akan berkata dengan penuh penyesalan.</p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;"><span id="more-991"></span></p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;" class="arab">يَا لَيْتَنِي قَدَّمْتُ لِحَيَاتِي</p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;">“<em>Duhai, alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini.”</em> (Qs. Al Fajr: 24)</p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;">Maka seharusnya setiap muslim yang mementingkan keselamatan dirinya benar-benar memberikan perhatian besar dalam mempersiapkan diri dan mengumpulkan bekal untuk menghadapi hari yang kekal abadi ini. Karena pada hakikatnya, hari inilah masa depan dan hari esok manusia yang sesungguhnya, yang kedatangan hari tersebut sangat cepat seiring dengan cepat berlalunya usia manusia. Allah <em>ta’ala</em> berfirman:</p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;" class="arab">يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ</p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;"><em> “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”</em> (Qs. Al Hasyr: 18)</p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;">Dalam menafsirkan ayat di atas Imam Qotadah berkata: “Senantiasa tuhanmu (Allah) mendekatkan (waktu terjadinya) hari kiamat, sampai-sampai Dia menjadikannya seperti besok.” (Dinukil oleh Ibnul Qayyim dalam kitab beliau <em>Ighaatsatul Lahfan</em> (hal. 152 – <em>Mawaaridul Amaan</em>). Beliau (Abu Qatadah) adalah Qotadah bin Di’aamah As Saduusi Al Bashri (wafat setelah tahun 110 H), imam besar dari kalangan tabi’in yang sangat terpercaya dan kuat dalam meriwayatkan hadits Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>. (lihat kitab <em>Taqriibut Tahdziib</em>, hal. 409)</p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;">Semoga Allah <em>ta’ala</em> meridhai sahabat yang mulia Umar bin Khattab <em>radhiyallahu ‘anhu</em> yang mengingatkan hal ini dalam ucapannya yang terkenal: “<em>Hisab-</em>lah (introspeksilah) dirimu (saat ini) sebelum kamu di-<em>hisab</em> (diperiksa/dihitung amal perbuatanmu pada hari kiamat), dan timbanglah dirimu (saat ini) sebelum (amal perbuatan)mu ditimbang (pada hari kiamat), karena sesungguhnya akan mudah bagimu (menghadapi) <em>hisab</em> besok (hari kiamat) jika kamu (selalu) mengintrospeksi dirimu saat ini, dan hiasilah dirimu (dengan amal shaleh) untuk menghadapi (hari) yang besar (ketika manusia) dihadapkan (kepada Allah <em>ta’ala</em>):</p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;" class="arab">يَوْمَئِذٍ تُعْرَضُونَ لا تَخْفَى مِنْكُمْ خَافِيَةٌ</p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;"><em> “Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Allah), tiada sesuatupun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi-Nya).”</em> (Qs. Al Haaqqah: 18). (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam kitab beliau <em>Az Zuhd</em> (hal. 120), dengan sanad yang hasan)</p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;">Senada dengan ucapan di atas sahabat yang mulia Ali bin Abi Thalib <em>radhiyallahu ‘anhu</em> berkata: “Sesungguhnya dunia telah pergi meninggalkan (kita) sedangkan akhirat telah datang di hadapan (kita), dan masing-masing dari keduanya (dunia dan akhirat) memiliki pengagum, maka jadilah kamu orang yang mengagumi/mencintai akhirat dan janganlah kamu menjadi orang yang mengagumi dunia, karena sesungguhnya saat ini (waktunya) beramal dan tidak ada perhitungan, adapun besok (di akhirat) adalah (saat) perhitungan dan tidak ada (waktu lagi untuk) beramal.” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam <em>Az Zuhd</em> (hal. 130) dan dinukil oleh Imam Ibnu Rajab Al Hambali dalam kitab beliau <em>Jaami’ul ‘uluumi wal hikam</em> (hal. 461)).</p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;"><strong>Jadilah kamu di dunia seperti orang asing…</strong></p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;">Dunia tempat persinggahan sementara dan sebagai ladang akhirat tempat kita mengumpulkan bekal untuk menempuh perjalanan menuju negeri yang kekal abadi itu. Barangsiapa yang mengumpulkan bekal yang cukup maka dengan izin Allah dia akan sampai ke tujuan dengan selamat, dan barang siapa yang bekalnya kurang maka dikhawatirkan dia tidak akan sampai ke tujuan.</p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;">Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> mengajarkan kepada kita sikap yang benar dalam kehidupan di dunia dalam sabda beliau <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>: <em>“Jadilah kamu di dunia seperti orang asing atau orang yang sedang melakukan perjalanan.”</em> (HR. Al Bukhari no. 6053)</p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;">Hadits ini merupakan bimbingan bagi orang yang beriman tentang bagaimana seharusnya dia menempatkan dirinya dalam kehidupan di dunia. Karena orang asing (perantau) atau orang yang sedang melakukan perjalanan adalah orang yang hanya tinggal sementara dan tidak terikat hatinya kepada tempat persinggahannya, serta terus merindukan untuk kembali ke kampung halamannya. Demikianlah keadaan seorang mukmin di <a title="Perjalanan menuju akhirat" href="http://muslim.or.id/tazkiyatun-nufus/perjalanan-menuju-akhirat.html">dunia</a> yang hatinya selalu terikat dan rindu untu kembali ke kampung halamannya yang sebenarnya, yaitu surga tempat tinggal pertama kedua orang tua kita, Adam <em>‘alaihis salam</em> dan istrinya Hawa, sebelum mereka berdua diturunkan ke dunia.</p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;">Dalam sebuah nasehat tertulis yang disampaikan Imam Hasan Al Bashri kepada Imam Umar bin Abdul Azizi, beliau berkata: “…Sesungguhnya dunia adalah negeri perantauan dan bukan tempat tinggal (yang sebenarnya), dan hanyalah Adam <em>‘alaihis salam</em> diturunkan ke dunia ini untuk menerima hukuman (akibat perbuatan dosanya)…” (Dinukil oleh Ibnul Qayyim dalam kitab beliau <em>Ighaatsatul Lahfaan</em> (hal. 84 – <em>Mawaaridul Amaan</em>))</p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;">Dalam mengungkapkan makna ini Ibnul Qayyim berkata dalam bait syairnya:</p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;"><em>Marilah (kita menuju) surga ‘adn (tempat menetap) karena sesungguhnya itulah</em></p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;"><em> Tempat tinggal kita yang pertama, yang di dalamnya terdapat kemah (yang indah)</em></p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;"><em>Akan tetapi kita (sekarang dalam) tawanan musuh (setan), maka apakah kamu melihat</em></p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;"><em> Kita akan (bisa) kembali ke kampung halaman kita dengan selamat?</em></p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;">(<em>Miftaahu Daaris Sa’aadah</em> (1/9-10), juga dinukil oleh Ibnu Rajab dalam kitab beliau <em>Jaami’ul ‘Uluumi Wal Hikam </em>(hal. 462))</p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;">Sikap hidup ini menjadikan seorang mukmin tidak panjang angan-angan dan terlalu muluk dalam menjalani kehidupan dunia, karena “barangsiapa yang hidup di dunia seperti orang asing, maka dia tidak punya keinginan kecuali mempersiapkan bekal yang bermanfaat baginya ketika kembali ke kampung halamannya (akhirat), sehingga dia tidak berambisi dan berlomba bersama orang-orang yang mengejar dunia dalam kemewahan (dunia yang mereka cari), karena keadaanya seperti seorang perantau, sebagaimana dia tidak merasa risau dengan kemiskinan dan rendahnya kedudukannya di kalangan mereka.” (Ucapan Imam Ibnu Rajab dalam kitab beliau <em>Jaami’ul ‘Uluumi Wal Hikam</em> (hal. 461), dengan sedikit penyesuaian)</p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;">Makna inilah yang diisyaratkan oleh sahabat yang meriwayatkan hadits di atas, Abdullah bin Umar <em>radhiyallahu ‘anhu</em> ketika beliau berkata: “Jika kamu (berada) di waktu sore maka janganlah tunggu datangnya waktu pagi, dan jika kamu (berada) di waktu pagi maka janganlah tunggu datangnya waktu sore, serta gunakanlah masa sehatmu (dengan memperbanyak amal shaleh sebelum datang) masa sakitmu, dan masa hidupmu (sebelum) kematian (menjemputmu).” (Diriwayatkan oleh imam Al Bukhari dalam kitab <em>Shahihul Bukhari</em>, no. 6053).</p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;">Bahkan inilah makna zuhud di dunia yang sesungguhnya, sebagaimana ucapan Imam Ahmad bin Hambal ketika beliau ditanya: Apakah makna zuhud di dunia (yang sebenarnya)? Beliau berkata: “(Maknanya adalah) tidak panjang angan-angan, (yaitu) seorang yang ketika dia (berada) di waktu pagi dia berkata: Aku (khawatir) tidak akan (bisa mencapai) waktu sore lagi.” (Dinukil oleh oleh Ibnu Rajab dalam kitab beliau <em>Jaami’ul ‘Uluumi Wal Hikam</em> (hal. 465))</p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;" class="arab">وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوى</p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;"><strong>Berbekallah, dan sungguh sebaik-baik bekal adalah takwa</strong></p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;">Sebaik-baik bekal untuk perjalanan ke akhirat adalah takwa, yang berarti “menjadikan pelindung antara diri seorang hamba dengan siksaan dan kemurkaan Allah yang dikhawatirkan akan menimpanya, yaitu (dengan) melakukan ketaatan dan menjauhi perbuatan maksiat kepada-Nya.” (Ucapan Imam Ibnu Rajab dalam kitab <em>Jaami’ul ‘Uluumi Wal Hikam</em> (hal. 196))</p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;">Maka sesuai dengan keadaan seorang hamba di dunia dalam melakukan ketaatan kepada Allah dan meninggalkan perbuatan maksiat, begitu pula keadaannya di akhirat kelak. Semakin banyak dia berbuat baik di dunia semakin banyak pula kebaikan yang akan di raihnya di akhirat nanti, yang berarti semakin besar pula peluangnya untuk meraih keselamatan dalam perjalanannya menuju surga.</p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;">Inilah diantara makna yang diisyaratkan oleh Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> dalam sabda beliau: <em>“Setiap orang akan dibangkitkan (pada hari kiamat) sesuai dengan (keadaannya) sewaktu dia meninggal dunia.”</em> (HR. Muslim, no. 2878). Artinya: Dia akan mendapatkan balasan pada hari kebangkitan kelak sesuai dengan amal baik atau buruk yang dilakukannya sewaktu di dunia. (Lihat penjelasan Al Munaawi dalam kitab beliau <em>Faidhul Qadiir</em> (6/457))</p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;">Landasan utama takwa adalah dua kalimat syahadat: <em>Laa ilaaha illallah </em>dan<em> Muhammadur Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>. Oleh karena itu, sebaik-baik bekal yang perlu dipersiapkan untuk selamat dalam perjalanan besar ini adalah memurnikan tauhid (mengesakan Allah <em>ta’ala</em> dalam beribadah dan menjauhi perbuatan syirik) yang merupakan inti makna syahadat <em>Laa ilaaha illallah </em>dan menyempurnakan <em>al ittibaa’</em> (mengikuti sunnah Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> dan menjauhi perbuatan bid’ah) yang merupakan inti makna syahadat <em>Muhammadur Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>.</p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;">Maka dari itu, semua peristiwa besar yang akan dialami manusia pada hari kiamat nanti, Allah akan mudahkan bagi mereka dalam menghadapinya sesuai dengan pemahaman dan pengamalan mereka terhadap dua landasan utama Islam ini sewaktu di dunia.</p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;">Fitnah (ujian keimanan) dalam kubur yang merupakan peristiwa besar pertama yang akan dialami manusia setelah kematiannya, mereka akan ditanya oleh dua malaikat: Munkar dan Nakir (Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits riwayat At Tirmidzi (no. 1083) dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Al Albani dalam Ash Shahiihah, no. 1391) dengan tiga pertanyaan: Siapa Tuhanmu?, apa agamamu? dan siapa nabimu? (Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits shahih riwayat Ahmad (4/287-288), Abu Dawud, no. 4753 dan Al Hakim (1/37-39), dinyatakan shahih oleh Al Hakim dan disepakati oleh Adz Dzahabi.). Allah hanya menjanjikan kemudahan dan keteguhan iman ketika mengahadapi ujian besar ini bagi orang-orang yang memahami dan mengamalkan dua landasan Islam ini dengan benar, sehingga mereka akan menjawab: Tuhanku adalah Allah, agamaku adalah Islam dan Nabiku adalah Muhammad <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam.</em></p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;">Allah <em>ta’ala</em> berfirman:</p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;" class="arab">يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ</p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;"><em>“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ‘ucapan yang teguh’ dalam kehidupan di dunia dan di akhirat, dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.”</em> (Qs. Ibrahim: 27)</p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;">Makna ‘ucapan yang teguh’ dalam ayat di atas ditafsirkan sendiri oleh Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh sahabat yang mulia Al Bara’ bin ‘Aazib <em>radhiyallahu ‘anhu</em>, bahwa Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda: “Seorang muslim ketika ditanya di dalam kubur (oleh Malaikat Munkar dan Nakir) maka dia akan bersaksi bahwa tidak ada sembahan yang benar kecuali Allah (<em>Laa Ilaaha Illallah</em>) dan bahwa Muhammad <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> adalah utusan Allah (<em>Muhammadur Rasulullah</em>), itulah (makna) firman-Nya: Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ‘ucapan yang teguh’ dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.” (HR.Al Bukhari (no. 4422), hadits yang semakna juga diriwayatkan oleh Imam Muslim (no. 2871))</p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;">Termasuk peristiwa besar pada hari kiamat, mendatangi telaga Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> yang penuh kemuliaan, warna airnya lebih putih daripada susu, rasanya lebih manis daripada madu, dan baunya lebih harum daripada minyak wangi <em>misk</em> (kesturi), barangsiapa yang meminum darinya sekali saja maka dia tidak akan kehausan selamanya (Semua ini disebutkan dalam hadits yang shahih riwayat imam Al Bukhari (no. 6208) dan Muslim (no. 2292). Semoga Allah menjadikan kita semua termasuk orang-orang yang dimudahkan minum darinya). Dalam hadits yang shahih (Riwayat Imam Al Bukhari (no. 6211) dan Muslim (no. 2304) dari Anas bin Malik <em>radhiyallahu ‘anhu</em>) juga disebutkan bahwa ada orang-orang yang dihalangi dan diusir dari telaga Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> ini. Karena mereka sewaktu di dunia berpaling dari petunjuk dan sunnah Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> kepada pemahaman dan perbuatan bid’ah, sehingga di akhirat mereka dihalangi dari kemuliaan meminum air telaga Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>, sebagai balasan yang sesuai dengan perbuatan mereka.</p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;">Imam Ibnu Abdil Barr berkata: “Semua orang yang melakukan perbuatan bid’ah yang tidak diridhai Allah dalam agama ini akan diusir dari telaga Rasululah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> (pada hari kiamat nanti), dan yang paling parah di antara mereka adalah orang-orang (ahlul bid’ah) yang menyelisihi (pemahaman) jama’ah kaum muslimin, seperti orang-orang khawarij, <a title="Hakekat agama Syiah Imamiyah" href="http://hakekat.com/">Syi’ah Rafidhah</a> dan para pengikut hawa nafsu, demikian pula orang-orang yang berbuat zhalim yang melampaui batas dalam kezhaliman dan menentang kebenaran, serta orang-orang yang melakukan dosa-dosa besar secara terang-terangan, semua mereka ini dikhawatirkan termasuk orang-orang yang disebutkan dalam hadits ini (yang diusir dari telaga Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>). (Kitab <em>Syarh Az Zarqaani ‘Ala Muwaththa-il Imaami Maalik</em>, 1/65)</p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;">Beliau (Ibnu Abdil Barr) adalah Yusuf bin Abdullah bin Muhammad bin Abdul Barr An Namari Al Andalusi (wafat 463 H), syaikhul Islam dan imam besar ahlus Sunnah dari wilayah Magrib, penulis banyak kitab hadits dan fikih yang sangat bermanfaat. Biografi beliau dalam kitab <em>Tadzkiratul Huffaazh</em> (3/1128).</p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;">Demikian pula termasuk peristiwa besar pada hari kiamat, melintasi <em>ash shiraath </em>(jembatan) yang dibentangkan di atas permukaan neraka Jahannam, di antara surga dan neraka. Dalam hadits yang shahih (Riwayat imam Al Bukhari (no. 7001) dan Muslim (no. 183) dari Abu Sa’id Al Khudri <em>radhiyallahu ‘anhu</em>) disebutkan bahwa keadaan orang yang melintasi jembatan tersebut bermacam-macam sesuai dengan amal perbuatan mereka sewaktu di dunia. “Ada yang melintasinya secepat kerdipan mata, ada yang secepat kilat, ada yang secepat angin, ada yang secepat kuda pacuan yang kencang, ada yang secepat menunggang onta, ada yang berlari, ada yang berjalan, ada yang merangkak, dan ada yang disambar dengan pengait besi kemudian dilemparkan ke dalam neraka Jahannam” – <em>na’uudzu billahi min daalik</em> – (Ucapan syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam kitab beliau <em>Al Aqiidah al Waasithiyyah</em>, hal. 20) .</p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;">Syaikh Muhammad bin Shaleh Al ‘Utsaimin ketika menjelaskan sebab perbedaan keadaan orang-orang yang melintasi jembatan tersebut, beliau berkata: “Ini semua (tentu saja) bukan dengan pilihan masing-masing orang, karena kalau dengan pilihan (sendiri) tentu semua orang ingin melintasinya dengan cepat, akan tetapi (keadaan manusia sewaktu) melintasi (jembatan tersebut) adalah sesuai dengan cepat (atau lambatnya mereka) dalam menerima (dan mengamalkan) syariat Islam di dunia ini; barangsiapa yang bersegera dalam menerima (petunjuk dan sunnah) yang dibawa oleh Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>, maka diapun akan cepat melintasi jembatan tersebut, dan (sebaliknya) barangsiapa yang lambat dalam hal ini, maka diapun akan lambat melintasinya; sebagai balasan yang setimpal, dan balasan (perbuatan manusia) adalah sesuai dengan jenis perbuatannya.” (Kitab <em>Syarhul Aqiidatil Waasithiyyah</em>, 2/162)</p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;" class="arab">وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ</p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;"><strong>Balasan akhir yang baik (yaitu Surga) bagi orang-orang yang bertakwa</strong></p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;">Akhirnya, perjalanan manusia akan sampai pada tahapan akhir; surga yang penuh kenikmatan, atau neraka yang penuh dengan siksaan yang pedih. Di sinilah Allah <em>ta’ala</em> akan memberikan balasan yang sempurna bagi manusia sesuai dengan amal perbuatan mereka di dunia. Allah <em>ta’ala</em> berfirman:<strong> </strong></p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;" class="arab">فَأَمَّا مَنْ طَغَى وَآثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى، وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى</p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;"><em> “Adapun orang-orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Rabbnya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya)”</em> (Qs. An Naazi’aat: 37-41).</p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;">Maka balasan akhir yang baik hanyalah Allah peruntukkan bagi orang-orang yang bertakwa dan membekali dirinya dengan ketaatan kepada-Nya, serta menjauhi perbuatan yang menyimpang dari agama-Nya. Allah <em>ta’ala</em> berfirman:</p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;" class="arab">تِلْكَ الدَّارُ الْآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لا يُرِيدُونَ عُلُوّاً فِي الْأَرْضِ وَلا فَسَاداً وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ</p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;"><em> “Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan (maksiat) di (muka) bumi, dan kesudahan (yang baik) itu (surga) adalah bagi orang-orang yang bertakwa.”</em> (Qs. Al Qashash: 83)</p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;">Syaikh Abdurrahman As Sa’di berkata: “…Jika mereka (orang-orang yang disebutkan dalam ayat ini) tidak mempunyai keinginan untuk menyombongkan diri dan berbuat kerusakan (maksiat) di (muka) bumi, maka konsekwensinya (berarti) keinginan mereka (hanya) tertuju kepada Allah, tujuan mereka (hanya mempersiapkan bekal untuk) negeri akhirat, dan keadan mereka (sewaktu di dunia): selalu merendahkan diri kepada hamba-hamba Allah, serta selalu berpegang kepada kebenaran dan mengerjakan amal shaleh, mereka itulah orang-orang bertakwa yang akan mendapatkan balasan akhir yang baik (surga dari Allah <em>ta’ala</em>).” (<em>Taisiirul Kariimir Rahmaan fi Tafsiiri Kalaamil Mannaan</em>, hal. 453)</p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;"><strong>Penutup</strong></p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;">Setelah kita merenungi tahapan-tahapan perjalanan besar ini, marilah kita bertanya kepada diri kita sendiri: sudahkah kita mempersiapkan bekal yang cukup supaya selamat dalam perjalanan tersebut? Kalau jawabannya: belum<strong>, </strong>maka jangan putus asa, masih ada waktu untuk berbenah diri dan memperbaiki segala kekurangan kita -dengan izin Allah <em>ta’ala-</em> . Caranya, bersegeralah untuk kembali dan bertobat kepada Allah, serta memperbanyak amal shaleh pada sisa umur kita yang masih ada. Dan semua itu akan mudah bagi orang yang Allah berikan taufik dan kemudahan baginya<strong>.</strong></p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;">Imam Fudhail bin ‘Iyaadh pernah menasehati seseorang lelaki, beliau berkata: “Berapa tahun usiamu (sekarang)”? Lelaki itu menjawab: Enam puluh tahun<strong>. </strong>Fudhail berkata: “(Berarti) sejak enam puluh tahun (yang lalu)<strong> </strong>kamu menempuh perjalanan menuju Allah dan (mungkin saja) kamu hampir sampai”. Lelaki itu menjawab: Sesungguhnya kita ini milik Allah dan akan kembali kepada-Nya. Maka Fudhail berkata: “Apakah kamu paham arti ucapanmu? Kamu berkata: Aku (hamba) milik Allah dan akan kembali kepada-Nya, barangsiapa yang menyadari bahwa dia adalah hamba milik Allah dan akan kembali kepada-Nya, maka hendaknya dia mengetahui bahwa dia akan berdiri (di hadapan-Nya pada hari kiamat nanti), dan barangsiapa yang mengetahui bahwa dia akan berdiri (di hadapan-Nya) maka hendaknya dia mengetahui bahwa dia akan dimintai pertanggungjawaban (atas perbuatannya selama di dunia), dan barangsiapa yang mengetahui bahwa dia akan dimintai pertanggungjawaban (atas perbuatannya) maka hendaknya dia mempersiapkan jawabannya.” Maka lelaki itu bertanya: (Kalau demikian) bagaimana caranya (untuk menyelamatkan diri ketika itu)? Fudhail menjawab: “(Caranya) mudah.” Leleki itu bertanya lagi: Apa itu? Fudhail berkata: “Engkau memperbaiki (diri) pada sisa umurmu (yang masih ada), maka Allah akan mengampuni (perbuatan dosamu) di masa lalu, karena jika kamu (tetap) berbuat buruk pada sisa umurmu (yang masih ada), kamu akan di siksa (pada hari kiamat) karena (perbuatan dosamu) di masa lalu dan pada sisa umurmu.” (Dinukil oleh Imam Ibnu Rajab dalam kitab <em>Jaami’ul ‘Uluumi Wal Hikam</em>, hal. 464)</p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;">Beliau (Fudhail bin ‘Iyaadh) adalah Fudhail bin ‘Iyaadh bin Mas’uud At Tamimi (wafat 187 H), seorang imam besar dari dari kalangan atba’ut tabi’in yang sangat terpercaya dalam meriwayatkan hadits Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> dan seorang ahli ibadah (lihat kitab <em>Taqriibut Tahdziib</em>, hal. 403)</p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;">Akhirnya, kami menutup tulisan ini dengan doa dari Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> (dalam HR. Muslim, no. 2720) dari sahabat Abu Hurairah <em>radhiyallahu ‘anhu</em>) untuk kebaikan agama, dunia dan akhirat kita:</p> <p style="font-family: trebuchet ms; font-style: italic;"><em>Ya Allah, perbaikilah agamaku yang merupakan penentu (kebaikan) semua urusanku, dan perbaikilah (urusan) duniaku yang merupakan tempat hidupku, serta perbaikilah akhiratku yang merupakan tempat kembaliku (selamanya), jadikanlah (masa) hidupku sebagai penambah kebaikan bagiku, dan (jadikanlah) kematianku sebagai penghalang bagiku dari semua keburukan.</em></p> <p class="arab" style="text-align: right; font-family: trebuchet ms; font-style: italic;">وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ</p> <p style="text-align: left; font-family: trebuchet ms; font-style: italic;">Kota Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam, </em>20 Shafar 1430 H</p>yusya ul anwarhttp://www.blogger.com/profile/10731418358717500145noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-470499400635166546.post-74111851884768012042009-10-04T01:41:00.000-07:002009-10-04T01:48:00.790-07:00CINTA; Apabila Fitrah Menjadi Anugerah...<img src="file:///F:/DOCUME%7E1/KBU6/LOCALS%7E1/Temp/moz-screenshot-3.jpg" alt="" /><br /><div style="line-height: 0pt;"><a href="http://www.sxc.hu/browse.phtml?f=download&id=221571" target="_blank"><div style="text-align: center;"><img src="http://www.sxc.hu/pic/m/l/le/lemon_drop/221571_snowflakes_4.jpg" alt="snowflakes! 4" title="memang inilah FITRAHnya snowflakes!" border="0" width="300" height="300" /></div></a></div><br /><span style="font-size:85%;"><strong><span style="color: rgb(255, 0, 102);"><br />CINTA</span> Apabila Fitrah Menjadi Fitnah</strong><br /><br />Remaja tidak seharusnya mengeluh dan berkata, “cinta apa namanya jika tidak dating, perbualan telefon secara maraton, sentuhan tangan, kerlingan dan senyuman?”<br />Remaja dan cinta- 2 perkara yang bagaikan sudah sebati. Kisah suka-duka cinta remaja sering menjadi ilham para penyair, lirik dan komposer, dan bait-bait puisi para penyair. Habis segala ciptaan Tuhan dijadikan lakaran metafora dan analogy percintaan. Embun, pelangi, salju, bulan dan bintang semuanya dijadikan lambang bagi memuja kekasih. Perubahan biologi dan psikologi remaja menyebabkan mereka menjadi peneroka cinta yang serba baru. Kekadang rasa cinta berputik lewat perkenalan dengan rakan sekelas, teman sepejabat atau cinta pandang pertama sewaktu sama-sama menunggu bas ketika hujan renyai-renyai. .aduss romatiknya!~<br /><br />Apabila disebut cinta terbayang Romeo yang sanggup mati kerana Juliet, Cleopatra yang sanggup membunuh diri kerana Mark Anthony, Uda yang bersanding dengan Dara di pusara atau Qais yang sanggup menjadi majnun kerana terpisah dengan Laila. Itulah deretan kisah cinta rekaan, namun realitinya juga tidak kurang hebatnya. Ramai remaja yang sanggup meninggalkan ibu dan ayah kerana mengikut kekasih hati. Malah ada yang sanggup menukar agama untuk mendapatkan cinta. Ah, manusia tanpa cinta agaknya seperti bumi tanpa mentari…begitulah agaknya..<br /><br /></span><div style="line-height: 0pt;"><a href="http://www.sxc.hu/browse.phtml?f=download&id=212231" target="_blank"><div style="text-align: center;"><img src="http://www.sxc.hu/pic/m/s/sr/srathi/212231_the_taj_mahal.jpg" alt="The Taj Mahal" title="lambang CINTA??" border="0" width="300" height="225" /></div></a></div><br /><span style="font-size:85%;"><br /><strong><span style="color: rgb(255, 0, 102);">CINTA</span> FITRAH <span style="color: rgb(51, 204, 0);">SEMULA JADI</span><br /></strong><br />Rasa cinta bertandang di dalam jiwa tanpa diundang. Keinginan itu tidak payah dipelajari atau dicari. Lelaki inginkan cinta wanita dan begitulah sebaliknya. Walaupun kadangkala ia cuba dilawan, namun rasa yang ‘ajaib’ itu datang juga. Tidak kuasa untuk menolaknya , apalagi kalau cinta disuburkan, maka makin marak dan menggila jadinya. Apabila cinta mencengkam diri, makan tak kenyang, tido pon tak lena dibuatnya. Seindah dan sedamai syurga, namun Nabi Adam inginkan teman. Lalu Allah menciptakan Siti Hawa dari tulang rusuknya. Dan kita adalah anak cucu pewaris rasa cinta itu akan sentiasa rasa terpisah dan gelisah selagi tidak bersama dengan yang dicinta.<br /><br />Lalu hati remaja selalu berkata, apakah salah kami bercinta? Ya, rasa cinta memang tidak salah. Ia adalah fitrah semula jadi yang Allah kurniakan kepada setiap manusia. <span style="font-size:130%;">Ingin cinta dan dicintai adalah instinc</span>. Jiwa manusia memerlukan cinta seperti jasad memerlukan makanan. Oleh kerana cinta itu fitrah, maka tentulah tidak salah untuk merasainya. Namun Allah tidaklah kurniakan rasa cinta secara polos begitu sahaja. Dia juga mencipta peraturan cinta demi menjaga kemuliaannya. Peraturan inilah yang kerap dilanggar oleh remaja. Rasa cinta tidak salah tetapi kesalahan selalu berlaku sewaktu menjalinkan hubungan cinta. Disinilah selalunya remaja terjebak.<br /><br />Cinta terlarang adalah cinta yang menafikan peraturan Tuhan. Ketika itu fitrah telah menjadi fitnah. Apabila kehendak semula jadi tidak disalurkan atau diisi mengikut peraturan maka akan berlakulah kekalutan dan kemusnahan.<br /><br /></span><div align="center"> <div style="text-align: center;"><img src="http://www.freefoto.com//images/11/27/11_27_4_web.jpg?&k=Coal+Fire" alt="Coal Fire" border="0" width="400" height="267" /></div> </div><br /><span style="font-size:85%;"><br /><span style="color: rgb(255, 51, 51);"><strong>CINTA YANG<span style="color: rgb(51, 204, 255);"> </span><span style="background-color: rgb(255, 0, 0); color: rgb(51, 204, 255);">MEMBAKAR DIRI</span><br /></strong></span><br /><span style="font-size:130%;">Mengapa perlu ada peraturan cinta?</span> Jawabnya, kerana Allah mencintai manusia. Allah inginkan keselamatan dan kesejahteraan buat manusia melaksanakan keinginan fitrah semula jadinya. Keinginan tanpa peraturan akan menyebabkan banyak kemusnahan. Begitulah hubungan cinta yang terlarang, akan membawa banyak implikasi negatif dalam kehidupan. Pengalaman sudah pun mengajar kita bahawa jangan sekali-kali bermain api cinta, nanti terbakar diri. Sudah banyak tragedy yang berlaku akibat hubungan cinta yang membelakangkan Tuhan. Cinta yang terlarang adalah cinta yang sudah dicemari dengan kehendak nafsu dan kepentingan diri. Keindahan cinta yang sudah tercemar ini tidak bertahan lama. Sudah dapat apa yang dihajati, sudah terlaksana apa yang dikejar, cinta akan terkulai dan sepaii….<br /><br />Hubungan cinta jangan dicemari oleh tindakan yang melanggar syariat. Lebih banyak perlanggaran hukum berlaku, lebih tinggilah risiko kemusnahan yang akan berlaku.. Jangan kita tertipu dengan pesona cinta yang dihiasi pelbagai janji dan sumpah setia. Jangan kita mabuk dengan rindu dan asyik yang membuai dan melenakan. Seteguk kita minum dari <span style="color: rgb(255, 51, 0);">kendi cinta</span> terlarang, racunnya akan meresap membunuh akal, jiwa dan perasaan. Pada ketika itu cinta dikatakan buta. Maka butalah mata hati dan mata kepala hingga seseorang akan menjadi hamba kepada siapa yang dicintanya. Lupalah diri kepada Pencipta cinta kerana terlalu asyik dengan cinta yang dikurniakan- Nya.<br /><br />Ah..bagaimanakah perasaan kita agaknya, jika seseorang begitu leka dengan hadiah hingga terlupe bersalam dan berterima kasih dengan pemberinya?<br /><br /></span><div style="line-height: 0pt;"><a href="http://www.sxc.hu/browse.phtml?f=download&id=346596" target="_blank"><div style="text-align: center;"><img src="http://www.sxc.hu/pic/m/d/da/davdibiase/346596_whos_in_control.jpg" alt="Who's in control?" title="remote control di tangan anda..andalah pengawalnya.." border="0" width="300" height="224" /></div></a></div><br /><span style="font-size:85%;"><br /><strong>MENGAWAL DIRI DARIPADA CINTA TERLARANG<br /></strong><br />Tuhan kerap terpinggir dalam hubungan cinta terlarang. Hukumnya dilanggar bukan dengan rasa bersalah tetapi dengan rasa manis dan megah. Tangan kekasih dipegang walaupun sudah jelas Allah mengharamkan sentuhan antara lelaki dan wanita yang bukan muhrim. Tergamak berdua-duaan di tempat sunyi walaupun sudah diperingatkan Nabi bahawa dalam keadaan begitu syaitan adalah ‘<span style="color: rgb(255, 0, 153);">orang’ yang ketiga</span>. Lebih daripada itu pun banyak berlaku. Semuanya seolah-olah halal kerana cinta. Racun-racun berbisa yang memusnahkan cinta dianggap sebagai baja. Akhirnya pohon cinta terlarang pun berbuah. Buah yang pahit, masam dan memabukkan. Buah yang muncul dengan pelbagai jenama yang aneh dan menjelekkan – bohsia, bohjan, buang bayi dan zina..Ketika itu indahkah cinta?<br /><span style="font-size:130%;">Peraturan cinta bagai tanda-tanda dan lampu isyarat di atas jalan raya</span>. Kereta diciptakan dengan kuasa untuk bergerak, tetapi pergerakkannya perlu diatur dan dikawal. Jika tidak, dengan kuasa itu akan berlakulah perlanggaran dan pertembungan. Begitulah cinta, ia adalah kuasa tetapi memerlukan peraturan dan kawalan….Apakah peraturan-peraturan dalam hubungan cinta? Hendaklah cinta kita itu didasarkan kepada Allah. Ertinya cinta yang kita berikan kepadanya semata-mata kerana mengharapkan keredhaan Allah swt. Allah memberikan kita fitrah itu, lalu kita niatkan dengan fitrah itu boleh menghampirkan diri kepada-Nya. Cintailah sesiapapun tetapi pastikan cinta itu dapat memudahkan kita mencintai Allah.. <span style="font-size:130%;">Sehubungan dengan itu, cinta antara lelaki dan perempuan mestilah diniatkan untuk Allah..soalnya bagaimana?</span> Iringilah niat untuk berkahwin kerana berkahwin itu lebih memudahkan seorang lelaki atau perempuan menyempurnakan agamanya..Sabda Rasulullah saw :<br /><br /><em><div align="center"><em><span style="color: rgb(102, 0, 204);">“Apabila seseorang itu berkahwin, sempurnalah separuh agamanya, tinggal lagi separuh untuk disempurnakannya”<br /></span></em></div></em><br /></span><div style="text-align: center;"><img src="http://i23.photobucket.com/albums/b372/harfad/rozlin-nikah.jpg" alt="http://i23.photobucket.com/albums/b372/harfad/rozlin-nikah.jpg" title="jom nikah!!" border="0" width="500" height="495" /></div><br /><span style="font-size:85%;"><br /><strong>PERATURAN CINTA<br /></strong>Oleh itu usahlah bercinta seqadar untuk bersuka-suka. Lebih buruk lagi janganlah ada niat jahat dalam bercinta sama ada didorong oleh hasutan <strong>nafsu</strong> atau bujukan syaitan. Jika tidak ada niat untuk berkahwin, cinta itu pastinya bukan kerana Allah. Hakikatnya cinta itu adalah cinta terlarang yang akan membawa kemusnahan pada sebelah pihak atau kedua-dua pihak sekali. Cinta jenis ini seburuk namanya –<span style="font-size:130%;">Cinta Monyet!</span>~<br /><br />Selain itu hendaklah dipastikan semasa menjalinkan hubungan cinta<span style="font-size:130%;"> tiada hukum Allah yang dilanggar</span>. Antaranya tiada pergaulan bebas, tiada berdua-duan, tiada pendedahan aurat, tidak ada pengabaian perkara-perkara asas seperti meninggalkan solat, puasa dan lain-lain. Hubungan cinta juga jangan sampai terjerumus dalam perkara yang melalaikan dan merugikan. Remaja tidak seharusnya mengeluh dan berkata, cinta apa namanya jika tidak ada dating, perbualan telepon secara maraton, surat cinta, sentuhan tangan, kerlingan dan senyuman? …Yakinlah tiada keindahan dengan melanggar peraturan Tuhan. Putus cinta, frust cinta yang begitu dominan dalam kehidupan remaja adalah disebabkan racun-racun cinta yang disangka baja ini. Justeru banyaklah cinta yang gagal disambung di alam perkahwinan dan lebih banyak putus tanpa sempat menempuh perkahwinan.<br /><br /><br />Dan ..last sekali………..<br /><br />Allah Maha Mengetahui dan Maha Penyayang. Segala peraturan-Nya dibuat dengan rasa cinta terhadap hamba-hamba- Nya. Cinta suci pasti akan membawa ke gerbang perkahwinan sehingga pasangan itu bercinta dengan 1000 keindahannya. Bahkan jika ditakdirkan cinta itu akan terus bersambung ke alam akhirat…insyaAllah. .=) Suami yang soleh dan isteri yang solehah akan bercinta lagi di syurga, tempat pertama yang melahirkan cinta! <span style="font-size:130%;">Ketika itulah fitrah menjadi anugerah</span>…</span>yusya ul anwarhttp://www.blogger.com/profile/10731418358717500145noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-470499400635166546.post-46641707800996613542009-10-04T01:16:00.000-07:002009-10-04T01:28:25.355-07:00<span style="font-size:130%;"><span style="color:#ff00ff;">CIN</span><span style="color:#ff3399;">TA A</span><span style="color:#ff00ff;">DAM</span> <span style="color:#ff3399;">DAN</span> <span style="color:#ff99cc;"><span style="color:#ff00ff;">HAW</span><span style="color:#ff3399;">A<br /></span></span></span><img src="file:///F:/DOCUME%7E1/KBU6/LOCALS%7E1/Temp/moz-screenshot-1.jpg" alt="" /><img src="file:///F:/DOCUME%7E1/KBU6/LOCALS%7E1/Temp/moz-screenshot-2.jpg" alt="" /><br /><table cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody><tr><td height="10"><br /></td></tr></tbody></table> <div style="margin: 5px;" align="center"> <a href="javascript:;" onclick="window.open('showphoto.php?photo_id=345','','scrollbars=yes,toolbar=no,status=no,resizable=yes,width=520,height=475')"><img src="http://www.iluvislam.com/v1/images/photoalbum/album_1/1_414845735l_t2.jpg" alt="1_414845735l.jpg" title="Click to view full image" border="0" /></a> </div><br /><span style="font-size:85%;">Segala kesenangan ada di dalamnya. Semua tersedia apa saja yang diinginkan, tanpa bersusah payah memperolehinya. Sungguh suatu tempat yang amat indah dan permai, menjadi idaman setiap insan.<br /><br />Demikianlah menurut riwayat, tatkala Allah SWT. selesai mencipta alam semesta dan makhluk-makhluk lainnya, maka dicipta-Nya pula Adam ‘alaihissalam sebagai manusia pertama. Hamba yang dimuliakan itu ditempatkan Allah SWT di dalam Syurga (Jannah).<br /><br />Adam a.s hidup sendirian dan sebatang kara, tanpa mempunyai seorang kawan pun. Dia berjalan ke kiri dan ke kanan, menghadap ke langit-langit yang tinggi, ke bumi terhampar jauh di seberang, maka tiadalah sesuatu yang dilihatnya dari mahkluk sejenisnya kecuali burung-burung yang berterbangan ke sana ke mari, sambil berkejar-kejaran di angkasa bebas, bernyanyi-nyanyi, bersiul-siul, seolah-olah mempamerkan kemesraan.<br /><br />Adam a.s terpikat melihatnya, rindu berkeadaan demikian. Tetapi sungguh malang, siapalah gerangan kawan yang hendak diajak. Dia merasa kesepian, lama sudah. Dia tinggal di syurga bagai orang kebingungan, tiada pasangan yang akan dibujuk bermesra sebagaimana burung-burung yang dilihatnya. Tiada pekerjaan sehari-hari kecuali bermalas-malas begitu saja, bersantai berangin-angin di dalam taman syurga yang indah permai, yang ditumbuhi oleh bermacam bunga-bunga kuntum semerbak yang wangi, yang di bawahnya mengalir anak-anak sungai bercabang-cabang, yang desiran airnya bagai mengandung pembangkit rindu.<br /><br />Adam kesepian, Apa saja di dalam syurga semuanya nikmat! Tetapi apalah erti segalanya kalau hati selalu gelisah resah di dalam kesepian seorang diri? Itulah satu-satunya kekurangan yang dirasakan Adam a.s di dalam syurga. Dia perlu kepada sesuatu, iaitu kepada kawan sejenis yang akan mendampinginya di dalam kesenangan yang tak terhingga itu.<br /><br />Kadangkala kalau rindu dendamnya datang, turunlah ia ke bawah pohon-pohon rendang mencari hiburan, mendengarkan burung-burung bernyanyi bersahut-sahutan, tetapi aduh hai kasihan...bukannya hati menjadi tenteram, malah menjadi lebih tertikam. Kalau angin bertiup sepoi-sepoi basah di mana daun-daunan bergerak lemah gemalai dan mendesirkan suara sayup-sayup, maka terkesanlah di hatinya keharuan yang begitu mendalam; dirasakannya sebagai derita batin yang tegak di sebalik nikmat yang dianugerahkan Tuhan kepadanya.<br /><br />Tetapi walaupun demikian, agaknya Adam a.s malu mengadukan halnya kepada Allah SWT. Namun, walaupun Adam a.s malu untuk mengadu, Allah Ta'ala sendiri Maha Tahu serta Maha Melihat apa yang tersembunyi di kalbu hamba-Nya. Oleh itu Allah Ta'ala ingin mengusir rasa kesepian Adam.<br /><br />Hawa diciptakan Tatkala Adam a.s sudah berada di puncak kerinduan dan keinginan untuk mendapatkan kawan, sedang ia lagi duduk terpekur di atas tempat duduk yang berlapiskan tilam permaidani serba mewah, maka tiba-tiba ngantukpun datanglah menawannya serta langsung membawanya hanyut ke alam tidur. Adam a.s tertidur nyenyak, tak sedar kepada sesuatu yang ada di sekitarnya.<br /><br />Dalam saat-saat yang demikian itulah Allah SWT menyampaikan wahyu kepada malaikat Jibril a.s untuk mencabut tulang rusuk Adam a.s dari lambung sebelah kiri. Bagai orang yang sedang terbius, Adam a.s tidak merasakan apa-apa ketika tulang rusuknya dicabut oleh malaikat Jibril a.s.<br /><br />Dan oleh kudrat kuasa Ilahi yang manakala menghendaki terjadinya sesuatu cukup berkata “Kun!” maka terciptalah Hawa dari tulang rusuk Adam a.s, sebagai insan kedua penghuni syurga dan sebagai pelengkap kurnia yang dianugerahkan kepada Adam a.s yang mendambakan seorang kawan tempat ia boleh bermesra dan bersenda gurau.<br /><br />Pertemuan Adam dan Hawa, Hawa duduk bersandar pada bantal lembut di atas tempat duduk megah yang bertatahkan emas dan permata-permata bermutu manikam, sambil terpesona memperhatikan kecerahan wajah dari seorang lelaki kacak yang sedang terbaring, tak jauh di depannya.<br /><br />Butir-butir fikiran yang menggelombang di dalam sanubari Hawa seolah-olah merupakan arus-arus tenaga elektrik yang datang mengetuk kalbu Adam a.s, yang langsung menerimanya sebagai mimpi yang berkesan di dalam gambaran jiwanya seketika itu. Adam terjaga....!<br /><br />Alangkah terkejutnya Adam a.s ketika dilihatnya ada makhluk manusia seperti dirinya hanya beberapa langkah di hadapannya. Dia seolah tak percaya pada penglihatannya. Adam a.s masih terbaring mengusap matanya beberapa kali untuk memastikan apa yang sedang dilihatnya.<br /><br />Hawa yang diciptakan lengkap dengan perasaan malu, segera memutar badannya sekadar untuk menyembunyikan bukit-bukit di dadanya, seraya mengirimkan senyum manis bercampur manja, diiringi pandangan melirik dari sudut mata yang memberikan sinar harapan bagi hati yang melihatnya. Memang dijadikan Hawa dengan bentuk dan paras rupa yang sempurna.<br /><br />Ia dihiasi dengan kecantikan, kemanisan, keindahan, kejelitaan, kehalusan, kelemah-lembutan, kasih-sayang, kesucian, keibuan dan segala sifat-sifat keperibadian yang terpuji di samping bentuk tubuhnya yang mempesona serta memikat hati setiap yang memandangnya.<br /><br />Hawa adalah wanita tercantik yang menghiasai syurga, yang kecantikannya itu akan diwariskan turun temurun di hari kemudian, dan daripadanyalah maka ada kecantikan yang diwariskan kepada wanita-wanita yang datang dibelakangnya.<br /><br />Adam a.s pun tak kurang gagah dan kacaknya. Tidak dijumpai cacat pada dirinya kerana dia adalah satu-satunya makhluk insan yang dicipta oleh Allah SWT secara langsung tanpa perantaraan. Semua kecantikan yang diperuntukkan bagi lelaki terhimpun padanya. Kecantikan itu pulalah yang diwariskan turun temurun kepada orang-orang di belakangnya sebagai anugerah Allah SWT kepada makhluk-Nya yang bergelar manusia.<br /><br />Bahkan diriwayatkan bahawa kelak semua penduduk syurga akan dibangkitkan dengan pantulan dari cahaya rupa Adam. Adam a.s bangkit dari pembaringannya, memperbaiki duduknya. Dia membuka matanya, memperhatikan dengan pandangan tajam. Dia sedar bahawa orang asing di depannya itu bukanlah bayangan selintas pandang, namun benar-benar suatu kenyataan dari wujud insani yang mempunyai bentuk fizikal seperti dirinya.<br /><br />Dia yakin tidak salah pandang. Dia tahu itu manusia seperti dirinya, yang hanya berbeza kelaminnya saja. Dia serta merta dapat membuat kesimpulan bahawa makhluk di depannya adalah perempuan. Ia sedar bahawa itulah dia jenis yang dirindukannya. Hatinya gembira, bersyukur, bertahmid memuji Zat Maha Pencipta.<br /><br />Dia tertawa kepada gadis jelita itu, yang menyambutnya tersipu-sipu seraya menundukkan kepalanya dengan pandangan tak langsung, pandangan yang menyingkap apa yang terselit di kalbunya. Adam terpikat Adam terpikat pada rupa Hawa yang jelita, yang bagaikan kejelitaan segala puteri-puteri yang bermastautin di atas langit atau bidadari-bidadari di dalam syurga.<br /><br />Tuhan menanam asmara murni dan hasrat berahi di hati Adam a.s serta menjadikannya orang yang paling asyik dilamun cinta, yang tiada taranya dalam sejarah, iaitu kisah cinta dua insan di dalam syurga. Adam a.s ditakdirkan jatuh cinta kepada puteri yang paling cantik dari segala yang cantik, yang paling jelita dari segala yang jelita, dan yang paling harum dari segala yang harum.<br /><br />Adam a.s dibisikkan oleh hatinya agar merayu Hawa. Ia berseru: “Aduh, hai si jelita, siapakah gerangan kekasih ini? Dari manakah datangmu, dan untuk siapakah engkau disini?” Suaranya sopan, lembut, dan penuh kasih sayang.<br /><br />“Aku Hawa,” sambutnya ramah. “Aku dari Pencipta!” suaranya tertegun seketika. “Aku....aku....aku, dijadikan untukmu!” tekanan suaranya menyakinkan. Tiada suara yang seindah dan semerdu itu walaupun berbagai suara merdu dan indah terdengar setiap saat di dalam syurga.<br /><br />Tetapi suara Hawa....tidak pernah di dengarnya suara sebegitu indah yang keluar dari bibir mungil si wanita jelita itu. Suaranya membangkit rindu, gerakan tubuhnya menimbulkan semangat. Kata-kata yang paling segar didengar Adam a.s ialah tatkala Hawa mengucapkan terputus-putus: “Aku....aku....aku, dijadikan untukmu!” Kata-kata itu nikmat, menambah kemesraan Adam kepada Hawa.<br /><br />Adam a.s sedar bahawa nikmat itu datang dari Tuhan dan cintapun datang dari Tuhan. Ia tahu bahawa Allah SWT itu cantik, suka kepada kecantikan. Jadi, kalau cinta kepada kecantikan berertilah pula cinta kepada Tuhan. Jadi cinta itu bukan dosa tetapi malah suatu pengabdian. Dengan mengenali cinta, makrifah kepada Tuhan semakin mendalam.<br /><br />Cinta kepada Hawa bererti cinta kepada Pencipta. Dengan keyakinan demikian Adam a.s menjemput Hawa dengan berkata: “Kekasihku, ke marilah engkau!” Suaranya halus, penuh kemesraan.<br /><br />“Aku malu!” balas Hawa seolah-olah menolak. Tangannya, kepalanya, memberi isyarat menolak seraya memandang Adam dengan penuh ketakjuban. “Kalau engkau yang inginkan aku, engkaulah yang ke sini!” Suaranya yang bagaikan irama seolah-olah memberi harapan.<br /><br />Adam tidak ragu-ragu. Ia mengayuh langkah gagah mendatangi Hawa. Maka sejak itulah teradat sudah bahawa wanita itu didatangi, bukan mendatangi. Hawa bangkit dari tempat duduknya, menggeser surut beberapa langkah. Ia sedar bahawa walaupun dirinya diperuntukkan bagi Adam a.s, namunlah haruslah mempunyai syarat-syarat tertentu. Di dalam sanubarinya, ia tak dapat menyangkal bahawa iapun terpesona dan tertarik kepada rupa Adam a.s yang sungguh indah.<br /><br />Adam a.s tidak putus asa. Ia tahu itu bukan dosa. Ia tahu membaca isi hati. Ia tahu bukannya Hawa menolak, tetapi menghindarnya itu memanglah suatu perbuatan wajar dari sikap malu seorang gadis yang berbudi. Ia tahu bahawa di balik “malu” terselit “rasa mahu”. Kerananya ia yakin pada dirinya bahawa Hawa diperuntukkan baginya. Naluri insaninya bergelora.<br /><br />Tatkala sudah dekat ia pada Hawa serta hendak menghulurkan tangan sucinya kepadanya, maka tiba-tiba terdengarlah panggilan ghaib berseru: “Hai Adam....tahanlah dirimu. Pergaulanmu dengan Hawa tidak halal kecuali dengan mahar dan menikah!”. Adam a.s tertegun, balik ke tempatnya dengan taat. Hawa pun mendengar teguran itu dan hatinya tenteram.<br /><br />Kedua-dua manusia syurga itu sama terdiam seolah-olah menunggu perintah. Perkahwinan Adam dan Hawa Allah SWT. Yang Maha Pengasih untuk menyempurnakan nikmatnya lahir dan batin kepada kedua hamba-Nya yang saling memerlukan itu, segera memerintahkan gadis-gadis bidadari penghuni syurga untuk menghiasi dan menghibur mempelai perempuan itu serta membawakan kepadanya hantaran-hantaran berupa perhiasan-perhiasan syurga.<br /><br />Sementara itu diperintahkan pula kepada malaikat langit untuk berkumpul bersama-sama di bawah pohon “Syajarah Thuba”, menjadi saksi atas pernikahan Adam dan Hawa. Diriwayatkan bahawa pada akad pernikahan itu Allah SWT. berfirman: “Segala puji adalah kepunyaan-Ku, segala kebesaran adalah pakaian-Ku, segala kemegahan adalah hiasan-Ku dan segala makhluk adalah hamba-Ku dan di bawah kekuasaan-Ku. Menjadi saksilah kamu hai para malaikat dan para penghuni langit dan syurga bahawa Aku menikahkan Hawa dengan Adam, kedua ciptaan-Ku dengan mahar, dan hendaklah keduanya bertahlil dan bertahmid kepada-Ku!”.<br /><br />Malaikat dan para bidadari berdatangan Setelah akad nikah selesai berdatanganlah para malaikat dan para bidadari menyebarkan mutiara-mutiara yaqut dan intan-intan permata kemilau kepada kedua pengantin agung tersebut. Selesai upacara akad, dihantarlah Adam a.s mendapatkan isterinya di istana megah yang akan mereka diami.<br /><br />Hawa menuntut haknya. Hak yang disyariatkan Tuhan sejak semula. “Mana mahar?” tanyanya. Ia menolak persentuhan sebelum mahar pemberian ditunaikan dahulu. Adam a.s bingung seketika. Lalu sedar bahawa untuk menerima haruslah sedia memberi. Ia insaf bahawa yang demikian itu haruslah menjadi kaedah pertama dalam pergaulan hidup.<br /><br />Sekarang ia sudah mempunyai kawan. Antara sesama kawan harus ada saling memberi dan saling menerima. Pemberian pertama pada pernikahan untuk menerima kehalalan ialah mahar. Oleh kerananya Adam a.s menyedari bahawa tuntutan Hawa untuk menerima mahar adalah benar. Mahar perkahwinan Adam Pergaulan hidup adalah persahabatan! Dan pergaulan antara lelaki dengan wanita akan berubah menjadi perkahwinan apabila disertai dengan mahar.<br /><br />Dan kini apakah bentuk mahar yang harus diberikan? Itulah yang sedang difikirkan Adam. Untuk keluar dari keraguan, Adam a.s berseru: “Ilahi, Rabbi! Apakah gerangan yang akan kuberikan kepadanya? Emaskah, intankah, perak atau permata?”.<br /><br />“Bukan!” kata Tuhan. “Apakah hamba akan berpuasa atau solat atau bertasbih untuk-Mu sebagai maharnya?” tanya Adam a.s dengan penuh pengharapan. <br /><br />“Bukan!” tegas suara Ghaib. Adam diam, mententeramkan jiwanya. Kemudian bermohon dengan tekun: “Kalau begitu tunjukilah hamba-Mu jalan keluar!”. <br /><br />Allah SWT. berfirman: “Mahar Hawa ialah selawat sepuluh kali atas Nabi-Ku, Nabi yang bakal Kubangkit yang membawa pernyataan dari sifat-sifat-Ku: Muhammad, cincin permata dari para anbiya’ dan penutup serta penghulu segala Rasul. Ucapkanlah sepuluh kali!”. Adam a.s merasa lega. Ia mengucapkan sepuluh kali salawat ke atas Nabi Muhammad SAW. sebagai mahar kepada isterinya.<br /><br />Suatu mahar yang bernilai spiritual, kerana Nabi Muhammad SAW adalah rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam). Hawa mendengarkannya dan menerimanya sebagai mahar. “Hai Adam, kini Aku halalkan Hawa bagimu”, perintah Allah, “dan dapatlah ia sebagai isterimu!”. Adam a.s bersyukur lalu memasuki isterinya dengan ucapan salam. Hawa menyambutnya dengan segala keterbukaan dan cinta kasih yang seimbang.<br /><br />Allah SWT. berfirman kepada mereka: “Hai Adam, diamlah engkau bersama isterimu di dalam syurga dan makanlah (serta nikmatilah) apa saja yang kamu berdua ingini, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini kerana (apabila mendekatinya) kamu berdua akan menjadi zalim”. (Al-A’raaf: 19).<br /><br />Dengan pernikahan ini Adam a.s tidak lagi merasa kesepian di dalam syurga. Inilah percintaan dan pernikahan yang pertama dalam sejarah ummat manusia, dan berlangsung di dalam syurga yang penuh kenikmatan. Iaitu sebuah pernikahan agung yang dihadiri oleh para bidadari, jin dan disaksikan oleh para malaikat. Peristiwa pernikahan Adam dan Hawa terjadi pada hari Jumaat.<br /><br />Entah berapa lama keduanya berdiam di syurga, hanya Allah SWT yang tahu. Lalu keduanya diperintahkan turun ke bumi. Turun ke bumi untuk menyebar luaskan keturunan yang akan mengabdi kepada Allah SWT dengan janji bahawa syurga itu tetap tersedia di hari kemudian bagi hamba-hamba yang beriman dan beramal soleh.<br /><br />Firman Allah SWT.: “Kami berfirman: Turunlah kamu dari syurga itu. Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, nescaya tidak ada kekhuatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Al-Baqarah: 38)<br /><br /></span> <div style="text-align: center;"> <img src="http://www.iluvislam.com/v1/includes/jscripts/tiny_mce/plugins/imagemanager/library/1_554821669l.jpg" border="0" width="290" height="429" /> </div>yusya ul anwarhttp://www.blogger.com/profile/10731418358717500145noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-470499400635166546.post-34203405561592789502009-09-25T01:09:00.000-07:002009-09-25T01:10:52.047-07:00solusi pengganti pacaran<h2 class="firstheading"><a href="http://akhwat.web.id/muslimah-salafiyah/munakahat-keluarga/taaruf-syari-solusi-pengganti-pacaran/" rel="bookmark" title="Permanent Link: Ta’âruf Syar’i: Solusi Pengganti Pacaran">Ta’âruf Syar’i: Solusi Pengganti Pacaran</a></h2> <div class="boxedin"> <span class="posted">posted in <a href="http://akhwat.web.id/muslimah-salafiyah/category/munakahat-keluarga/" title="View all posts in Munakahat & Keluarga" rel="category tag">Munakahat & Keluarga</a></span> | </div> <p align="justify"><em>Penulis: Al-Ustâdz Abû ‘Abdillâh Mu<span style="text-decoration: underline;">h</span>ammad Al-Makassarî</em></p> <p align="justify">Pertanyaan:</p> <p align="justify">1. Apabila seorang muslim ingin menikah, bagaimana syariat mengatur cara mengenal seorang muslimah sementara <span class="hilite2">pacaran</span> terlarang dalam Islam?</p> <p align="justify">2. Bagaimana hukum berkunjung ke rumah akhwat (wanita) yang hendak dinikahi dengan tujuan untuk saling mengenal karakter dan sifat masing-masing?</p> <p align="justify">3. Bagaimana hukum seorang ikhwan (lelaki) mengungkapkan perasaannya (sayang atau cinta) kepada akhwat (wanita) calon istrinya?</p> <p align="justify">Dijawab oleh Al-Ustadz Abu Abdillah Muhammad Al-Makassari:</p> <p align="right">بِسْمِ اللهِ، الْحَمْدُ للهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ</p> <p align="justify">Benar sekali pernyataan anda bahwa <strong><span class="hilite2">pacaran</span> adalah haram dalam Islam</strong>. <span id="more-306"></span><span class="hilite2">Pacaran</span> adalah budaya dan peradaban jahiliah yang dilestarikan oleh orang-orang kafir negeri Barat dan lainnya, kemudian diikuti oleh sebagian umat Islam (kecuali orang-orang yang dijaga oleh Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em>), dengan dalih mengikuti perkembangan jaman dan sebagai cara untuk mencari dan memilih pasangan hidup. Syariat Islam yang agung ini datang dari Rabb semesta alam Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana, dengan tujuan untuk membimbing manusia meraih maslahat-maslahat kehidupan dan menjauhkan mereka dari mafsadah-mafsadah yang akan merusak dan menghancurkan kehidupan mereka sendiri.</p> <p align="justify"><em>Ikhtilath</em> (campur baur antara lelaki dan wanita yang bukan mahram), pergaulan bebas, dan <span class="hilite2">pacaran</span> adalah fitnah (cobaan) dan mafsadah bagi umat manusia secara umum, dan umat Islam secara khusus, maka perkara tersebut tidak bisa ditolerir. Bukankah kehancuran Bani Israil -bangsa yang terlaknat- berawal dari fitnah (godaan) wanita? Allah<em> Subhanahu wa Ta’ala</em> berfirman:</p> <p align="right">لُعِنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيْلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُدَ وَعِيْسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُوْنَ. كَانُوا لاَ يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوْهُ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُوْنَ</p> <p align="justify"><em>“Telah terlaknat orang-orang kafir dari kalangan Bani Israil melalui lisan Nabi Dawud dan Nabi ‘Isa bin Maryam. Hal itu dikarenakan mereka bermaksiat dan melampaui batas. Adalah mereka tidak saling melarang dari kemungkaran yang mereka lakukan. Sangatlah jelek apa yang mereka lakukan.”</em> (<strong>Al-Ma`idah</strong>: 79-78)</p> <p align="justify">Rasulullah <em>Shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda:</p> <p align="right">إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ، وَإِنَّ اللهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيْهَا فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُوْنَ، فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ، فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيْلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ</p> <p align="justify"><em>“Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau (indah memesona), dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kalian sebagai khalifah (penghuni) di atasnya, kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala memerhatikan amalan kalian. Maka berhati-hatilah kalian terhadap dunia dan wanita, karena sesungguhnya awal fitnah (kehancuran) Bani Israil dari kaum wanita.”</em> (<strong>HR. Muslim</strong>, dari Abu Sa’id Al-Khudri <em>radhiyallahu ‘anhu</em>)</p> <p align="justify">Rasulullah <em>Shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> juga memperingatkan umatnya untuk berhati-hati dari fitnah wanita, dengan sabda beliau:</p> <p align="right">مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلىَ الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ</p> <p align="justify"><em>“Tidaklah aku meninggalkan fitnah sepeninggalku yang lebih berbahaya terhadap kaum lelaki dari fitnah (godaan) wanita.”</em> (<strong>Muttafaqun ‘alaih</strong>, dari Usamah bin Zaid <em>radhiyallahu ‘anhuma</em>)</p> <p align="justify">Maka, pacaran berarti menjerumuskan diri dalam fitnah yang menghancurkan dan menghinakan, padahal semestinya setiap orang memelihara dan menjauhkan diri darinya. Hal itu karena dalam <span class="hilite2">pacaran</span> terdapat berbagai kemungkaran dan pelanggaran syariat sebagai berikut:</p> <p align="justify">1. <strong><em>Ikhtilath</em>, yaitu bercampur baur antara lelaki dan wanita yang bukan mahram</strong>. Padahal Rasulullah <em>Shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> menjauhkan umatnya dari ikhtilath, sekalipun dalam pelaksanaan shalat. Kaum wanita yang hadir pada shalat berjamaah di Masjid Nabawi ditempatkan di bagian belakang masjid. Dan seusai shalat, Rasulullah <em>Shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> berdiam sejenak, tidak bergeser dari tempatnya agar kaum lelaki tetap di tempat dan tidak beranjak meninggalkan masjid, untuk memberi kesempatan jamaah wanita meninggalkan masjid terlebih dahulu sehingga tidak berpapasan dengan jamaah lelaki. Hal ini ditunjukkan oleh hadits Ummu Salamah <em>radhiyallahu ‘anha</em> dalam <strong>Shahih Al-Bukhari</strong>. Begitu pula pada hari Ied, kaum wanita disunnahkan untuk keluar ke <em>mushalla</em> (tanah lapang) menghadiri shalat Ied, namun mereka ditempatkan di mushalla bagian belakang, jauh dari shaf kaum lelaki. Sehingga ketika Rasulullah <em>Shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> usai menyampaikan khutbah, beliau perlu mendatangi shaf mereka untuk memberikan khutbah khusus karena mereka tidak mendengar khutbah tersebut. Hal ini ditunjukkan oleh hadits Jabir <em>radhiyallahu ‘anhu</em> dalam <strong>Shahih Muslim</strong>.</p> <p align="justify">Bahkan Rasulullah <em>Shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda:</p> <p align="right">خَيْرُ صُفُوْفِ الرِّجَالِ أَوَّلُهَا وَشَرُّهَا آخِرِهَا، وَخَيْرُ صُفُوْفِ النِّسَاءِ آخِرُهَا وَشَرُّهَا أَوَّلُهَا</p> <p align="justify"><em>“Sebaik-baik shaf lelaki adalah shaf terdepan dan sejelek-jeleknya adalah shaf terakhir. Dan sebaik-baik shaf wanita adalah shaf terakhir, dan sejelek-jeleknya adalah shaf terdepan.”</em> (<strong>HR. Muslim</strong> dari Abu Hurairah <em>radhiyallahu ‘anhu</em>)</p> <p align="justify">Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin <em>rahimahullah</em> berkata: “Hal itu dikarenakan dekatnya shaf terdepan wanita dari shaf terakhir lelaki sehingga merupakan shaf terjelek, dan jauhnya shaf terakhir wanita dari shaf terdepan lelaki sehingga merupakan shaf terbaik. Apabila pada ibadah shalat yang disyariatkan secara berjamaah, maka bagaimana kiranya jika di luar ibadah? Kita mengetahui bersama, dalam keadaan dan suasana ibadah tentunya seseorang lebih jauh dari perkara-perkara yang berhubungan dengan syahwat. Maka bagaimana sekiranya <em>ikhtilath</em> itu terjadi di luar ibadah? Sedangkan <strong>setan bergerak dalam tubuh Bani Adam begitu cepatnya mengikuti peredaran darah</strong>1. Bukankah sangat ditakutkan terjadinya fitnah dan kerusakan besar karenanya?” (Lihat <strong>Fatawa An-Nazhar wal Khalwah wal Ikhtilath</strong>, hal. 45)</p> <p align="justify"><em>Subhanallah</em>. Padahal wanita para shahabat keluar menghadiri shalat dalam keadaan berhijab syar’i dengan menutup seluruh tubuhnya -karena seluruh tubuh wanita adalah aurat- sesuai perintah Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em> dalam surat <strong>Al-Ahzab</strong> ayat 59 dan <strong>An-Nur</strong> ayat 31, tanpa melakukan <em>tabarruj</em>2 karena Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em> melarang mereka melakukan hal itu dalam surat Al-Ahzab ayat 33, juga tanpa memakai wewangian berdasarkan larangan Rasulullah <em>Shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> dalam hadits Abu Hurairah yang diriwayatkan Ahmad, Abu Dawud, dan yang lainnya3:</p> <p align="right">وَلْيَخْرُجْنَ وَهُنَّ تَفِلاَتٌ</p> <p align="justify"><em>“Hendaklah mereka keluar tanpa memakai wewangian.”</em></p> <p align="justify">Rasulullah <em>Shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> juga melarang siapa saja dari mereka yang berbau harum karena terkena <em>bakhur</em>4 untuk untuk hadir shalat berjamaah sebagaimana dalam <strong>Shahih Muslim</strong> dari Abu Hurairah <em>radhiyallahu ‘anhu</em>.</p> <p align="justify">Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em> berfirman dalam surat <strong>Al-Ahzab</strong> ayat 53:</p> <p align="right">وَإِذَا سَأَلْتُمُوْهُنَّ مَتَاعًا فَاسْأَلُوْهُنَّ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ ذَلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوْبِكُمْ وَقُلُوْبِهِنَّ</p> <p align="justify"><em>“Dan jika kalian (para shahabat) meminta suatu hajat (kebutuhan) kepada mereka (istri-istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam) maka mintalah dari balik hijab. Hal itu lebih bersih (suci) bagi kalbu kalian dan kalbu mereka.”</em></p> <p align="justify"><strong>Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em> memerintahkan mereka berinteraksi sesuai tuntutan hajat dari balik hijab dan tidak boleh masuk menemui mereka secara langsung. Asy-Syaikh Ibnu Baz <em>rahimahullah</em> berkata: “Maka </strong><strong>tidak dibenarkan seseorang mengatakan bahwa lebih bersih dan lebih suci bagi para shahabat dan istri-istri Rasulullah <em>Shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>, sedangkan bagi generasi-generasi setelahnya tidaklah demikian. Tidak diragukan lagi bahwa generasi-generasi setelah shahabat justru lebih butuh terhadap hijab dibandingkan para shahabat, karena perbedaan yang sangat jauh antara mereka dalam hal kekuatan iman dan ilmu. Juga karena persaksian Rasulullah <em>Shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> terhadap para shahabat, baik lelaki maupun wanita, termasuk istri-istri Rasulullah <em>Shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> sendiri bahwa mereka adalah generasi terbaik setelah para nabi dan rasul</strong>, sebagaimana diriwayatkan dalam <strong>Shahih Al-Bukhari</strong> dan <strong>Shahih Muslim</strong>. Demikian pula, dalil-dalil <strong>Al-Qur`an dan As-Sunnah menunjukkan berlakunya suatu hukum secara umum meliputi seluruh umat dan tidak boleh mengkhususkannya untuk pihak tertentu saja tanpa dalil</strong>.” (Lihat <strong>Fatawa An-Nazhar</strong>, hal. 11-10)</p> <p align="justify">Pada saat yang sama, <em>ikhtilath</em> itu sendiri menjadi sebab yang menjerumuskan mereka untuk ber<span class="hilite2">pacaran</span>, sebagaimana fakta yang kita saksikan berupa akibat <em>ikhtilath</em> yang terjadi di sekolah, instansi-instansi pemerintah dan swasta, atau tempat-tempat yang lainnya. <em>Wa ilallahil musytaka</em> (Dan hanya kepada Allah kita mengadu)</p> <p align="justify">2. <strong><em>Khalwat</em>, yaitu berduaannya lelaki dan wanita tanpa mahram</strong>. Padahal Rasululllah <em>Shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda:</p> <p align="right">إِيَّاكُمْ وَالدُّخُوْلَ عَلىَ النِّسَاءِ. فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ اْلأَنْصَارِ: أَفَرَأَيْتَ الْحَمْوَ؟ قَالَ: الْحَمْوُ الْمَوْتُ</p> <p align="justify"><em>“Hati-hatilah kalian dari masuk menemui wanita.”</em> Seorang lelaki dari kalangan Anshar berkata: “Bagaimana pendapatmu dengan kerabat suami?”5 Maka Rasulullah <em>Shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda: <em>“Mereka adalah kebinasaan.”</em> (<strong>Muttafaq ‘alaih</strong>, dari ‘Uqbah bin ‘Amir <em>radhiyallahu ‘anhu</em>)</p> <p align="justify">Rasulullah <em>Shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> juga bersabda:</p> <p align="right">لاَ يَخْلُوَنَّ أَحَدُكُمْ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ مَعَ ذِي مَحْرَمٍ</p> <p align="justify"><em>“Jangan sekali-kali salah seorang kalian berkhalwat dengan wanita, kecuali bersama mahram.”</em> (<strong>Muttafaq ‘alaih</strong>, dari Ibnu ‘Abbas <em>radhiyallahu ‘anhuma</em>)</p> <p align="justify">Hal itu karena tidaklah terjadi khalwat kecuali setan bersama keduanya sebagai pihak ketiga, sebagaimana dalam hadits Jabir bin Abdillah <em>radhiyallahu ‘anhuma</em>:</p> <p align="right">مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلاَ يَخْلُوَنَّ بِامْرَأَةٍ لَيْسَ مَعَهَا ذُوْ مَحْرَمٍ مِنْهَا فَإِنَّ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ</p> <p align="justify"><em>“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka jangan sekali-kali dia berkhalwat dengan seorang wanita tanpa disertai mahramnya, karena setan akan menyertai keduanya.”</em> (HR. Ahmad)6</p> <p align="justify">3. <strong>Berbagai bentuk perzinaan anggota tubuh</strong> yang disebutkan oleh Rasulullah <em>Shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> dalam hadits Abu Hurairah <em>radhiyallahu ‘anhu</em>:</p> <p align="right">كُتِبَ عَلىَ ابْنِ آدَمَ نَصِيْبُهُ مِنَ الزِّنَا مُدْرِكٌ ذَلِكَ لاَ مَحَالَةَ: الْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ، وَاْلأُذُنَانِ زِنَاهُمَا اْلاِسْتِمَاعُ، وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلاَمُ، وَالْيَدُ زِنَاهُ الْبَطْشُ، وَالرِّجْلُ زِنَاهُ الْخُطَا، وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى، وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ أَوْ يُكَذِّبُهُ</p> <p align="justify"><em>“Telah ditulis bagi setiap Bani Adam bagiannya dari zina, pasti dia akan melakukannya, kedua mata zinanya adalah memandang, kedua telinga zinanya adalah mendengar, lidah(lisan) zinanya adalah berbicara, tangan zinanya adalah memegang, kaki zinanya adalah melangkah, sementara kalbu berkeinginan dan berangan-angan, maka kemaluan lah yang membenarkan atau mendustakan.”</em></p> <p align="justify">Hadits ini menunjukkan bahwa <strong>memandang wanita yang tidak halal untuk dipandang meskipun tanpa syahwat adalah zina mata7. Mendengar ucapan wanita (selain istri) dalam bentuk menikmati adalah zina telinga. Berbicara dengan wanita (selain istrinya) dalam bentuk menikmati atau menggoda dan merayunya adalah zina lisan. Menyentuh wanita yang tidak dihalalkan untuk disentuh baik dengan memegang atau yang lainnya adalah zina tangan. Mengayunkan langkah menuju wanita yang menarik hatinya atau menuju tempat perzinaan adalah zina kaki. Sementara kalbu berkeinginan dan mengangan-angankan wanita yang memikatnya, maka itulah zina kalbu. Kemudian boleh jadi kemaluannya mengikuti dengan melakukan perzinaan yang berarti kemaluannya telah membenarkan</strong>; atau dia selamat dari zina kemaluan yang berarti kemaluannya telah mendustakan. (Lihat <strong>Syarh Riyadhis Shalihin</strong> karya Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin, pada syarah hadits no. 16 22)</p> <p align="justify">Padahal Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em> berfirman:</p> <p align="right">وَلاَ تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيْلاً</p> <p align="justify"><em>“Dan janganlah kalian mendekati perbuatan zina, sesungguhnya itu adalah perbuatan nista dan sejelek-jelek jalan.”</em> (<strong>Al-Isra`</strong>: 32)</p> <p align="justify">Rasulullah <em>Shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> juga bersabda:</p> <p align="right">لأَنْ يُطْعَنَ فِي رَأْسِ أَحَدِكُمْ بِمِخْيَطٍ مِنْ حِدِيْدٍ خَيْرٌ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لاَ تَحِلُّ لَهُ</p> <p align="justify"><em>“Demi Allah, sungguh jika kepala salah seorang dari kalian ditusuk dengan jarum dari besi, maka itu lebih baik dari menyentuh wanita yang tidak halal baginya.”</em> (<strong>HR. Ath-Thabarani</strong> dan <strong>Al-Baihaqi</strong> dari Ma’qil bin Yasar <em>radhiyallahu ‘anhu</em>, dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam <strong>Ash-Shahihah</strong> no. 226)</p> <p align="justify">Meskipun sentuhan itu hanya sebatas berjabat tangan maka tetap tidak boleh. Aisyah <em>radhiyallahu ‘anha</em> berkata:</p> <p align="right">وَلاَ وَاللهِ مَا مَسَّتْ يَدُ رَسُوْلِ اللهِ يَدَ امْرَأَةٍ قَطُّ غَيْرَ أَنَّهُ يُبَايِعُهُنَّ بِالْكَلاَمِ</p> <p align="justify"><em>“Tidak. Demi Allah, tidak pernah sama sekali tangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyentuh tangan wanita (selain mahramnya), melainkan beliau membai’at mereka dengan ucapan (tanpa jabat tangan).”</em> (<strong>HR. Muslim</strong>)</p> <p align="justify">Demikian pula dengan pandangan, Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em> telah berfirman dalam surat <strong>An-Nur</strong> ayat 31-30:</p> <p align="right">قُلْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوْجَهُمْ - إِلَى قَوْلِهِ تَعَلَى - وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوْجَهُنَّ…</p> <p align="justify"><em>“Katakan (wahai Nabi) kepada kaum mukminin, hendaklah mereka menjaga pandangan serta kemaluan mereka (dari hal-hal yang diharamkan) -hingga firman-Nya- Dan katakan pula kepada kaum mukminat, hendaklah mereka menjaga pandangan serta kemaluan mereka (dari hal-hal yang diharamkan)….”</em></p> <p align="justify">Dalam Shahih Muslim dari Jabir bin Abdillah <em>radhiyallahu ‘anhuma</em>, dia berkata:</p> <p align="right">سَأَلْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ نَظْرِ الْفَجْأَةِ؟ فَقَالَ: اصْرِفْ بَصَرَكَ</p> <p align="justify">“Aku bertanya kepada Rasulullah <em>Shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> tentang pandangan yang tiba-tiba (tanpa sengaja)? Maka beliau bersabda: <em>‘Palingkan pandanganmu’.</em>“</p> <p align="justify">Adapun suara dan ucapan wanita, pada asalnya bukanlah aurat yang terlarang. Namun tidak boleh bagi seorang wanita bersuara dan berbicara lebih dari tuntutan hajat (kebutuhan), dan tidak boleh melembutkan suara. Demikian juga dengan isi pembicaraan, tidak boleh berupa perkara-perkara yang membangkitkan syahwat dan mengundang fitnah. Karena bila demikian maka suara dan ucapannya menjadi aurat dan fitnah yang terlarang. Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em> berfirman:</p> <p align="right">فَلاَ تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلاً مَعْرُوْفًا</p> <p align="justify"><em>“Maka janganlah kalian (para istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam) berbicara dengan suara yang lembut, sehingga lelaki yang memiliki penyakit dalam kalbunya menjadi tergoda dan ucapkanlah perkataan yang ma’ruf (baik).”</em> (<strong>Al-Ahzab</strong>: 32)</p> <p align="justify">Adalah para wanita datang menemui Rasulullah <em>Shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> dan di sekitar beliau hadir para shahabatnya, lalu wanita itu berbicara kepada Rasulullah <em>Shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> menyampaikan kepentingannya dan para shahabat ikut mendengarkan. Tapi mereka tidak berbicara lebih dari tuntutan hajat dan tanpa melembutkan suara.</p> <p align="justify">Dengan demikian jelaslah bahwa <strong><span class="hilite2">pacaran</span> bukanlah <span class="hilite">alternatif</span> yang ditolerir dalam Islam untuk mencari dan memilih pasangan hidup</strong>. Menjadi jelas pula bahwa tidak boleh mengungkapkan perasaan sayang atau cinta kepada calon istri selama belum resmi menjadi istri. Baik ungkapan itu secara langsung atau lewat telepon, ataupun melalui surat. Karena <strong>saling mengungkapkan perasaan cinta dan sayang adalah hubungan asmara yang mengandung makna <span class="hilite2">pacaran</span> yang akan menyeret ke dalam fitnah</strong>. Demikian pula halnya berkunjung ke rumah calon istri atau wanita yang ingin dilamar dan bergaul dengannya dalam rangka saling mengenal karakter dan sifat masing-masing, karena perbuatan seperti ini juga mengandung makna <span class="hilite2">pacaran</span> yang akan menyeret ke dalam fitnah. <em>Wallahul musta’an</em> (Allah-lah tempat meminta pertolongan).</p> <p align="justify">Adapun <strong>cara yang ditunjukkan oleh syariat untuk mengenal wanita yang hendak dilamar adalah dengan mencari keterangan tentang yang bersangkutan melalui seseorang yang mengenalnya, baik tentang biografi (riwayat hidup), karakter, sifat, atau hal lainnya yang dibutuhkan untuk diketahui demi maslahat pernikahan. Bisa pula dengan cara meminta keterangan kepada wanita itu sendiri melalui perantaraan seseorang seperti istri teman atau yang lainnya. Dan pihak yang dimintai keterangan berkewajiban untuk menjawab seobyektif mungkin, meskipun harus membuka aib wanita tersebut karena ini bukan termasuk dalam kategori ghibah yang tercela. Hal ini termasuk dari enam perkara yang dikecualikan dari ghibah, meskipun menyebutkan aib seseorang. Demikian pula sebaliknya dengan pihak wanita yang berkepentingan untuk mengenal lelaki yang berhasrat untuk meminangnya, dapat menempuh cara yang sama.</strong></p> <p align="justify">Dalil yang menunjukkan hal ini adalah hadits Fathimah bintu Qais ketika dilamar oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan dan Abu Jahm, lalu dia minta nasehat kepada Rasulullah <em>Shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> maka beliau bersabda:</p> <p align="right">أَمَّا أَبُو جَهْمٍ فَلاَ يَضَعُ عَصَاهُ عَنْ عَاتِقِهِ، وَأَمَّا مُعَاوِيَةُ فَصُعْلُوْكٌ لاَ مَالَ لَهُ، انْكِحِي أُسَامَةَ بْنَ زَيْدٍ</p> <p align="justify"><em>“Adapun Abu Jahm, maka dia adalah lelaki yang tidak pernah meletakkan tongkatnya dari pundaknya8. Adapun Mu’awiyah, dia adalah lelaki miskin yang tidak memiliki harta. Menikahlah dengan Usamah bin Zaid.”</em> (<strong>HR. Muslim</strong>)</p> <p align="justify">Para ulama juga menyatakan bolehnya berbicara secara langsung dengan calon istri yang dilamar sesuai dengan tuntunan hajat dan maslahat. Akan tetapi tentunya tanpa khalwat dan dari balik hijab. Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin dalam <strong>Asy-Syarhul Mumti’</strong> (130-129/5 cetakan Darul Atsar) berkata: <strong><em>“Bolehnya berbicara dengan calon istri yang dilamar wajib dibatasi dengan syarat tidak membangkitkan syahwat atau tanpa disertai dengan menikmati percakapan tersebut. Jika hal itu terjadi maka hukumnya haram, karena setiap orang wajib menghindar dan menjauh dari fitnah.”</em></strong></p> <p align="justify">Perkara ini diistilahkan dengan ta’aruf. Adapun terkait dengan hal-hal yang lebih spesifik yaitu organ tubuh, maka cara yang diajarkan adalah dengan melakukan <em>nazhor</em>, yaitu melihat wanita yang hendak dilamar. <em>Nazhor</em> memiliki aturan-aturan dan persyaratan-persyaratan yang membutuhkan pembahasan khusus9.</p> <p align="justify"><em>Wallahu a’lam.</em></p> <p align="justify"><strong>Footnote:</strong></p> <p align="justify">1 Sebagaimana dalam hadits Hafshah <em>radhiyallahu ‘anha</em> yang <em>muttafaq ‘alaih</em>:</p> <p align="right">إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنِ ابْنِ آدَمَ مَجْرَى الدَّمِ</p> <p align="justify"><em>“Sesungguhnya setan itu beredar dalam tubuh Bani Âdam mengikuti peredaran darah.”</em> (pen.)<br />2 <em>Tabarruj</em> adalah memamerkan perhiasan dan bagian-bagian tubuh yang indah dan menarik serta bagian tubuh lainnya yang mengundang syahwat lelaki, yang seharusnya ditutup. (Lihat <strong>Jilbâbul Mar’ah Al-Muslimah</strong>, hal. 120)<br />3 Dihasankan oleh Asy-Syaikh Muqbil dalam <strong>Ash-Shahihul Musnad</strong> (2/309), dishahihkan oleh Al-Albani dengan <em>syawahid</em> (penguat-penguat)-nya dalam <strong>Al-Irwa’</strong> (2/293)<br />4 <em>Bakhur</em> yaitu pengharum ruangan berupa asap dari kayu tertentu yang harum dan dibakar.<br />5 Seperti ipar, anak ipar, paman suami, sepupu suami, dan seterusnya yang tidak termasuk mahram. Yakni, apakah boleh bagi seseorang untuk membiarkan salah seorang kerabatnya yang bukan mahram untuk berkhalwat dengan istrinya?<br />6 Sanadnya memiliki dua kelemahan: 1) Abdullah bin Lahi’ah, seorang perawi yang lemah, 2) Abû Zubair, seorang perawi yang mudallis dan dia meriwayatkan dengan <em>‘an’anah</em> (tidak mempertegas bahwa dia mendengarnya dari syaikhnya). Namun hadits ini memiliki<em> syawahid</em> (penguat-penguat) sehingga dihasankan oleh Al-Albânî dalam <strong>Al-Irwa’</strong> (6/215-216).<br />7 Dalam masalah seorang lelaki memandang wajah dan telapak tangan wanita dewasa yang bukan mahram, terjadi perbedaan pendapat. Ada yang berpendapat haram secara mutlak. Ada yang berpendapat boleh dengan syarat tidak dikhawatirkan fitnah (godaan) dan tidak bermaksud menikmati (<strong>An-Nazhor fi Hukmin Nazhor</strong>, hal. 323). Selain itu juga ada pendapat yang lain. Lihat <strong>Ar-Raddul Mufhim</strong> (hal. 115), karya Al-Albani. (ed)<br />8 Ini adalah kiasan dan ada dua penafsiran yang masyhur tentang maknanya: 1) Banyak safar, 2) Banyak memukul wanita, dan ini yang lebih tepat berdasarkan riwayat Muslim yang lain dengan lafadz:</p> <p align="right">أَمَّا أَبُو جَهْمٍ فَرَجُلٌ ضَرَّابٌ لِلنِّسَاءِ</p> <p align="justify"><em>“Adapun Abu Jahm, dia itu banyak memukul wanita.”</em> (Lihat <strong>Syarhu Muslim lin Nawawî</strong>, syarah hadits no. 1480)<br />9 Kami telah membahasnya pada jawaban Problema Anda edisi lalu.</p> <p align="right"><em>(Sumber: <strong>Majalah Asy Syari’ah</strong>, Vol. III/No. 29/1428H/2007, Kategori: <strong>Problema Anda</strong>, hal. 65-70. Dicopy dari http://www.asysyariah.com/print.php?id_online=425)</em></p>yusya ul anwarhttp://www.blogger.com/profile/10731418358717500145noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-470499400635166546.post-33975879260925830132009-09-24T01:39:00.000-07:002009-09-24T01:47:55.377-07:00ketika anak rohis jatuh cinta<span style="color: rgb(51, 255, 255);">Kalo anak Rohis? Kalo untuk pacaran secara terang-terangan kayaknya jarang ada. Mungkin mereka malu. Tapi kalo yang dikamuflase dengan istilah “pacaran islami” kayaknya banyak deh. Ini juga sering dianggap sebagai pembenaran atas aktivitas yang dilakoninya. Halah!</span><span style="color: rgb(51, 255, 255);font-family:Arial;" ><o:p></o:p></span><p style="color: rgb(51, 255, 255);"></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 22.7pt; color: rgb(51, 255, 255);"><span style=";font-family:Arial;" lang="ES"> </span><span style="font-family:Arial;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; color: rgb(51, 255, 255);"><b><span style=";font-family:Arial;" lang="ES">Ngaji doyan, pacaran kuat</span></b><span style="font-family:Arial;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 22.7pt; color: rgb(51, 255, 255);"><span style=";font-family:Arial;" lang="ES">Nah lho, nggak salah nih ngasih subjudul? Hehehe... kamu jangan protes dulu dong. Banyak juga lho yang ngaji tapi pacarannya minta ampun kuatnya. Ini khusus berlaku buat yang ngajinya cuma ikut-ikutan or emang nggak paham. Termasuk yang ngerasa udah tahu tentang hukum Islam, tapi nggak sampe paham dan cuma teori doang, sementara praktiknya nol gede. <i>So</i>, cuma modal semangat aja, tanpa pengen paham lebih dalam. Kadang, ada juga lho yang emang nafsunya lebih gede ketimbang nalarnya. Maaf ye bagi yang kesinggung. Itu tandanya dirimu masih manusia. Ya iyalah, kalo monyet sih dihina ama dipuji tetep diem aja kagak ngarti, boro-boro tersinggung. Jadi, kalo masih tersinggung berbahagialah karena kamu masih manusia. Pletak!</span><span style="font-family:Arial;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 22.7pt; color: rgb(51, 255, 255);"><span style=";font-family:Arial;" lang="ES">Oya, gaya pacaran aktivis Rohis agak lain. Awalnya sih ukhuwah, tapi kebablasan jadi demenen. Mulanya cuma bergaul sesama pengurus pengajian, lama-lama muncul benih-benih cinta. Bersemi dalam dada dan melahirkan kerinduan. Huhuy! Ati-ati, bisa gaswat!</span><span style="font-family:Arial;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 22.7pt; color: rgb(51, 255, 255);"><span style=";font-family:Arial;" lang="ES">Sobat muda muslim, jangan heran or jangan kaget, sebab siapa pun orangnya, termasuk anak ngaji, bisa tumbuh dalam dirinya rasa cinta, rasa sayang, juga pengen memiliki begitu ngelihat lawan jenisnya. Ser-seran aja dalam dada kalo kebetulan bertemu di masjid or di perpustakaan. Bergetaran dalam jiwa (apalagi kalo ditambah naik bajaj, dijamin vibrasinya lebih kuat tuh! Halah!). Pokoknya, seperti ada yang bergejolak dalam hati. Tapi sulit untuk dilukiskan dengan kata-kata (cieee…). Pokoknya, bikin jantung berdetak dua kali lebih kenceng deh. <i>But</i>, itu wajar kok. Namanya juga manusia. Suer.</span><span style="font-family:Arial;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 22.7pt; color: rgb(51, 255, 255);"><span style=";font-family:Arial;" lang="ES">Malah boleh jadi, kalo iman kamu nggak kuat-kuat amat, bisa-bisa kecemplung melakoni aktivitas pacaran layaknya mereka yang masih awam dengan ajaran Islam. Maklumlah sobat, kalo nafsu udah jadi jenderal, akal sehat jadi keroconya. Celaka dua belas euy!</span><span style="font-family:Arial;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 22.7pt; color: rgb(51, 255, 255);"><span style=";font-family:Arial;" lang="ES"> </span><span style="font-family:Arial;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; color: rgb(51, 255, 255);"><b><span style=";font-family:Arial;" lang="ES">Saat cinta mulai bersemi</span></b><span style="font-family:Arial;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 22.7pt; color: rgb(51, 255, 255);"><span style=";font-family:Arial;" lang="ES">Cinta itu ibarat jelangkung. Datang nggak dijemput, pulang pun nggak dianter. Suka tiba-tiba aja datangnya. Udah gitu, nggak mengenal status lagi. Mau doi pelajar, guru, tokoh masyarakat, anak ngaji, ulama, dan bahkan kepala negara. Cinta bakalan tumbuh di dada mereka. Kamu masih inget kali ye kasusnya Bill Clinton dan Monica Lewynski? Hmm.. itu perselingkuhan yang mengguncang Gedung Putih beberapa tahun lalu. Geger seisi dunia. Awalnya, jelas rasa cinta. Meski akhirnya disalip oleh hawa nafsu. </span><span style="font-family:Arial;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 22.7pt; color: rgb(51, 255, 255);"><span style=";font-family:Arial;" lang="ES">Hati-hati lho, anak ngaji juga bisa tergoda saat cinta mulai bersemi. Ehm..ehm.. (ditambah pura-pura batuk nih) kamu jadi sering tampil klimis kalo pergi ke sekolah or kampus. Dandanan jadi rapi jali. Pendek kata, pengen tampil beda dan sempurna di hadapan sang pujaan hati. Sering terjadi lho. Cinta lokasi sesama aktivis pengajian. Wajar <i>euy,</i> sebab cinta itu naluriah. Udah <i>built-in</i> saat manusia diciptakan oleh Allah Swt. Dalam salah satu firmanNya disebutkan:<i>”Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak,” </i><b>(QS Ali Imraan [3]:14)</b></span><span style="font-family:Arial;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 22.7pt; color: rgb(51, 255, 255);"><span style=";font-family:Arial;" lang="ES">Cuma masalahnya, saat cinta mulai bersemi, jarang ada yang bisa bertahan dari godaannya yang kadang menggelapkan mata dan hati seseorang. Jangan heran dong kalo sampe ada yang nekat pacaran. Wah, aktivis pengajian kok pacaran? Malu atuh!</span><span style="font-family:Arial;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 22.7pt; color: rgb(51, 255, 255);"><span style=";font-family:Arial;" lang="ES">Kalo udah gitu, bisa ngerusak predikat tuh. Bener. Sebab, serangan kepada orang yang dianggap tahu dan paham agama lebih kenceng. Jadi kalo ada aktivis pengajian (anak Rohis) yang pacaran, orang di sekililing mereka dengan sengit mengolok-olok, mencemooh, bahkan mencibir sinis. Kejam juga ya? Bandingkan dengan orang yang belum paham agama, atau nggak aktif di organisasi kerohanian Islam, biasa-biasa aja tuh. Sobat, inilah semacam ‘hukuman sosial’ yang kudu ditanggung seseorang yang udah dipandang ngerti. Padahal, sama aja dosanya. Tapi, seolah lebih besar kalo itu dilakukan oleh aktivis pengajian. Gawat!</span><span style="font-family:Arial;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 22.7pt; color: rgb(51, 255, 255);"><span style=";font-family:Arial;" lang="ES">Jadi hati-hati deh, jangan sampe kamu kebablasan jadi demenan, padahal kamu niat awalnya mau menjalin ukhuwah sesama aktivis Rohis. Jadi, jelas emang kudu ada aturan mainnya. Nggak sembarangan bergaul, lho. </span><span style="font-family:Arial;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 22.7pt; color: rgb(51, 255, 255);"><span style=";font-family:Arial;" lang="ES"> </span><span style="font-family:Arial;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; color: rgb(51, 255, 255);"><b><span style=";font-family:Arial;" lang="ES">Jangan main api dong!</span></b><span style="font-family:Arial;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 22.7pt; color: rgb(51, 255, 255);"><span style=";font-family:Arial;" lang="ES">Iya, bara bisa jadi api yang berkekuatan besar dalam membakar apa saja yang ada di hadapannya, manakala kita rajin ngipasin. Makanya, jangan main bara api nafsu, bisa berabe dan bikin banyak dosa. Kejahatan terjadi bukan karena niat pelakunya saja, tapi juga karena ada kesempatan. Waspadalah! (hei! kok kayak Bang Napi sih? Hihihi...). Gaul bebas bisa bablas <i>euy!</i> </span><span style="font-family:Arial;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 22.7pt; color: rgb(51, 255, 255);"><span style=";font-family:Arial;" lang="ES">Oke deh, supaya gaul kamu sesama aktivis pengajian selamat di dunia dan di akhirat, ada beberapa poin yang kudu diperhatikan. Jangan sampe ukhuwah malah berubah jadi pacaran.</span><span style="font-family:Arial;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 22.7pt; color: rgb(51, 255, 255);"><b><span style=";font-family:Arial;" lang="ES">Pertama</span></b><span style=";font-family:Arial;" lang="ES">, kurangi frekuensi pertemuan yang nggak perlu. Memang, kalau sudah cinta, berpisah sejam serasa 60 menit, eh maksudnya sewindu (lama amat! Hiperbolis nih!). Bawaannya pengen ketemu melulu. Ini nggak sehat, Bro. Perbuatan seperti itu bukannya meredam gejolak, tapi akan memperparah suasana hati kita. Pikiran dan konsentrasi kita malah makin nggak karuan. Selain itu bukan mustahil kalo kebaikan yang kita kerjakan jadi tidak ikhlas karena Allah. Misal, karena si doi jadi moderator di acara pengajian, eh kita bela-belain datang karena pengen ngeliat si doi, bukan untuk nyimak pengajiannya itu sendiri.</span><span style="font-family:Arial;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 22.7pt; color: rgb(51, 255, 255);"><span style=";font-family:Arial;" lang="ES">Yup, kurangi frekuensi pertemuan, apalagi kalau memang tidak perlu. Kalo sekadar untuk minjem buku catatan, ngapain minjem pada si doi, cari aja teman lain yang bisa kita pinjam bukunya. Lagipula, kalo kamu nggak sabaran, khawatir ada pandangan negatif dari si doi. </span><span style=";font-family:Arial;" >Bisa-bisa kamu dicap sebagai ikhwan agresif atau akhwat yang genit. </span><span style=";font-family:Arial;" lang="ES">Zwing...zwing.. gubrak!</span><span style="font-family:Arial;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 22.7pt; color: rgb(51, 255, 255);"><b><span style=";font-family:Arial;" lang="ES">Kedua</span></b><span style=";font-family:Arial;" lang="ES">, jangan ‘menggoda’ dengan gaya bicara dan penampilan yang gimanaa.. gitu. Jadi jangan saling memberi perhatian. Bisa-bisa diterjemahkan lain lho. Ati-ati deh. Firman Allah Swt. (yang artinya):<i>”Jika kamu bertakwa, maka janganlah kamu terlalu lemah lembut (mengucapkan perkataan), nanti orang-orang yang dalam hatinya ragu ingin kepadamu. Dan berkatalah dengan perkataan yang baik. </i>“ <b>(QS. al-Ahzab [33]: 32)</b></span><span style="font-family:Arial;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 22.7pt; color: rgb(51, 255, 255);"><b><span style=";font-family:Arial;" lang="ES">Ketiga</span></b><span style=";font-family:Arial;" lang="ES">, menutup aurat. Nggak salah neh? </span><span style=";font-family:Arial;" >Kalo aktivis <st1:state st="on"><st1:place st="on">kan</st1:place></st1:state> udah ngeh soal itu Bang? Bener. Harusnya memang begitu. Tapi, banyak juga yang belum tahu bagaimana cara mengenakan busana sesuai syariat. Akhwatnya masih pake kerudung gaul yang ‘cepak’ abis! (kalo yang bener <st1:state st="on"><st1:place st="on">kan</st1:place></st1:state> ‘gondrong’. Maksudnya lebar gitu lho.). Iya, kerudungnya aja modis banget. Pake <st1:city st="on"><st1:place st="on">gaya</st1:place></st1:city> dililit ke belakang, dan untung aja nggak ditarik lagi ke atas (gantung diri kalee..). Terus, bibirnya dipoles lipstik tebel-tebel. Bedakannya menor pula. Minyak wanginya? Bikin ikan sekolam teler! (apa hubungannya?)</span><span style="font-family:Arial;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 22.7pt; color: rgb(51, 255, 255);"><i><span style=";font-family:Arial;" >So</span></i><span style=";font-family:Arial;" >, buat para akhwat, jangan <i>tabarujj</i> deh. Duh, kebayang banget lucunya kalo aktivis pengajian <i>tabarujj</i> alias tampil pol-polan dengan memamerkan kecantikannya. Allah Swt. berfirman: <i>“...dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu” </i><b>(QS al-Ahzab [33]: 33)</b></span><span style="font-family:Arial;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 22.7pt; color: rgb(51, 255, 255);"><b><span style=";font-family:Arial;" >Keempat</span></b><span style=";font-family:Arial;" >, kurangi berhubungan. Mungkin ketemu langsung sih nggak, tapi komunikasi jalan terus tuh. </span><span style=";font-family:Arial;" lang="ES">Mulai dari sarana ‘tradisional’ macam surat via pos, sampe yang udah canggih macam via telepon, HP, dan juga internet. </span><span style=";font-family:Arial;" >Wuih, ketemu langsung emang jarang, tapi kirim SMS dan nelponnya kuat. Apalagi kalo urusan <i>chatting</i>, pake ada jadwalnya segala. Udah gitu, kirim-kirim e-mail pula. Hmm... jadi tetep berhubungan <st1:state st="on"><st1:place st="on">kan</st1:place></st1:state>? Emang sih bukan masuk kategori khalwat. </span><span style=";font-family:Arial;" lang="ES">Tapi itu bikin suasana hati makin nggak kondusif karena mikirin si dia aja. </span><span style=";font-family:Arial;" >Nggak percaya? <i>Don’t be tried! </i>Jangan dicoba!</span><span style="font-family:Arial;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 22.7pt; color: rgb(51, 255, 255);"><b><span style=";font-family:Arial;" lang="ES">Kelima</span></b><span style=";font-family:Arial;" lang="ES">, jaga hati. Ya, meski sesama aktivis Rohis, bisikan setan tetap berlaku. Bahkan sangat boleh jadi makin kuat komporannya. Itu sebabnya, kalo hatimu panas terus karena panah asmara itu, dinginkan hati dengan banyak mengingat Allah. Mengingat dosa-dosa yang udah kita lakukan ketika sholat dan membaca al-Quran. </span><span style=";font-family:Arial;" >Firman Allah Swt.:<i> “Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah hati menjadi tenang.” </i><b>(QS ar-Ra’du [13]: 28)</b></span><span style="font-family:Arial;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 22.7pt; color: rgb(51, 255, 255);"><span style=";font-family:Arial;" >Oke deh, kamu udah punya modal sekarang. Hati-hatilah dalam bergaul dengan teman satu pengajian. </span><span style=";font-family:Arial;" lang="ES">Jaga diri, kesucian, dan kehormatan kamu dan temanmu. Jangan nekat berbuat maksiat. Kalo udah kebelet, (emangnya buang hajat?) segera menikah saja kalo emang udah mampu. Kalo belum mampu karena masih sekolah? Banyakin aktivitas bermanfaat dan seringlah berpuasa.</span><span style="font-family:Arial;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 22.7pt;"><span style="color: rgb(51, 255, 255);font-family:Arial;color:black;" lang="ES">Emang sih kalo pengen lebih mantap solusinya, kudu ada kerjasama semua pihak; individu, masyarakat dan juga negara. Hmm.. soal cinta juga urusan negara ya? Yup, negara wajib meredam dan memberantas faktor-faktor yang selalu ngomporin masyarakat untuk berbuat yang negatif. Jadi, jangan sampe ukhuwah kita berubah jadi demenan! Pokoknya, malu atuh kalo ngajinya getol, tapi pacaran juga <i>puool</i>. </span><span style="color: rgb(51, 255, 255);font-family:Arial;color:black;" >Catet yo</span><span style="font-family:Arial;"><o:p></o:p></span></p>yusya ul anwarhttp://www.blogger.com/profile/10731418358717500145noreply@blogger.com0